Sukses

Badai Dahsyat Mampu Merusak Rudal Canggih Anti-Pesawat S-400 Rusia

S-400 adalah salah satu sistem rudal surface-to-air paling canggih di dunia. Ia memiliki jangkauan 400 km (248 mil), namun sistemnya rusak gara-gara badai ini.

Liputan6.com, Moskow - Rudal anti-pesawat S-400 yang dikenal tangguh dan canggih ternyata bisa rusak juga. Badai yang berkecamuk di Selat Inggris merusak rudal anti-pesawat S-400 yang dikirim Rusia ke China. 

Kendati demikian pihak Rusia sudah mengganti kiriman rudal. 

BBC yang dikutip Kamis (21/2/2019) mengatakan bahwa kapal dengan muatan rudal yang rusak itu kembali ke Rusia, tetapi dua kapal Rusia lainnya mengantarkan S-400 ke China dengan sukses.

Kesepakatan itu dilaporkan oleh situs web pemerintah Rusia Rossiiskaya Gazeta.

Sejauh ini China mendapatkan dua unit resimen, yang berjumlah sedikitnya 128 rudal.

Insiden di laut dilaporkan oleh outlet media pemerintah Rusia TASS pada 19 Januari. Hari itu, sebuah artikel di Maritime Bulletin mengidentifikasi kapal itu sebagai Nikifor Begichev, yang telah berangkat dari Ust-Luga di provinsi Leningrad pada 30 Desember, menuju China.

Ust-Luga diidentifikasi oleh media pemerintah sebagai pelabuhan keberangkatan untuk pengiriman S-400 sebelumnya pada awal 2018.

"Pada malam hari, 3 Januari mengalami badai dan masalah dengan kargo besar di dek kargo. Kapal itu bergoyang-goyang selama beberapa waktu, dan sekitar pukul 05.00 UTC pada 3 Januari berbalik. Tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh kapal tentu saja tidak diketahui. Dia kembali ke pelabuhan Ust-Luga pada 9 Januari," demikian menurut artikel Maritime Bulletin.

S-400 Triumf atau Triumph adalah salah satu sistem rudal surface-to-air paling canggih di dunia. Ia memiliki jangkauan 400 km (248 mil) dan satu sistem terintegrasi S-400 dapat menembak hingga 80 target secara bersamaan.

Rusia mengatakan dapat mencapai target udara mulai dari drone terbang rendah hingga pesawat terbang di berbagai ketinggian dan rudal jarak jauh.

Sanksi AS

China berada di bawah sanksi AS karena membeli S-400 dan senjata Rusia lainnya. Persenjataan itu juga diminati India dan Turki.

Seorang Kepala Industri Senjata Rusia, Dmitry Shugayev, mengatakan Moskow akan menyelesaikan pengiriman S-400 ke China pada akhir 2020.

Sanksi AS ditujukan untuk memberikan tekanan pada pemerintah Rusia atas pencaplokannya atas Krimea dan intervensi di Ukraina timur pada tahun 2014.

Pada Oktober, India menandatangani kesepakatan $ 5 miliar (£ 3,9 miliar) untuk membeli lima unit resimen S-400. Itu berjumlah setidaknya 320 rudal. Setiap kendaraan peluncur S-400 - truk berat - membawa empat rudal canggih Rusia itu.

Sejauh ini pihak Rusia telah mengerahkan S-400 untuk melindungi pangkalan udara militernya di Hmeimim di Suriah.

Turki, anggota NATO, membeli S-400 meskipun ada peringatan dari AS. Negeri Paman Sam ingin menjual rudal Patriot, yang dibuat oleh Raytheon Co, ke Turki sebagai gantinya, dan berpendapat bahwa S-400 tidak kompatibel dengan sistem NATO.

"Kami membuat kesepakatan S-400 dengan Rusia, jadi tidak mungkin bagi kami untuk kembali. Itu sudah selesai," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Baik Turki maupun India belum terkena sanksi AS atas pembelian rudal tersebut.

 

Simak video pilihan berikut: 

2 dari 2 halaman

Kenapa Senjata ini Diminati?

Di awal Abda ke-21, Rusia menciptakan sebuah misil berat antipesawat. Itu dinamakan S-400 Triumf, atau yang disebut negara NATO sebagai "Growler".

Senjata baru ini langsung menjadi juara sistem misil antibalistik di seluruh dunia dengan kapasitasnya mendeteksi musuh, dari roket, jet, bomber, helikopter, dan segala sistem serangan udara dari jarak hingga 580 kilometer.

Sistem berbasis radar ini tidak beroperasi satu arah seperti sistem-sistem lain, tapi mampu mendeteksi setiap benda yang datang atau pergi dari lingkaran berdiameter 580 kilometer.

Ini adalah fitur utamanya, karena kompetitor utamanya, MIM-104 Patriot asal AS, hanya mampu melakukan hal serupa dengan jarak 177 kilometer dari satu arah.

Namun, Growler sekarang sudah melakukannya dari jarak 386 kilometer, sehingga belum ada jet tempur generasi kelima dan bomber yang bisa melewatinya tanpa terdeteksi.

Hal-hal ini menjadi alasan utama mengapa China, India, dan Turki akan menjadi negara-negara pertama yang mendapatkan sistem perlindungan mumpuni dengan harga 500 juta dolar AS per divisi (terdiri dari delapan mesin luncur dan unit-unit pendukung).