Liputan6.com, London - Menteri Dalam Negeri Inggris, Sajid David, menegaskan bahwa Britania Raya menolak kepulangan Shamima Begum (19), wanita warga negara setempat yang sempat bergabung dengan ISIS di Suriah.
"Pesan saya jelas," kata Javid kepada surat kabar The Times. "Jika dia (Begum) telah mendukung organisasi teroris di luar negeri, maka saya tidak akan ragu untuk mencegahnya kembali ke Inggris."
Aapbila Begum nekat pulang ke Inggris, tambah Javid, maka dia bisa dituntut dengan tuduhan terlibat aksi terorisme, demikian sebagaimana dikutip dari BBC pada Jumat (15/2/2019).
Advertisement
Baca Juga
"Kita harus ingat bahwa dia meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan kelompok yang menaruh kebencian besar terhadap negara kita," lanjutnya.
"Jika dia berhasil kembali (ke Inggris), maka dia harus siap diinterogasi, diselidiki, dan berpotensi dituntut," tegas Javid.
Mendagri Inggris juga menambahkan bahwa terdapat beberapa langkah lain untuk menghentikan orang-orang yang menjadi ancaman serius Negeri Ratu Elizabeth II, termasuk dalam kasus permohonan pulang Begum.
Menurutnya, otoritas Inggris bisa merampas keawarganegaraan Begum, atau menolak yang bersangkutan keluar dari bandara, sehingga memicu risiko sebagai warga tidak berstatus (stateless).
Namun, menurut Lord Carlile, mantan pengulas independen undang-undang terorisme Inggris, Begum harus diterima kembali jika dia tidak menjadi warga negara dari negara lain.
"Di bawah hukum internasional, tidak mungkin membuat seseorang tanpa kewarganegaraan," jelasnya.
Di lain pihak, beberapa pengamat mengatakan bahwa permohonan Begum bisa saja lolos melalui Perintah Pengecualian Sementara.
Ini adalah alat hukum kontroversial, yang melarang warga negara Inggris untuk kembali pulang kecuali sepakat untuk terlibat investigasi, pemantauan dan, jika perlu, deradikalisasi.
Simak video pilihan berikut:
Mengaku Tidak Begitu Menyesal
Begum, yang dikabarkan tengah hamil, mengatakan kepada surat kabar The Times bahwa dia tidak begitu menyesali perbuatannya, tetapi ingin melahirkan bayinya di Inggris.
Menurutnya, setelah kehilangan dua anak sebelumnya karena sakit saat tinggal di Suriah, Begum khawatir calon bayinya sekarang akan mengalami hal serupa jika tetap tinggal di kamp militan.
Sementara itu, keluarga Begum telah memohon kepada otoritas Inggris untuk memberi belas kasihan.
Adik iparnya, Mohammed Rahman (36) mengatakan kepada Times: "Dia masih sangat muda, saya tidak berpikir dia memiliki pengalaman hidup untuk membuat keputusan itu (bergabung dengan ISIS)".
Begum adalah satu dari tiga siswi, bersama dengan Kadiza Sultana (16) dan Amira Abase (15) dari Bethnal Green Academy di London timur, yang meninggalkan Inggris ke Suriah pada Februari 2015.
Dia melarikan diri dari Baghuz , wilayah kekuatan terakhir ISIS di Suriah timur, sekitar dua pekan lalu.
Suaminya menyerah kepada sekelompok pasukan Suriah di suatu perjalanan, dan dia sekarang adalah salah satu dari 39.000 orang di sebuah kamp detensi di Suriah utara.
ISIS telah kehilangan kendali atas sebagian besar wilayah yang diserbunya, termasuk basis utama di Mosul di Irak dan Raqqa di Suriah.
Namun, pertempuran berlanjut di timur laut Suriah, tempat Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi mengatakan mereka menangkap puluhan militan dalam beberapa pekan terakhir.
Advertisement