Liputan6.com, Jakarta - Revolusi Iran telah memasuki usia ke-40 tahun. Namun, di tengah kemenangan itu, negara di kawasan Timur Tengah tersebut masih dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat. Isu pertempuran dengan Israel di Suriah pun masih menjadi sorotan internasional akhir-akhir ini.
Lalu, bagaimana nasib perekonomian Iran? Apa yang menjadi fokus dari hubungan bilateralnya dengan negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia?
Berikut wawancara singkat Liputan6.com bersama Duta Besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi, saat dijumpai di Kedutaan Besar Iran, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, pada Selasa 5 Februari 2019.
Advertisement
1. Menjelang Revolusi Iran yang ke-40 tahun, bagaimana strategi yang dipakai oleh Iran untuk mempererat kerja sama dengan Indonesia?
Seperti yang telah Anda ketahui, Iran sudah merayakan revolusi kemenangan yang ke-40. Ini merupakan angka yang menunjukkan perkembangan luar biasa, serta menggambarkan proses yang dimulai dari sebuah pemerintahan 40 tahun lalu dan kini sudah sampai pada titik yang matang. Titik ini telah membawa banyak sekali keberhasilan, yang mana berupa kerja sama dengan berbagai negara, khususnya Indonesia.
Saya rasa, keberhasilan yang telah diraih oleh Iran selama 40 tahun belakangan ini tak lepas dari hubungan baik antara kedua negara dan jalinan relasi antara kedua pihak sejak 69 tahun yang lalu. Semua hal tersebut membawa dampak positif bahwa kedua negara akan menjalankan dan mempererat hubungannya pada tahun depan.
Tentu saja peringatan Revolusi Iran yang ke-40 ini merupakan momentum baik, di mana Iran bisa mempelajari kembali hubungan dengan berbagai negara dan berjalan menuju kemajuan.
2. Ada sektor spesifik yang ingin diperkuat dengan Indoensia?
Indonesia dan Iran punya banyak sekali hal yang dapat dikerja-samakan, khususnya ekonomi kedua pihak, di mana kami akan bisa melengkapi satu sama lain. Maka dari itu, banyak bidang yang bisa dijadikan kerja sama, seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan teknologi.
Kita bisa susun daftar panjang yang mungkin dapat dijadikan target kerja sama kedua negara. Sebagai contoh, yakni bidang pariwisata, yang bisa lebih difokuskan untuk kedua negara. Kebutuhan utamanya, misalnya, kedua pihsk harus mempermudah warga negara masing-masing yang ingin berkunjung ke Iran atau sebaliknya.
Untuk bidang ekonomi, kami berharap kerja sama dengan Indonesia dapat ditingkatkan. Seperti yang ditunjukkan oleh angka statistika, yang memperlihatkan bahwa volume perkembangan ekonomi kedua negara pada tahun 2018 mencapai US$ 1 miliar. Kami harap pada tahun 2019, nilai tersebut dapat dinaikan.
3. Bagaimana penguatan untuk people-to-people contact, selain melalui pariwisata dan kerja sama yang disebutkan tadi?
Sejarah kedua pihak adalah modal yang baik sekali untuk dijadikan dasar perkembangan dan penguatan hubungan masyarakat. Interaksi antara Iran dan Indonesia sudah terjadi pada ratusan tahun yang lalu, saudagar-saudagar Persia datang ke Indonesia, dan ini menjadi dasar untuk perluasan dan penguatan hubungan kerja sama tersebut.
Cara-cara yang dapat ditempuh untuk memperluas people-to-people contact adalah melaksanakan kegiatan pekan sosial dan budaya, meningkatkan interaksi antara mahasiswa kedua negara, meningkatkan hubungan antara parlemen sebagai wakil rakyat kedua negara, dan khususnya olahraga. Semua ini sudah banyak dilakukan sepanjang tahun 2018.
