Liputan6.com, Shaanxi - Sebanyak 15 orang terbunuh di Tiongkok pada malam Tahun Baru China. Insiden itu terjadi dalam dua tragedi yang melibatkan anggota keluarga.
Salah satu insiden dipicu oleh pria yang membakar sebuah rumah, sementara lainnya akibat mengamuk dengan pisau.
Dalam kejadian pertama, ketika orang-orang tengah bersuka cita dalam perayaan menyambut Tahun Babi pada Senin 4 Februari 2019 malam, seorang lelaki bernama Lu tiba-tiba saja membakar rumah saudaranya yang terletak di Provinsi Shaanxi, di utara China.
Advertisement
Menurut polisi di Kota Baoji, seperti diberitakan Channel News Asia, Jumat (8/2/2019), tujuh orang tewas dalam tragedi tersebut.Â
"Saudara lelaki itu, istrinya, ayah mereka, dan ketiga anak mereka tewas dalam kebakaran," kata polisi di media sosial China, Weibo. Beberapa jam setelah kejadian itu polisi menangkap tersangka, yang tengah mencoba bunuh diri.
Menurut polisi di Baiyin, pada malam yang sama, seorang pria bermarga Guo, yang mencurigai istrinya berzina, menikam delapan orang hingga tewas. Ulahnya itu juga mengakibatkan tujuh orang di sebuah desa di Gansu, barat laut China, terluka.
Pria itu, yang diidentifikasi berusia 49 tahun, telah ditangkap. Kendati demikian pihak berwenang belum merilis identitas para korban.
Serangan pisau biasa terjadi di China, di mana membawa senjata api dilarang. Sementara kejahatan kekerasan meningkat karena ekonomi telah berkembang pesat dalam beberapa dekade.
Berdasarkan sejumlah studi, kondisi tersebut juga menggambarkan peningkatan prevalensi gangguan mental. Beberapa pelaku kejahatan umumnya terkait dengan stres, karena laju kehidupan menjadi lebih cepat dan sistem pendukung yang tak sejalan.
Â
Saksikan juga video berikut ini:
Wanita di China Serang 14 Bocah TK dengan Pisau
Sebeumnya, seorang wanita di China dilaporkan menyerang 14 anak dengan pisau di sebuah taman kanak-kanak di kota Chongqing.
Pelaku yang merupakan seorang wanita berusia 39 tahun, kini telah ditahan oleh pihak keamanan, dan hasil penyelidikan awal menyebut tidak ada motif khusus dalam penyerangan terkait.
Dikutip dari Time.com pada Jumat 26 Oktober 2018, polisi mengatakan serangan di Taman Kanak-Kanak Xinshiji di pinggiran kota, terjadi pada pukul 09.30 pagi waktu setempat, ketika para siswa kembali ke kelas setelah jam istirahat.
Otoritas terkait mengatakan seluruh bocah yang terluka telah dirawat di rumah sakit. Daftar nama anak-anak yang menjadi korban serangan pisau itu tidak diumumkan, sesuai dengan kebijakan pemerintah setempat.
Tidak ada informasi lain yang diberikan tentang identitas pelaku penyerangan, selain nama belakangnya, Liu.
Rekaman vudeo yang diunggah di media sosial Weibo, menunjukkan anak-anak yang terluka oleh serangan pisau dilarikan segera ke ambulans dari gerbang sekolah, dengan beberapa di antaranya terlihat meronta-ronta kesakitan di atas ranjang pasien.
China disebut telah mengalami sejumlah insiden serupa dalam beberapa tahun terakhir, di mana sebagian besar menyalahkan pelaku sebagai pengidap sakit jiwa, atau orang-orang yang memiliki motif balas dendam.
Pada bulan Juni, seorang pria menggunakan pisau dapur, dilaporkan menyerang tiga anak laki-laki dan seorang ibu di dekat sekolah di Shanghai, menewaskan dua di antaranya.
Polisi mengatakan pelaku penyerangan itu merupakan seorang pengangguran, dan melakukan serangan "untuk membalas dendam pada masyarakat."
Undang-undang China membatasi penjualan dan kepemilikan senjata api, dan serangan massal umumnya dilakukan dengan pisau atau bahan peledak buatan sendiri.
Hampir 20 anak tewas dalam serangan di sekolah pada tahun 2010, mendorong tanggapan dari pejabat tinggi China dan pemimpin banyak sekolah, untuk menambah gerbang dan penjaga keamanan.
Advertisement