Sukses

1 dari 5 Masjid Sumbangan Malaysia untuk Korban Gempa Palu Mulai Dibangun

Organisasi humaniter dari Malaysia mulai melaksanakan pembangunan satu masjid yang mereka dirikan untuk masyarakat terdampak bencana gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah.

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi humaniter dari Malaysia, MAPIM, mulai melaksanakan pembangunan satu masjid baru untuk masyarakat terdampak gempa, tsunami dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah. Itu merupakan satu dari total lima masjid yang akan dibangun mereka di sana.

Pembangunan masjid pertama, yang menelan biaya senilai 200.000 ringgit (berkisar Rp 684,5 juta) dan sepenuhnya dibiayai oleh SKOP Productions --rumah produksi perfilman asal Negeri Jiran-- akan dilaksanakan mulai 2 Februari 2019 di Kelurahan Duyu, Kecamatan Tatanga, Palu.

Masjid pertama, yang diperkirakan bisa menampung 300 orang, ditargetkan selesai secepat-cepatnya 50 hari atau sebelum bulan suci Ramadan tiba.

"Ini bentuk perhatian warga Malaysia terhadap saudara kita di Palu, Indonesia yang tertimpa musibah," kata CEO MAPIM, Ahmad Sani Alim Araby di Kedutaan Malaysia di Jakarta, berbicara dalam upacara peluncuran proyek pembangunan masjid pertama tersebut, Jumat (1/2/2019).

"Selain itu, kami juga tengah bersiap membangun rumah untuk 60 keluarga di Duyu, dekat dengan lokasi masjid pertama yang kami dirikan. MAPIM juga akan menambah fasilitas publik di dekat perumahan itu, seperti keperluan sanitasi dan taman," tambahnya.

Sementara itu, Ketua SKOP Productions, Yusof Haslam mengatakan bahwa dana 200.000 ringgit yang mereka salurkan ke MAPIM untuk pembangunan masjid pertama merupakan "bentuk nyata keprihatinan terhadap saudara serumpun kami di Palu, Indonesia."

Pemerintah daerah, yang diwakil oleh pejabat dari Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulawesi Tengah, menyambut baik uluran tangan dari saudara-saudara Malaysia.

"Dulu sebelum gempa tsunami likuifaksi, Palu punya ratusan masjid dan musala. Sekarang sebagian besar hancur. Maka kami menyambut baik bantuan dari saudara-saudara Malaysia untuk mendirikan tempat peribadatan di bekas lokasi bencana," kata Mohammad Ramli, Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam Kanwil Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Tengah.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Pilot Project

CEO MAPIM, Ahmad Sani Alim Araby menjelaskan, masjid pertama yang dibangun di Duyu merupakan pilot project dari upaya mereka membantu pemulihan infrastruktur pascabencana Palu, terutama untuk pembangunan tempat peribadatan, rumah dan keperluan sanitasi.

Lembaga swadaya Negeri Jiran itu mengatakan bahwa mereka akan menambah pembangunan empat masjid baru di Palu setelah yang pertama selesai.

"Untuk lokasi persisnya di mana, kami masih berkoordinasi dengan pemerintah daerah, agar pembangunannya dilakukan di tempat yang aman dan tepat, bebas likuifaksi, dan menyentuh banyak komunitas setempat," kata CEO MAPIM, Ahmad Sani Alim Araby.

Sejak bencana gempa, tsunami dan likuifaksi Palu dan Donggala melanda, Majelis Perundingan Pertubuhan Islam Malaysia (MAPIM), telah mendistribusikan bantuan kemanusiaan senilai 2,7 juta ringgit (berkisar Rp 9,2 miliar) dalam bentuk keperluan hidup mendasar hingga penyediaan 10 pompa yang menghasilkan air bersih bagi 5.000 masyarakat Palu setiap harinya. 

Jika ditotal dengan proyek pembangunan lima Masjid dan rumah bagi 60 keluarga di Palu, jumlah dana bantuan dari publik Malaysia yang disalurkan oleh MAPIM untuk korban terdampak bencana yakni senilai 3,7 juta ringgit (berkisar Rp 12,6 miliar).

Segala aktivitas humaniter dan proyek kemanusiaan yang dikerjakan oleh MAPIM berkoordinasi erat dengan pemerintah Indonesia, pemerintah daerah Palu, serta Sulawesi Tengah. MAPIM juga berkoordinasi erat dengan organisasi kemanusiaan yang berbasis di Indonesia seperti ACT, BAZNAS, serta tim tanggap darurat daerah.

Wakil Duta Besar Malaysia untuk Indonesia, Zamshari Shaharan mengatakan, partisipasi warga Negeri Jiran untuk pemulihan pascabencana di Palu menunjukkan "kedekatan antara Indonesia Malaysia, bukan hanya oleh pemerintah, namun juga masyarakat dari kedua negara."