Sukses

Di Tengah Tekanan China, Presiden Taiwan Keluarkan Peringatan Tegas pada Dunia

Hadapi tekanan yang terus meningkat dari China, Taiwan keluarkan peringatan tegas ke dunia.

Liputan6.com, Taipei - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengirim peringatan ke negara-negara Asia terkait tantangan menghadapi agresi yang meningkat dari China.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan stasiun televisi CNN, Tsai mengatakan ancaman militer oleh China tumbuh "setiap hari", sejalan dengan kebijakan luar negeri yang lebih tegas di bawah pemerintahan Xi Jinping.

"Jika melihat Taiwan sekarang, banyak orang mungkin bertanya, siapa selanjutnya (yang bernasib serupa)? Apakah negara di wilayah ini (Asia), jika tidak mau tunduk atas kehendak China, membuat mereka menghadapi ancaman militer serupa," kata Tsai, sebagaimana dikutip dari CNN pada Rabu (20/2/2019).

Taiwan dan China dipisahkan oleh Selat Taiwan, di mana jarak keduanya berkisar kurang dari 130 kilometer.

Selama tujuh dekade, keduanya mempertahankan gencatan senjata yang tidak mudah setelah perpecahan pada akhir perang saudara, pada 1949 silam.

Unifikasi adalah tujuan jangka panjang bagi Partai Komunis China yang berkuasa, yang menganggap negara demokratis Taiwan --sebuah pulau berpenduduk 23 juta orang-- sebagai provinsi pemberontak.

Tapi, terpilihnya Tsai dan Partai Progesif Demokratik (PDP) yang pro kemerdekaan, dalam pemilu bersejarah pada 2016 lalu, memicu meningkatnya ketegangan di antara kedua negara.

China telah menempatkan tekanan diplomatik dan ekonomi yang meningkat pada Taiwan, di antaranya dengan melakukan latihan tembakan langsung di laut terdekat, serta menerbangkan pembom H-6K dan pesawat pengintai di sekitar negara pulau tersebut.

"Dengan China menjadi semakin kuat dan ambisius, kami dihadapkan pada ancaman yang semakin besar," kata Tsai.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Tantangan Eksistensi Independen

Tantangan terbesar Taiwan saat ini, menurut Tsai, adalah tentang eksistensi independen negara itu, bersamaan dengan isu keamanan, kemakmuran, dan mempertahankan demokrasi.

Sekutu tidak resmi Taiwan, Amerika Serikat (AS), selama beberapa dekade telah bertindak sebagai penjamin keamanan pulau itu terhadap ancaman aksi militer China.

Tetapi, ketika ditanta secara langsung, Tsai enggan menjelaskan tentang bagaimana sikap AS sesungguhnya terhadap janji dukungan yang telah diberikan sejak beberapa dekade lalu.

Sebaliknya pemimpin Taiwan itu mengatakan dia fokus pada penguatan kemampuan pertahanan Taiwan dalam menghadapi "perang yang tidak seimbang," ketika di saat bersamaan, China telah jauh memodernisasi fitur militernya.

"Kami harus siap setiap saat," kata Tsai, menambahkan bahwa Taiwan tidak akan menyerah terhadap tekanan pemerintahan Xi Jinping.