Sukses

Donald Trump Undang 'Trump' Korban Bully ke Pidato Kenegaraannya

Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump telah mengundang 13 orang AS

Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump telah mengundang 13 orang AS untuk bergabung bersama mereka dalam pidato kenegaraan rutin awal tahun di Kongres (The State of the Union) pada Selasa 5 Februari 2019 waktu lokal.

Seorang anak laki-laki kelas 6 yang di-bully oleh sesama siswa karena nama belakangnya persis dengan sang presiden, 'Trump', termasuk di antara mereka yang diundang, demikian seperti dikutip dari Politico, Selasa (5/2/2019).

"Prihatinnya, Joshua telah diintimidasi di sekolah karena nama belakangnya (Trump)," kata Gedung Putih dalam pernyataan tertulis, menjelaskan alasan presiden mengundang siswa kelas 6 itu, demikian seperti dikutip dari NBC News.

Presiden AS sering mengundang para tamu khusus untuk hadir ke The State of the Union di Kongres AS.

Kehadiran para tamu undangan itu kerap ditujukan bagi presiden untuk menyampaikan pesan kebijakan yang hendak ia sampaikan kepada para legislator.

Para tamu, yang akan duduk bersama ibu negara, sering dipanggil dengan nama dalam pidatonya, menawarkan wajah manusia dan telah menjadi bahan pokok pidato State of the Union sejak Presiden Ronald Reagan memulai tradisi itu pada 1982.

Joshua Trump (kredit: Gedung Putih)

Diundangnya Joshua Trump, kata analis, menjadi bukti bahwa Presiden Donald Trump mungkin akan mengangkat isu perundungan dalam pidato The State of the Union-nya.

Di antara tamu-tamu lain yang diundang oleh presiden dan istrinya adalah anggota keluarga Gerald dan Sharon David dari Reno, Nevada, pasangan lansia yang terbunuh pada bulan Januari, yang diduga oleh seorang imigran tidak berdokumen.

Juga diundang adalah Alice Marie Johnson, yang diberikan grasi oleh Presiden Trump atas hukuman seumur hidup terkait dengan "pelanggaran narkoba tanpa kekerasan" dalam undang-undang lokal setelah bintang reality Kim Kardashian secara pribadi melobi atas namanya.

Tamu-tamu lain termasuk orang yang selamat dari penembakan di sinagoge Tree of Life dan seorang anggota tim SWAT polisi yang terluka dalam tragedi itu.

Trump juga mengundang Judah Samet, anggota sinagog Pittsburgh yang selamat dari Holocaust.

Donald Trump juga mengundang petugas polisi Timothy Matson yang ditembak beberapa kali saat menanggapi penembakan massal.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Nasib Kejelasan Government Shutdwon Jilid Dua

Presiden Amerika Serikat Donald Trump (AS) bersikukuh akan kembali memberlakukan penutupan pemerintahan parsial, atau government shutdown. jika legislator negara itu tidak mencapai konsesi atas anggaran operasional pemerintah, termasuk pada pendanaan tembok di perbatasan dengan Meksiko.

Sang presiden menyampaikan ancamannya dalam sebuah wawancara di program CBS "Face the Nation" pada Minggu, 3 Februari 2019 pagi waktu lokal, dua hari sebelum ia menyampaikan The State of the Union.

Sedari awal, isu anggaran pemerintahan merupakan penyebab Presiden Trump memberlakukan shutdown terpanjang dalam sejarah AS pada 22 Desember 2018-25 Januari 2019.

Trump mencabut government shutdown pada 25 Januari setelah dikabarkan mendapat desakan dari kelompok bipartisan (Demokrat dan Republik) di Kongres AS, tapi berjanji akan memberlakukannya kembali pada 15 Februari jika anggaran pemerintah dan dana tembok perbatasan masih belum disepakati legislator.

Ancaman terbaru Trump soal shutdown "jilid dua" di awal 2019 datang ketika Kongres AS masih melakukan negosiasi guna mencapai kompromi terkait anggaran pemerintahan AS dan apakah mereka akan mengabulkan dana US$ 5 miliar yang diinginkan Trump untuk membangun tembok di perbatasan.

Presiden juga menambahkan, jika kompromi tidak tercapai, ia mengancam akan mengumumkan "darurat nasional" sebagai cara untuk "melangkahi" Kongres demi mendapatkan dana pembangunan tembok.

Presiden juga akan membahas masalah serupa dalam pidato kenegaraan di Kongres AS (State of the Union). Para staf Gedung Putih mengatakan, pidato itu akan berusaha membingkai berbagai masalah dalam konteks yang lebih 'bipartisan'--yang tampaknya dilakukan sebagai upaya meredam konflik lebih lanjut.