Sukses

Agar Tak Salah Kaprah, Ini 5 Fakta Bisnis Unicorn yang Disorot di Debat Kedua Capres

Ketahui 5 fakta tentang bisnis unicorn, agar tidak salah kaprah.

Liputan6.com, Jakarta - "Unicorn" menjadi bahan perbincangan publik, sejak mencuat dalam Debat Calon Presiden Indonesia putaran kedua yang bertemakan energi, pangan, infrastruktur, sumber daya alam, dan lingkungan hidup pada Minggu 17 Februari 2019.

Istilah unicorn memang jarang digunakan oleh orang awam dalam percakapan sehari-hari, terlebih pada kalangan berumur. Maka tak heran jika sebagian orang tidak mengetahui, bahkan berpotensi untuk salah kaprah.

Berikut adalah 5 fakta tentang unicorn yang harus diketahui, dilansir dari berbagai sumber.

Simak pula video pilihan berikut:

2 dari 6 halaman

1. Pertama Kali Disebut oleh Aileen Lee

Aileen Lee, seorang investor berkewarganegaraan AS yang juga mendirikan Cowboy Ventures, adalah orang pertama yang menggunakan istilah ini pada 2013.

Menurut International Business Times, diakses pada Senin (18/2/2019), Lee ingin mengetahui seberapa menjanjikannya berinvestasi pada salah satu startup. Hasil penelitian mengejutkan, 0,07 persen perusahaan ventura telah memiliki lebih dari US$ 1 miliar (Rp 14, 079 triliun). Persentase itu semakin meningkat seiring berjalannya waktu.

Sebelumnya Lee menggunakan istilah 'home run' atau 'megahit,' namun kemudian ia mengubah menjadi 'unicorn' karena sangat langka, di antara ribuan startup di bidang teknologi yang muncul setiap tahun.

Istilah unicorn dianggap merepresentasikan impian besar para pendirinya yang ingin membangun hal-hal yang belum pernah di lihat oleh penduduk global sebelumnya.

3 dari 6 halaman

2. AS dan China Merajai Unicorn

Menurut data dari International Business Times, AS memiliki 77 unicorn. Sedangkan menurut kajian strategis yang diterbitkan oleh Atlantic Council Scowcroft Center for Strategy and Security berjudul The Global Innovation Sweepstakes: A Quest to Win The Future, China adalah rumah bagi sepertiga unicorn dunia.

Menurut data dari CBInsights --sebuah platform intelijen yang menganalisis modal ventura, startup, serta tentang pertumbuhan dan persaingan yang ada di dalamnya--, tiga dari lima unicorn terbesar berbasis di AS. Sedangkan dua lainnya berasal dari China. Berikut adalah 5 unicorn terbesar dunia, per Agustus 2018.

Toutiao menempati posisi pertama sebagai unicorn dengan nilai terbesar yakni mencapai US$75 miliar (sekira Rp 1.057 triliun). Startup yang berbasis di China ini bergerak dalam bidang penyediaan berita dan informasi sejak pertengahan tahun 2017.

Uber adalah perusahaan yang berbasis di San Francisco, California, bergerak dalam bidang transportasi daring sejak tahun 2009. Aplikasi yang memungkinkan orang di 81 negara untuk memesan taksi dengan mudah ini, memiliki nilai US$72 miliar (sekira Rp 1.014,6 triliun).

Posisi ketiga adalah Didi Chuxing, sebuah perusahaan yang menyediakan layanan transportasi, pengiriman makanan, merental mobil, dan sejenisnya sejak tahun 2014. Perusahaan ini telah bernilai US$56 miliar (Sekira Rp 788,6 triliun).

Selain Uber yang berbasis di California, Amerika Serikat juga memiliki WeWork yang menyediakan ruang kerja bersama untuk berbagai kelompok wirausahawan, freelancer, serta pegiat start up. Perusahaan yang dirintis sejak Maret 2014 itu telah ada di 32 negara dan bernilai US$47 miliar (sekira Rp 661,9 triliun).

Posisi kelima ditempati perusahaan besutan anak Negeri Paman Sam bernama Airbnb yang bergerak dalam bidang perdagangan daring. Hingga saat ini, Airbnb telah bernilai US$ 29,3 (sekira Rp 412,7 triliun).

4 dari 6 halaman

3. Empat Unicorn Lahir Setiap Tahun

Menurut temuan Aileen Lee yang dipublikasikan dengan judul "Welcome to the Unicorn Club: Learning from Billion-Dollar Startups,' dikutip dari situs techcrunch.com, Senin (18/2/2019), rat-rata terdapat empat unicorn yang lahir setiap tahunnya dalam satu dekade terakhir.

Sebagian besar unicorn yang dimaksud bergerak pada bidang perdagangan daring, yang berusaha menemukan kebutuhan pelanggan dengan menggunakan perangkat lunak (software) sebagai layanan.

5 dari 6 halaman

4. Sebagian Besar Bos adalah Anak Muda

Masih menurut hasil penelitian Aileen Lee, sebagian besar pemilik unicorn berusia 20 hingga 30 tahun. Anak muda yang saling berkolaborasi, ditopang dengan pendidikan yang tinggi berpotensi sukses besar.

Hampir seluruh pendiri Unicorn memiliki pengalaman dan pendidikan tentang teknologi dan perangkat lunak. Bahkan, beberapa lahir dari rahim perguruan tinggi berkelas dunia seperti Cornell, Northwestern, harvard, MIT, dan Stanford.

Pendiri delapan dari 38 unicorn pernah menempuh pendidikan di Harvard, lima dari 38 pernah bersekolah di Berkeley, dan empat dari MIT.

Meskipun pendidikan dan tekhnologi sebagai aset utama perkembangan unicorn, beberapa perusahaan juga dirintis oleh pemuda putus sekolah. Misalnya adalah Facebook, Twitter, dan ServiceNow.

6 dari 6 halaman

5. Facebook Bukan Unicorn

Meskipun menggunakan teknologi, Facebook bukan termasuk unicorn. Dengan nilai US$ 100 miliar (sekira 1.407,6 triliun), Facebook disebut oleh Lee sebagai Super-unicorn. Perusahaan besutan Mark Zuckerberg itu telah memiliki nilai agregat hampir setengah dari daftar yang dianalisis Lee. Itulah mengapa Facebook dikeluarkan dari daftar unicorn.

Setiap perkembangan tekhnologi diprediksi akan menghasilkan setidanya satu superunicorn. Misalnya, apa yang telah dialami oleh Google pada tahun 1900an, kemudian disusul Facebook pada perkembangan selanjutnya.