Liputan6.com, New Delhi - Pemerintah India pada Sabtu 2 Februari, mengatakan telah mengajukan protes kepada Amerika Serikat (AS) setelah beberapa siswa asal negaranya ditahan, sehubungan dengan pendaftaran mereka di sebuah universitas palsu, menurut laporan hasil operasi penyamaran oleh agen intelijen Negeri Paman Sam.
Pekan ini, pihak berwenang AS mengamankan delapan orang, yang dituduh sengaja mengeksploitasi visa pelajar milik warga negara India, demikian sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Minggu (3/2/2019).
Kedelapan orang itu diketahui membantu warga negara asing menetap secara ilegal di AS, dengan mendaftarkan mereka ke universitas swasta di Detroit.
Advertisement
Baca Juga
Para perekrut membantu para siswa untuk secara curang memperoleh dokumen imigrasi dari sekolah terkait, dalam upaya untuk menipu pihak berwenang, kata otoritas Penegakan Bea Cukai dan Imigrasi AS.
Namun, para siswa asing itu tidak berniat bersekolah, tambahnya.
Meskipun pemerintah AS tidak mengungkapkan kewarganegaraan mereka yang terlibat, kementerian luar negeri India pada hari Sabtu mengatakan "beberapa siswanya" telah ditahan.
Beberapa media lokal di India bahkan mengatakan lebih dari 100 siswa negara itu ditahan di AS.
Pemerintah India telah mengeluarkan "protes keras" --yang langka terjadi-- ke Kedutaan Besar AS di New Delhi, dengan mengatakan bahwa pejabat setempat membutuhkan akses konsuler langsung ke para tahanan.
"Kami menggarisbawahi bahwa para siswa, yang mungkin telah ditipu untuk mendaftar di 'Universitas', harus diperlakukan secara berbeda dari para perekrut yang telah menipu mereka," kata kementerian luar negeri India dalam sebuah pernyataan.
Â
SImak video pilihan beirkut:Â
Â
Penampung Imigran Ilegal
Sementara itu, pemerintah India juga mendesak AS untuk membebaskan para siswa dari penahanan paling awal, tanpa menggunakan deportasi yang bertentangan dengan keinginan mereka.
Di lain pihak, lembaga terkait di Amerika Serikat mengatakan bahwa para terdakwa dalam kasus ini "bermaksud membantu melindungi dan menyembunyikan" para siswa dari otoritas imigrasi, demi mendapatkan uang.
Mereka secara kolektif mendapat untung lebih dari US$ 250.000 (setara Rp 3,4 miliar), kata agensi itu.
"Para tersangka ini membantu ratusan warga negara asing untuk tetap tinggal di Amerika Serikat secara ilegal, dengan membantu mengkondisikan mereka seolah sebagai mahasiswa," kata Steve Francis, salah seorang pejabat intelijen Detroit, pekan ini.
China, India, dan Korea Selatan bersama-sama mengirimkan 56,1 persen dari semua siswa internasional ke Amerika Serikat pada 2017-18, ungkap sebuah survei tahunan oleh Institute of International Education, tahun lalu.
Advertisement