Liputan6.com, Tunis - Tujuh teroris pelaku serangan di museum dan resor pantai Tunisia 2015 lalu, resmi dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, Sabtu (9/2).
Terdakwa lain menerima hukuman kurungan yang lebih ringan, dan total 27 tersangka dibebaskan.
Dalam serangan pertama yang menimpa Museum Bardo, di Ibu Kota Tunis, pada Maret 2015, 22 orang tewas. Tiga bulan pasca-kejadian, 38 turis ditembak mati di pelabuhan Port El Kantoui, dekat Kota Sousse.
Advertisement
Tiga pria bersenjata, dua dalam serangan Bardo dan satu lainnya di Sousse ditembak mati di tempat kejadian perkara, dikutip dari BBC News, Sabtu (9/2/2019).
Baca Juga
Sedangkan dua orang yang merupakan otak serangan masih berstatus buron hingga saat ini. Terdapat dugaan mereka telah terbunuh dalam serangan udara AS di Libya.
Tersangka serangan di dua tempat tersebut, diadili dalam dua pengadilan yang berbeda.
Dalam persidangan Sousse, empat militan dijatuhi hukuman seumur hidup, dengan lima lainnya dijatuhi hukuman kurungan enam bulan hingga 16 tahun. Adapun sebanyak 17 tersangka lain dibebaskan.
Sedangkan dalam persidangan Bardo, tiga terdakwa mendapat hukuman seumur hidup dan beberapa lainnya dipenjara dalam kurun waktu yang lebih singkat. Terdapat 10 tersangka yang kemudian dibebaskan.
Dalam serangan Maret 2015, sebanyak enam puluh orang tewas dan banyak lainnya luka-luka.
Akibat kejadian itu, industri pariwisata Tunisia merugi parah.
Meskipun demikian, Inggris sebagai negara dengan korban tewas terbanyak dalam serangan telah mencabut larangan bepergian ke Tunisia, 2018 lalu.
Saat ini Tunisia telah relatif aman berkat kerja sama penanggulangan terorisme dengan komunitas internasional. Meskipun demikian, ancaman kriminal masih ada, mengingat masih tingginya tingkat pengangguran.
Â
Simak pula video berikut:
Bom Bunuh Diri di Tunisia
Sementara itu, setidaknya sembilan orang dilaporkan terluka akibat serangan bom bunuh diri yang mengguncang pusat ibu kota Tunisia, Tunis, pada Senin 29 Oktober 2018 sore waktu setempat.
Laporan menyebut seorang pria berusia 30 tahun meledakkan diri di dekat pusat perbelanjaan Le Palmarium di kawasan sibuk Habib Bourguiba Avenue, kata Sofiene Zaag, juru bicara kementerian dalam negeri setempat.
"Delapan polisi dan satu warga sipil terluka menyusul serangan bunuh diri ini," kata Sofiene Zaag, seraya menambahkan bahwa pembom adalah satu-satunya korban tewas.
Zaag mengatakan, korban yang terluka kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Charles Nicolle di Tunis dan rumah sakit militer, demikian sebagaimana dikutip dari Al Jazeera pada Selasa (30/10/2018).
Menurut Radio Mosaique FM, pengebom menggunakan granat buatan tangan yang berisi sejumlah kecil bahan peledak.
Ricardo Gonzalez, seorang tenaga kerja asing yang tinggal di dekat lokasi serangan, mengatakan ledakan bom bunuh diri itu tidak "sangat kuat".
"Bahkan, saya memiliki keraguan apakah ini adalah bom atau mungkin kecelakaan mobil," katanya kepada Al Jazeera.
"Saya turun ke jalan dan melihat banyak orang bergerak menuju tempat di mana ledakan itu terjadi. (Ketika semakin dekat), saya melihat beberapa petugas keamanan tergeletak di tanah dan meringis kesakitan karena cedera," lanjut Gonzalez.
Dia juga mengatakan beberapa warga sipil berusaha memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terluka, sebelum kedatangan ambulans sekitar 10 menit kemudian.
Lokasi bom bunuh dirimerupakan kawasan paling sibuk di Tunis, yang dipenuhi oleh deretan kafe, restoran, dan hotel berbintang, disebut memiliki pasukan keamanan reguler yang setara dengan penjagaa gedung-gedung pemerintah lokal.
Advertisement