Ilmu pengetahuan dan teknologi-teknologi canggih juga merupakan cara lain untuk meningkatkan peopple-to-people contact. Iran menduduki peringkat ke-16 dari segi ilmu pengetahuan dan beberapa teknologi canggih lainnya, seperti teknologi nano yang menempati urutan ke-5 di dunia. Saya rasa jika kemampuan ini dimaksimalkan antara Iran dan Indonesia, imbasnya akan secara langsung menuju pada penguatan hubungan masyarakat kedua negara.
Pertukaran mahasiswa, dosen, akademisi, atlet, ilmu pengetahuan, teknologi canggih, budaya, sastra, puisi, film layar lebar, ini semua bisa menjadi penguat antara warga negara Iran dan Indonesia. Sementara itu, sektor pariwisata berada di puncak dari hal-hal yang saya sebut tadi.
Hal lain yang bisa meningkatkan interaksi masyarakat dari kedua negara adalah pertukaran budaya dari dua peradaban berbeda. Iran dengan Persia-nya, sedangkan Indonesia dengan Melayu-nya.
4. Adakah data mengenai jumlah wisatawan Iran yang datang ke Indonesia setiap tahunnya?
Saya tidak memiliki angka pastinya, karena belum melakukan pengecekan lebih lanjut. Tetapi berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Duta Besar Indonesia di Teheran, beliau menyebutkan angka tersebut bertambah dua kali lipat.
Ada juga data lain yang diumumkan oleh Kementerian Pariwisata Indonesia, yaitu destinasi wisata Bali didatangi oleh banyak pengunjung dari Timur Tengah, di mana Iran menduduki puncaknya.
5. Nilai perdagangan kedua negara pada 2018 mencapai US$ 1 miliar. Lalu, untuk tahun ini, adakah target dan komoditas apa yang akan ditingkatkan?
Selama dua tahun belakangan, volume perdagangan antara Indonesia dan Iran jumlahnya berlipat ganda. Beberapa hal bisa mencapai US$ 2 miliar. Tetapi jika Anda melihat kemampuan dari kedua negara, saya percaya seharusnya volume ini bisa mencapai US$ 20 miliar.
Minimnya pengetahuan dan pengenalan terhadap satu sama lain, menjadi kendala dalam peningkatan di sektor ekonomi. Jika pengetahuan ini ditingkatkan, maka hasilnya akan jauh lebih baik.
6. Sejauh ini, komoditas dari Indonesia yang paling sering diimpor oleh Iran apa saja?
Minyak kelapa sawit, kertas, suku cadang mobil, buah-buahan, kopi, cokelat, karet, tekstil, sepatu dan perangkat elektronik.
7. Tadi dikatakan bahwa volume perdagangan antara Iran dan Indonesia seharusnya bisa mencapai US$ 20 miliar, tapi target tahun ini dipatok hanya US$ 2 miliar. Apakah ini merupakan dampak dari sanksi Amerika Serikat kepada Iran?
Sanksi dari AS adalah persoalan lain. Kami hanya harus realistis untuk menentukan target, yakni US$ 2 miliar. Jika dari US$ 1 miliar langsung mencapai US$ 20 miliar, saya rasa tidak mungkin dicapai begitu saja. Tetapi saya percaya kedua negara akan meraih angka US$ 20 miliar. Hanya saja membutuhkan waktu.
8. Sejak tahun 1979, baru sekarang ada krisis ekonomi seperti ini, yang datang dari sanksi AS. Imbasnya untuk Iran sendiri dan kerja sama dengan Indonesia, seperti apa?
Jika kami perhatikan dan menilik kembali sejarah hubungan Iran dan Indonesia, sanksi tersebut memang berpengaruh karena kami melihat fluktuasi kedua negara. Pada saat sanksi diterapkan secara besar-besaran, nilai perdagangan kedua negara menurun.
Ketika ada sanksi, beberapa perushaan terpaksa tidak dapat lagi melanjutkan kerja sama dengan Iran. Ini dikarenakan situasi yang memaksa mereka untuk tidak melakukan apa-apa kepada negara kami. Sanksi biasanya akan memengaruhi perbankan dan trasportasi yang kerap digunakan untuk pengiriman komoditas ekspor-impor.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Â
Sanksi AS
9. Apakah sanksi ini dikeluarkan oleh AS sebagai bentuk hukuman karena banyak pejabat Iran yang korupsi?
Sanksi itu bertentangan dengan hak-hak asasi manusia. Mau tidak mau, kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa sanksi dalam bentuk apa pun akan berpengaruh ke kehidupan orang banyak.
