Sukses

Eks Tangan Kanan Politikus Penghina Nabi Muhammad Masuk Islam

Mantan tangan kanan politikus Belanda, yang pernah menghina Nabi Muhammad, memutuskan untuk masuk Islam. Ini Alasannya.

Liputan6.com, Amsterdam - Seorang mantan anggota parlemen sayap kanan Belanda, yang juga eks kaki tangan politikus anti-Islam Geert Wilders, memicu perbincangan di Belanda ketika dirinya memutuskan untuk memeluk Islam.

Menanggapi kabar itu, Wilders yang merupakan pemimpin Partai Kebebasan (PVV), membandingkan keputusan van Klaveren untuk masuk Islam sebagai "vegetarian yang bekerja di rumah jagal", lapor beberapa media setempat.

"Cerita yang luar biasa ... ini seperti seorang vegetarian yang bekerja di rumah jagal. Saya tidak bisa berkata-kata lagi," kata Wilders kepada stasiun televisi RTL, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Rabu (6/2/2019).

Selama bertahun-tahun, Joram van Klaveren melakukan kampanye melawan Islam di Majelis Rendah Belanda, bersama dengan Wilders.

Kala itu, keduanya bersikeras mendesak pelarangan burga dan menara masjid, dengan mengatakan: "Kami tidak ingin ada Islam, atau setidaknya sesedikit mungkin di Belanda", lapor tabloid berita Algemeen Dagblad.

Tetapi, Van Klaveren (40) mengatakan dia telah mengubah pikirannya di tengah proses penulisan buku anti-Islam. Dia mengaku berbagai pertentangan yang diarahkan kepada muslim, membuatnya tergelitik untuk mencari anti-tesisnya.

Van Klaveren dikabarkan masuk Islam pada 26 Oktober tahun lalu, NRC menambahkan dalam wawancara sebelum rilis buku Van Klaveren berjudul "Apostate: From Christianity to Islam in the Time of Secular Terror".

Mantan politikus yang tumbuh di lingkungan Kristen Protestan itu mengatakan tentang kepindahannya ke Islam karena "pencarian yang telah berlangsung lama".

"Rasanya seperti ada penyambutan yang religius untukku," katanya kepada para wartawan Belanda.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Pisah dengan Wilders Sejak 2014

Van Klaveren berpisah dengan Wilders pada 2014, menyusul komentar kontroversial pemimpin PVV kala itu, yang bertanya kepada para pendukungnya apakah mereka ingin "lebih banyak atau sedikit orang Maroko di Belanda".

Wilders sendiri, pada 2016, dinyatakan bersalah atas tuduhan diskriminasi. Proses hukum pada kasus tersebut tengah naik banding di pengadilan.

Setelah berpisah, Van Klaveren kemudian membentuk partai sayap kanannya sendiri yang berjuluk "For Netherlands" (VNL), tetapi meninggalkan politik setelah gagal memenangkan kursi tunggal dalam pemilu 2017.

"Jika memang bukan bagian dari aktivitas relasi publik terkait promosi buku terbarunya, maka untuk mempromosikan bukunya, maka itu benar-benar merupakan pilihan luar biasa bagi seseorang yang banyak berbicara kontra terhadap Islam," kata mantan pendiri VNL, Jan Roos.

Sementara itu, Said Bouharrou, yang bertugas di Dewan Masjid Maroko di Belanda, memuji keputusan Van Klaveren.

"Sangat bagus ketika seseorang yang begitu kritis terhadap Islam ... menyadari bahwa agama ini tidak seburuk yang dia sangka," katanya.

"Dia juga berani menyatakan (pindah agama) di depan umum," lanjut Bouharrou.

Saat ini, sekitar lima persen dari populasi Belanda yang berjumlah 17 juta orang, atau sekitar 850.000, adalah muslim, lapor Biro Pusat Statistik Belanda.

Meskipun Wilders keberatan, agama ini terus berkembang, dengan para ahli memperkirakan jumlah itu akan berlipat ganda pada 2050 mendatang.

Van Klaveren bukan pejabat tinggi PVV pertama yang masuk Islam. Dia mengikuti jejak Arnoud van Doorn, mantan anggota dewan kota PVV yang berbasis di Den Haag, dan beralih menjadi muslim pada 2013.

Tahun lalu, politikus sayap kanan di Jerman, Arthur Wagner, juga masuk Islam.