Sukses

Tentara Venezuela Blokade Bantuan Kemanusiaan di Perbatasan Kolombia

Nicolas Maduro memerintahkan tentara Venezuela untuk memblokade masuknya bantuan kemanusiaan via perbatasan Kolombia.

Liputan6.com, Caracas - Tentara Venezuela membarikade sebuah jembatan di perbatasan barat antara negara itu dengan Kolombia. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya nyata untuk mencegah masuknya bantuan kemanusiaan, yang dikirim oleh pihak-pihak pendukung oposisi.

Pada Rabu 6 Februari 2019, sebuah tanker bahan bakar dan dua kontainer memblokir jembatan internasional Tienditas, yang menghubungkan kedua negara dan telah menjadi landasan bagi upaya bantuan yang direncanakan.

Dalam berbagai unggahan foto yang beredar di dunia maya, dapat terlihat pula barisan Bolivarian --nama resmi tentara Venezuela-- bersiaga di sekitar jembatan, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian pada Kamis (7/2/2019).

Di lain pihak, sebuah konvoi bantuan, yang sebagian besar disumbangkan oleh Amerika Serikat (AS), meninggalkan ibu kota Kolombia, Bogotá, pada pukul 11.00 waktu setempat dan berjalan di sepanjang putaran gunung yang berliku ke Cúcuta.

Konvoi tersebut direncakan paling awal tiba di perbatasan pada Kamis pagi, sebelum kemudian diblokir terlebih dahulu oleh tentara Venezuela.

Nicolas Maduro berulang kali membantah negaranya --yang hancur secara ekonomi-- tengah menghadapi krisis kemanusiaan. Para pengamat menduga bahwa penolakan itu berarti kekhawatiran pemerintah berkuasa atas kemungkinan intervensi militer asing.

"Kami bukan pengemis," katanya dalam sebuah pidato awal pekan ini, yang kian memperkuat dugaan di atas.

Upaya saingan politiknya, Juan Guaido, untuk mendorong bantuan melalui perbatasan Venezuela dengan Kolombia dan Brasil, merupakan upaya terbaru untuk melemahkan rezim Maduro, yakni engan memaksa anggota militer untuk melanggar perintahnya dan membiarkan bantuan itu lewat.

"Tujuan utama sekarang adalah bagaimaa cara menghancurkan militer, dan bantuan kemanusiaan pada dasarnya adalah kuda Troya untuk mencoba menyerang Maduro," kata Maryhen Jiménez Morales, seorang pengamt politik Venezuela dari Oxford University.

Guaido mendesak pasukan perbatasan Venezuela untuk tidak menghalangi bantuan kemanusiaan, dan menyebutnya sebagai "bantuan bagi keluarga Anda, saudari Anda, ibu Anda, istri Anda, dan mereka yang pasti membutuhkan pasokan ini".

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Maduro Bersikeras Tolak Bantuan

Sementara itu, PBB memperingatkan agar tidak menggunakan bantuan sebagai alat politik.usiaan harus independen dari tujuan politik, militer atau lainnya," kata Stéphane Dujarric, salah seorang juru bicara PBB.

"Ketika kita melihat kebuntuan saat ini, menjadi semakin jelas bahwa negosiasi politik yang serius antara para pihak diperlukan, guna menemukan solusi yang mengarah pada perdamaian abadi bagi rakyat Venezuela," lanjutnya.

Senada dengan situasi terkait, Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, menulis twit: "Orang-orang Venezuela sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. AS dan negara-negara lain berusaha membantu, tetapi militer #Venezuela di bawah perintah Maduro memblokir bantuan dengan truk dan kapal tanker. Rezim Maduro harus membiarkan bantuan mencapai masyarakat yang kelaparan."

Namun, Maduro dan anggota lingkaran dalamnya tetap bersikeras di muka umum bahwa bantuan itu tidak akan diizinkan masuk.

"Dengan datangnya bantuan kemanusiaan ini mereka (AS dan oposisi) berusaha mengirim pesan: 'Venezuela harus pergi mengemis ke dunia!' Dan Venezuela tidak akan meminta apa pun dari siapa pun di dunia ini," kecam Maduro, Senin lalu.

Pada hari Selasa, Diosdado Cabello, salah seorang pejabat tinggi pendukung Maduro, menggambarkan upaya bantuan itu sebagai bagian dari intervensi militer asing yang bermusuhan, dan oleh karenanya sudah pasti akan ditolak.

"Wilayah kami harus dihormati. Seperti yang dikatakan oleh saudara kami, Presiden Nicolás Maduro: setiap unit militer yang mencoba menembus wilayah kami akan diusir, dan angkatan bersenjata nasional Bolivarian akan mempertahankan wilayah kami. Seharusnya tidak ada keraguan tentang itu."