Korupsi merupakan permasalahan yang ada di banyak negara. Tapi dampak "perang urat syaraf" yang diterapkan oleh media-media Barat, membuat korupsi yang terjadi di Iran dibesarkan secara luar biasa.
Mungkin saja memang ada oknum pejabat yang diduga atau terbukti melakukan korupsi, tetapi media-media luar memberitakan seolah-olah sedang terjadi korupsi yang tersistematis di Iran.
Saya rasa, sanksi yang dijatuhkan oleh AS dibarengi dengan penyebaran berita hoaks, perang urat syaraf, dan memanfaatkan media. Dengan membesar-besarkan kasus-kasus korupsi yang terjadi di Iran, mereka memperlihatkan seolah-olah ini memengaruhi ekonomi Iran secara masif.
Iran adalah negara yang dijatuhi sanksi sejak 40 tahun lalu, sejak tahun 1979. Maka dari itu, kami menjadi berpengalaman dalam menghadapi sanksi. Kami menghadapinya sebagai perang ekonomi terhadap Iran.
Sanksi kali ini juga menjadi yang terberat, karena dijatuhkan secara sepihak dan bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB (DK PBB). Bahkan Eropa pun tidak mendukung sanksi AS tersebut. Mereka akhirnya mengajukan mekanisme baru untuk membiayai transaksi perusahaan-perusahaan Eropa dengan Iran agar tidak terdampak sanksi.
10. Selama dikenakan sanksi sejak 1979, bagaimana cara Iran bertahan dan dari mana sumber pemasukan negara?
Sanksi hanya dilakukan oleh AS dan tidak diikuti oleh negara lain. Hubungan baik yang diciptakan Iran dan negara-negara lain dinilai mampu membantu Iran. Selain itu, ada 15 negara yang berbatasan langsung dengan Iran dan mereka memiliki relasi yang sangat bagus dengan kami.
Ketika kami meningkatkan produksi-produksi negara, ini akan membantu mengatsi situasi-situasi yang sulit. Walau pun kami melakukan pengelolaan yang baik dalam menaggapi sanksi, tetapi kami tetap percaya bahwa sanksi yang dijatuhkan sepihak tersebut sangat bertentangan dengan hak-hak asasi manusia, melawan perdamaian dan keamanan dunia.
Contohnya saja, ketika kami dijatuhi sanksi, kami tidak diizinkan membeli pesawat komersial atau suku cadang. Apabila terjadi kecelakaan, apa penyebabnya? Tentunya tidak ada perawatan dan pembaruan pesawat-pesawat tersebut. Orang-orang yang meninggal lantaran insiden jatuhnya pesawat itu, adalah korban sanksi.
Perumpamaan lain, mislanya, pihak yang menjatuhkan sanksi tidak memperbolehkan kami membeli obat-obatan dari luar negeri. Ini artinya apa? Kehidupan orang-orang yang sakit menjadi sulit dan bisa banyak yang meninggal karena adanya keterbatasan akses ke medis. Fakta ini menekan kehidupan sehari-hari masyarakat.
11. Bila dilihat dari kacamata pemerintah Iran, mengapa AS berani menjatuhkan sanksi sepihak ke Iran?
Sepihak karena hanya AS saja yang menetapkannya sendiri, tidak ada yang mendukung, kecuali rezim Israel. Sanksi yang sekarang diberlakukan oleh AS ke Iran digambarkan sebagai pemaksaan kehendak dari satu negara kepada negara lain.
Sebelum kemenangan Revolusi Iran, negara ini menjadi sebuah sekutu bagi AS di kawasan Timur Tengah untuk mencegah masuknya komunisme. Pada saat itu, AS banyak melakukan campur tangan di berbagai macam urusan dalam negeri Iran, mulai dari yang ringan sampai yang berat.
