Liputan6.com, Ramallah - Hamas, salah satu kelompok bersenjata yang berjuang untuk Palestina, tengah menghadapi kesulitan finansial. Pejuang yang telah tiga kali berperang dengan Israel tersebut meminta dukungan dalam bentuk bitcoin.
Hal itu disampaikan oleh Abu Obeida, juru bicara Ezzedine al-Qassam Brigades. Ia mengirim pesan yang meminta bantuan berupa mata uang virtual, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (31/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Donasi bitcoin dibutuhkan oleh Hamas karena mereka tengah mendapatkan sanksi internasional. Dampaknya, sejumlah bank tidak ingin berurusan dengan organisasi tersebut. Israel dituduh sebagai phihak yang memotong akses keuangan ini.
Dalam kesempatan itu Obeida tidak menjelaskan mekanisme transaksi daring yang dapat dilakukan oleh para calon donatur bitcoin.
Ini adalah pertama kalinya, pasukan Hamas meminta bantuan finansial secara digital.
Simak video pilihan berikut:
Bitcoin dan Kontroversinya
Bitcoin adalah uang virtual yang populer baru-baru ini, dan disebut sebagai mata uang kripto (cryptocurrency).
Transaksi bitcoin dapat dilakukan secara anonim, di mana identitass pengirim tidak akan diketahui. Selain itu, alat tukar digital jenis ini tidak diawasi oleh pemerintah dan bank sentral.
Sebetulnya ada uang virtual lain, misalnya upbit yang diperkenalkan oleh Korea Selatan.
Meskipun demikian bitcoin menjadi uang kripto paling terkenal karena telah lebih dahulu dikenal konsumen dan mendapatkan eksposur dari media. Itu pula yang menyebabkan harga bitcoin menjadi lebih tinggi dibandingkan produk sejenisnya.
Bitcoin sendiri pernah mendatangkan kontroversi. Uang produk dunia digital itu dianggap mendukung keberadaan situs bawah tanah dan transaksi senjata serta obat terlarang.
Advertisement