Sukses

Kisah Eks Dubes RI untuk Polandia, Pecinta Jaz yang Gemar Naik Motor Matik

Mantan duta besar Indonesia untuk Polandia, Peter Frans Gontha, membagikan kisahnya usai purnatugas.

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin bagi sebagian besar orang awam banyak yang belum mengenal sosok 'bapak' satu ini. Namun namanya sudah harum seantero dunia musik jaz di Tanah Air. Bahkan musisi-musisi mancanegara pun tahu betul siapa dia.

Peter Frans Gontha, adalah seorang pengusaha Indonesia, pelopor televisi komersial, dan jazz impresario. Dalam politik, Peter adalah mantan duta besar Indonesia untuk Polandia, yang menjabat dari Oktober 2014 hingga Januari 2019.

Selain itu, Peter juga merupakan pendiri acara musik jaz tahunan dan termegah, Jakarta International Java Jazz Festival. Kecintaannya pada genre ini berakar dari ayahnya, yang merupakan trumpeter untuk sebuah grup musik beraliran jaz di perusahaan minyak Shell di Surabaya, Jawa Timur.

Pribadinya yang ceplas-ceplos, apa adanya dan berjiwa muda, membuat Peter dikagumi oleh para artis, musikus dan pejabat dalam maupun luar negeri.

Mantan duta besar Indonesia untuk Indonesia, Peter Frans Gontha, saat mengisi acara

Tahun ini, Peter sudah purnatugas. Lengkap sudah bakti yang ia berikan untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia selama 4,5 tahun menjabat sebagai dubes di Polandia, meski perjuangannya masih harus diteruskan oleh Siti Nugraha Mauludiah. Penggantinya.

Di Indonesia, lelaki dengan penampilan khasnya itu --yakni berkepala plontos-- masih memiliki sejumlah agenda yang harus ia lakukan. Mengingat bahwa dirinya adalah seorang pebisnis andal. Salah satunya adalah memberikan 'kuliah umum' di hadapan ratusan muda mudi yang mengikuti seminar kecil-kecilan.

Berlokasi di Bengkel Diplomasi, Peter diundang oleh salah satu teman dekatnya, Dino Patti Djalal --yang juga merupakan bos FPCI-- untuk menyampaikan kisahnya selama berstatus sebagai diplomat.

Suara laki-laki kelahiran Semarang, 4 Mei 1948 itu terdengar serak, namun tegas dan mantap saat menjelaskan perihal diplomasi. Acap kali ia melontarkan candaan yang membuat audiens dan Dino tertawa terbahak.

Mantan duta besar Indonesia untuk Indonesia, Peter Frans Gontha, saat mengisi acara

"Diplomasi itu sebenarnya kita harus mengetahui subjeknya. Jika kamu ingin mempromosikan Indonesia, maka kamu harus tahu betul soal Indonesia. Contoh kecilnya saja, jumlah total penduduk di negara ini. Kita harus tahu demografinya," ucap Peter saat dijumpai wartawan di 'belakang panggung', Mayapada Tower, Jakarta, Rabu (30/1/2019).

"Jumlah penduduk di Jawa, misalnya, sekitar 160 juta jiwa. Maka dari itu, jika kamu ingin melakukan diplomasi, kamu harus mengetahui sungguh-sungguh subjeknya, Kamu harus paham isunya. Di samping itu, kalau kamu mau melakukan diplomasi tapi tidak ada data akurat, maka apa yang akan kamu promosikan?" lanjutnya.

 

Saksikan video pilihan terkait Polandia berikut ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Hidupku Adalah Diplomasi...

Kehiduppan Peter Gontha yang merupakan pebisnis ulung sekaligus politikus, membuatnya harus bisa beradaptasi dari kedua latar belakang yang agak sedikit berbeda ini. Namun, bagaimana pun juga, ia menyebut bahwa kehidupan yang ia lakoni adalah sebuah alur diplomasi.

"Life is diplomacy. Ketika saya berbincang dengan orang Jepang, saya berdiplomsi sehingga mereka mau bekerja sama dengan saya. Bedanya saja, saya kalau naik mobil diplomat, saya duduk di sebelah supir. Nggak duduk di belakang, nggak usah selalu pakai dasi, nggak usah harus dibukakan pintu (mobil). What's the point?", celetuknya.

Menurutnya, selama ia bertugas di Polandia, ada sejumlah protokol-protokol yang dirasa tak penting.

"Diplomasi zaman dahulu adalah diplomasi yang 'kaku'. Saya tak bisa melakukannya. Saya nggak bisa diplomasi yang jaim (jaga image). Ada dubes yang kalau nggak dibukain pintu mobil, dia nggak mau turun sendiri. Kalau saya sudah loncat duluan sebelum supir turun," canda Peter.

"Saya hanyalah manusia normal. Sedangkan diplomat hanya gelar yang berlaku dalam waktu tertentu. Saat tugas selesai dan kembali ke Indonesia, saya ya naik motor matik lagi," ungkap Peter yang pernah ikut mendirikan jaringan televisi komersial Surya Citra Televisi (SCTV) pada tahun 1990.

Kini, selain usahanya yang terus berkembang, Peter Gontha juga tengah disibukkan dengan persiapan "Jakarta International Java Jazz Festival" yang rencananya akan diselenggarakan pada 1-3 Maret 2019 di Jakarta International Expo (JIEXPO), Kemayoran.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.