Liputan6.com, Salisbury - Sebuah bendera Rusia terlihat berkibar di Katedral Salisbury di Inggris. Sebuah kota di mana mantan agen KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) atau Badan Intelijen Uni Soviet, Sergei Skripal hampir terbunuh akibat keracunan tahun 2018 lalu.
Bendera Rusia itu terlihat berkibar di perancah sekitar bagian katedral pada hari Minggu 17 Februari 2019 pagi waktu setempat, sebelum akhirnya diturunkan oleh sejumlah pekerja.
CNN yang dikutip Senin (18/2/2019) melaporkan Beberapa warga dan anggota parlemen mengkritik lelucon pemasangan bendera itu di media sosial.
Advertisement
"Syukurlah bendera itu telah dicopot sekarang - benar-benar tindakan bodoh - mengejek peristiwa serius yang dialami di Salisbury tahun lalu," tulis anggota parlemen kota itu di Twitter.
Thankfully it has been removed now - what a stupid stunt - mocking the serious events sadly experienced in Salisbury last year https://t.co/eDUBFhuOT4
— John Glen MP (@JohnGlenUK) February 17, 2019
"Berani-beraninya orang bodoh tak menghargai kota kita. Setelah semua yang dilalui, kota ini tak sepatutnya mengalami (lelucon pemasangan bendera Rusia) ini," tambah seorang penduduk setempat.
Mata-mata Rusia Sergei dan putrinya Yulia Skripal sakit parah di kota itu setelah diracun dalam serangan menggunakan racun syaraf Novichok Maret lalu. Sementara wanita 44 tahun yang diidentifikasi sebagai Dawn Sturgess dilaporkan meninggal pada bulan Juli setelah terpapar botol parfum tempat racun.
Beberapa bulan kemudian, Katedral Salisbury mendapat perhatian internasional ketika dua agen Rusia yang dituduh melakukan serangan terhadap Sergei dan dan Yulia Skripal mengklaim bahwa mereka berada di Inggris sebagai turis yang mengagumi menara setinggi 123 meter.
Saksikan juga video berikut ini:
Terkait Ulah Antek Intel Rusia?
Gurauan pemasangan bendera Rusia yang masih menyisakan misteri pemasangnya itu diduga kuat berkaitan dengan wawancara terhadap Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, dua pria yang dituduh oleh Inggris melakukan serangan zat beracun terhadap Sergei dan putrinya Yulia Skripal. Kendati demikian mereka membantah tuduhan tersebut dalam pernyataan yang dimuat RT News pada September 2018 lalu.
Diminta menjelaskan mengapa orang-orang itu mengunjungi kota yang berlangsung kurang dari dua jam, Boshirov mengatakan: "Ini adalah kota wisata. Ada sebuah katedral terkenal di sana, katedral Salisbury. Terkenal bukan hanya di seluruh Eropa, itu terkenal semua atas dunia."
"Terkenal dengan menara 123 meter, jamnya yang merupakan pertama yang dibuat di dunia dan masih berfungsi. Katedral itu sangat indah, ada banyak turis di sana," tambahnya kemudian.
Sementara itu entah mengapa pada bulan lalu, Igroland - perusahaan mainan Rusia - merilis permainan dengan tokoh-tokoh berjas Hazmat bertajuk "Our Guys in Salisbury," yang dimulai penjualannya di Moskow dan berakhir di Salisbury.
Jadi Tersangka
Dua orang warga negara Rusia itu kemudian ditetapkan sebagai tersangka dalam percobaan pembunuhan mantan mata-mata Moskow, Sergei Skripal, dan putrinya, Yulia Skripal.
Alexander Petrov dan Ruslan Boshirov, diketahui sebagai perwira dari dinas intelijen militer Rusia.
Kopolisian Inggris, Scotland Yard, dan lembaga penyidik nasinal CPS mengatakan ada cukup bukti untuk menuduh kedua pria tersebut.
Dikutip dari BBC pada Kamis 6 September 2018, Skripal (66) dan putrinya Yulia (33) diracuni oleh agen saraf Novichok di Salisbury, pada bulan Maret.
Polisi menghubungkan serangan itu dengan keracunan Novichok terpisah pada 30 Juni, ketika pasangan Dawn Sturgess dan Charlie Rowley, yang tidak memiliki kaitan apa pun dengan Skripal, mendadak sakit di sebuah rumah di Amesbury--sekitar 8 mil dari Salisbury.
Sturgess meninggal di rumah sakit pada 8 Juli, dan suaminya, Rowley, keluar dari rumah sakit pada 20 Juli.
Berbicara di hadapan anggota DPR Inggris, Perdana Menteri Theresa May mengatakan pemerintah telah menyimpulkan, dari hasil penyelidikan intelijen, bahwa kedua tersangka adalah bagian dari pihak intelijen Rusia, GRU.
PM May yakin keracunan tersebut bukan dilakukan sepihak, melainkan telah disetujui di tingkat pemerintahan senior Moskow. Kedua tersangka diyakini telah menggunakan nama samaran, bepergian dengan paspor Rusia dan diperkirakan berusia sekitar 40 tahun.
Menanggapi dalam sebuah pernyataan, kedutaan besar Rusia di London meminta pemerintah Inggris untuk "melepaskan tuduhan-tuduhan publik yang dipolitisisasi".
Pernyataan Kedubes Rusia menuduh pihak berwenang Inggris tidak mau terlibat dalam inisiatif pengusutan bersama, dengan memberikan informasi tambahan tentang para tersangka, seperti nomor paspor tersangka.
Di lain pihak, lembaga penyidikan CPS tidak mengajukan permohonan ke Rusia untuk pemulangan kedua tersangka, karena Negeri Beruang tidak punya kebijakan mengekstradisi warga negaranya sendiri.
Akan tetapi, Surat Perintah Penangkapan Eropa telah berlaku jika kedua tersangka ketahuan beraktivitas di wilayah Uni Eropa.
Advertisement