Liputan6.com, Manila - Pejabat diplomatik RI di Filipina masih terus mendalami kabar yang menyebut kehadiran beberapa orang Indonesia di lokasi target pasukan Filipina kala melakukan operasi penumpasan teror akhir pekan lalu.
Sebelumnya, dikabarkan bahwa operasi penumpasan teroris yang dilakukan pasukan Filipina pada Minggu 3 Februari 2019, telah menewaskan sedikitnya delapan orang militan dalam serangan di sebuah hutan di Pulau Mindanao. Operasi itu menargetkan tempat di mana salah seorang teroris asal Singapura diyakini bersembunyi dalam sebuah kamp.
Advertisement
Baca Juga
Mayor Jenderal Cirilito Sobejana, komandan Divisi Infanteri ke-6, mengatakan kepada wartawan bahwa warga Singapura, Muhamad Ali Abdul Rahiman alias Muawiyah, termasuk di antara "target bernilai tinggi".
Kamp itu tampaknya menjadi markas utama sebuah faksi Pejuang Kemerdekaan Islam Bangsamoro (BIFF) yang terlibat konflik dengan pasukan pemerintah Filipina.
Sebuah bom seberat 226 kilogram dijatuhkan di benteng utama di dalam kamp, ​​di kota Sultan sa Barongis di provinsi Maguindanao, tempat Muawiyah dan enam teroris asing lainnya --dua orang Malaysia, dua orang Indonesia, dan dua orang "berpenampilan Timur Tengah"-- diyakini bertempat, kata Mayjen Sobejana.
Dia mengatakan jenazah delapan militan ditemukan setelah kamp tersebut berhasil dikuasai pasukan keamanan Filipina. Belum jelas apakah kedua orang Indonesia yang dimaksud termasuk di antara jenazah yang ditemukan.
Merespons, pejabat diplomatik RI di Filipina mengaku masih mendalami kabar tersebut.
"Masih kita dalami," kata Fungsi Penerangan, Humas dan Media KBRI Manila, Agus Buana kepada Liputan6.com, Senin 4 Februari 2019.
Â
Simak video pilihan berikut:
Bentrokan Lain
Sementara itu, pada Sabtu 2 Februari 2019, pasukan Filipina juga melakukan operasi militer guna memburu terduga anggota kelompok teroris Abu Sayyaf di Provinsi Sulu. Menurut tentara, tiga anggota kelompok militan itu tewas dalam operasi tersebut.
Bentrokan antara tentara Filipina dengan lebih dari 100 anggota kelompok Abu Sayyaf itu pecah di Kota Patikul, Provinsi Sulu, pada Sabtu 2 Februari pukul 11.30 pagi waktu lokal.
Tentara Filipina kehilangan lima anggotanya dalam pertempuran tersebut, demikian seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin 4 Februari 2019.
"Pertempuran di Patikul berlangsung selama hampir dua jam," kata Kolonel Gerry Besana, juru bicara Komando Mindanao Barat. "Lima tentara dan 15 militan juga terluka," lanjutnya.
Merespons kabar itu, Fungsi Penerangan, Humas dan Media KBRI Manila, Agus Buana juga mengatakan masih mengecek kabar apakah ada orang Indonesia di antara ratusan militan teroris yang tengah diperangi oleh pasukan Filipina di Kota Patikul.
"Untuk saat ini, Indonesia dan Filipina masih terus bertukar informasi intelijen," tambah Agus kepada Liputan6.com pada 4 Februari 2019.
Dikabarkan, para tentara memburu militan yang menjadi dalang dari teror bom ganda Katedral Our Lady of Mount Carmel di Jolo yang menewaskan setidaknya 22 orang dan menyebabkan lebih dari 100 lainnya terluka pada 27 Januari 2019 lalu.Â
Pejabat Filipina, berdasarkan pemeriksaan awal, menyebut bahwa dua orang Indonesia dicurigai sebagai pelaku pengeboman. Namun, Kementerian Luar Negeri RI mengatakan masih terus mengonfirmasi berbagai informasi sebelum sampai ke kesimpulan akhir.
Â
Advertisement