Walaupun sepanjang sejarah, Iran bukanlah negara yang dihegemoni oleh negara tertentu, tetapi pada masa rezim Shah Iran (Mohammad Reza Pahlavi atau disapa Shah Iran adalah raja Iran yang menjabat dari 16 September 1941 hingga digulingkan dalam Revolusi Iran pada 11 Februari 1979), AS-lah yang menjalankan roda pemerintahan Iran.
Setelah kemenangan revolusi Iran, kekuasaan AS di negara kami, hilang. Masyarakat turun ke jalan. Saat itu, proses demokrasi sedang dijalankan. Satu setengah tahun berikutnya, warga Iran secara damai, tanpa senjata turun ke jalanan dan hanya menyerukan kehendak mereka. Akhirnya, mereka pun memenangkan revolusi. Usai itu, dilakukan referendum secara terbuka dengan tingkat partisipasi tinggi dari rakyat.
Hasil dari referendum tersebut adalah berupa sistem Republik Islam Iran. Ini adalah sebuah mekanisme revolusi yang diterapkan di Iran. Tetapi AS, sebagai negara yang seolah-olah mendukung demokrasi di berbagai wilayah di dunia, kali ini tidak senang dengan Iran.
Pertama, Iran dituduh ingin melakukan ekspansi perdagangan ke berbagai wilayah, kemudian Iran dituduh membangun persenjataan nuklir untuk perang, Iran dituduh mendukung kelompok-kelompok teroris. Semua ini adalah isu yang diperalat oleh AS agar mereka bisa terus mempertahankan sanksi yang dijatuhkan kepada Iran.
Â
Advertisement
Teknologi Nuklir
12. Bagaimana teknologi nuklir yang sedang dikembangkan oleh Iran?
Aktivitas nuklir Iran telah dimulai sejak pemerintahan Shah Iran atas dorongan, masukan dan tekanan dari AS --mulanya. Menteri perminyakan era Shah Iran yang sekarang tinggal di London, pernah diwawancara.
Dia menceritakan bahwa pada zamannya, utusan-utusan dari AS datang ke beliau dan mendesak Iran agar menggunakan teknologi nuklir. Dia pada saat itu menjawab, "Kami merupakan sebuah negara yang kaya akan minyak, tidak membutuhkan nuklir."
Tetapi pihak AS menyampikan kepada beliau, "Minyak adalah sumber energi fosil, tidak ramah lingkungan dan jumlahnya terbatas. Anda harus memakai nuklir yang lebih ramah lingkungan."
Ini merupakan hal yang disampaikan oleh AS pada 10 tahun sebelum kemenangan Revolusi Iran. Setelahnya, mereka yang pernah mendesak Iran, kemudian tidak ingin melanjutkannya. Demikian pula dengan Iran, yang ikut-ikut berhenti, karena kala itu sedang ada serangan dari Irak. Usai perang, rekonstruksi negara dimulai.
Anda tahu, rezim Saddam Hussein menyerang hampir 90% dari kota-kota Iran menggunakan rudal-rudal balistiknya maupun jet tempur? Tak terkecuali rumah sakit, fasilitas umum, sekolah-sekolah, kilang-kilang minyak, dan lain-lain. Waktu itu, kami memiliki reaktor nuklir di Bushehr.
Kami meminta kepada mereka yang memulai proyek tersebut agar melanjutkannya kembali, setelah perang dengan Irak. Tiga atau empat perusahaan yang terlibat dalam proyek itu, menolak. Ada yang dari Eropa, ada pula dari Asia. Alasan penolakan ini karena Iran sedang dijatuhi sanksi.
Kami sempat melakukan negosiasi dengan negara lain. Ada yang mau, tapi setelah diduga mendapat tekanan dari negara lain (untuk menjauhi Iran), mereka pun ikut mundur. Akhirnya kami putuskan untuk melakukannya sendiri. Banyak pihak yang menertawai kami.
Kami hanya bermodalkan ilmuwan dan pemuda dari negara kami, hingga AS sadar bahwa Iran sudah sangat maju di bidang teknologi nuklir. Mereka mungkin tidak percaya kepada Iran dan mengharapkan adanya monopoli nuklir.