Sukses

Korea Utara Klaim Pernah Temukan Sarang Unicorn

Pemerintah Korea Utara pernah mengklaim telah menemukan sarang unicorn. Apakah benar?

Liputan6.com, Pyongyang - Kata unicorn seketika viral setelah debat calon presiden putaran kedua berlangsung pada Minggu 17 Februari 2019 malam, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat.

Dalam debat kedua capres, Joko Widodo (Jokowi) mendapat kesempatan mengajukan pertanyaan kepada Prabowo Subianto. Capres nomor 01 itu melemparkan pertanyaan perihal strategi peningkatan startup unicorn di Indonesia jika terpilih sebagai presiden Republik Indonesia selanjutnya.

Usai Jokowi menanyakan hal itu, Prabowo terlihat kurang memahami apa yang dimaksud dengan unicorn.

Istilah unicorn dapat disebut untuk mengukur tingkat kesuksesan sebuah startup. Sebab, keberadaan startup di era digital sudah tak dapat lagi dipandang sebelah mata.

Namun tahukah Anda bahwa unicorn tersebut juga merupakan mahluk legenda berbentuk kuda dengan tanduk di dahinya.

Bahkan, seorang arkeolog asal Korea Utara mengklaim bahwa dirinya telah menemukan sarang unicorn. Di negeri eksklusif nan tertutup seperti Korea Utara, tak ada garis pembatas antara fakta dan fantasi. Apapun yang ke luar dari corong pemerintah akan dilegalisasi sebagai sebuah kebenaran.

Laporan KCNA bahkan menegaskan, salah satu unicorn di sarang itu adalah tunggangan Raja Korea, Tomyong, pendiri kerajaan yang kekuasaannya meliputi sebagian China dan Semenanjung Korea di abad ke-3 Sebelum Masehi hingga abad ke-7 Masehi.

KCNA menyebut, lokasi temuan berada 200 meter dari sebuah kuil di ibukota Pyongyang. "Sebuah batu persegi panjang berukir tulisan "Sarang Unicorn" berdiri di depan sarang tersebut," demikian diberitakan KCNA, seperti dimuat LiveScience.

Arkeolog dari Institut Sejarah, Akademi Ilmu Sosial Korut disebut sebagai penemu.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Alat Propaganda

Soal temuan luar biasa itu, Sung-Yoon Lee, profesor studi Korea di Fletcher School of Law and Diplomacy, Tufts University, AS menyebut, itu hanyalah alat propaganda.

Sebagian besar warga Korut bahkan diyakini, tak menelan mentah-mentah informasi itu.

"Itu lebih sebagai makna simbolis," kata Lee. "Meski warga Korut tak mempercayainya, mereka mengambil simbol tertentu untuk mengindentifikasi dirinya. Untuk meningkatkan moral."

Propaganda Pyongyang juga pernah membuat klaim supernatural soal keluarga Kim -- dinasti kepemimpinan Korut. Misalnya, badai salju mendadak berhenti dan langit bersinar merah di atas gunung suci ketika Kim Jong-il meninggal.

Namun, Pemerintah Korut berusaha menghindari deskripsi magis soal Kim Jong-un dalam propagandanya.

Pemimpin belia Korut itu "hanya" diklaim jenius dalam sains, teknologi, begitu pula dalam strategi militer. Ia juga disebut menguasai enam bahasa.