Sukses

AS - Korsel Pastikan Akan Setop Latihan Perang di Semenanjung Korea

Amerika Serikat dan Korea Selatan telah mengonfirmasi rencana untuk mengakhiri latihan militer bersama skala besar di tengah upaya untuk mencairkan hubungan dengan Korea Utara.

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat dan Korea Selatan telah mengonfirmasi rencana untuk mengakhiri latihan militer bersama skala besar di tengah upaya untuk mencairkan hubungan dengan Korea Utara. Pengumuman itu datang berselang beberapa hari setelah pertemuan tingkat tinggi kedua antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Vietnam pekan ini.

Latihan skala kecil akan terus berlanjut, tetapi latihan perang yang berskala besar tidak akan diteruskan, demikian seperti dikutip dari BBC, Minggu (3/3/2019).

Sejumlah latihan juga pernah dihentikan tahun lalu setelah Presiden AS Donald Trump bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura pada Juni 2018.

Korea Utara selalu menganggap latihan perang yang dilakukan oleh AS - Korsel di Semenanjung Korea sebagai persiapan untuk invasi militer oleh kedua negara.

Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan AS mengatakan, para menteri pertahanan dari AS dan Korsel telah sepakat untuk mengakhiri latihan Foal Eagle dan Key Resolve dalam sebuah panggilan telepon pada Sabtu 2 Maret 2019. Tidak jelas apakah hal itu bersifat permanen.

Para kritikus mengatakan pembatalan latihan itu dapat merusak pertahanan militer AS dan Korea Selatan terhadap Korea Utara, tetapi yang lain mengatakan kekhawatiran itu tidak dapat dibenarkan.

Presiden Trump sebelumnya telah mengeluhkan biaya latihan semacam itu, meskipun ia telah mengesampingkan penarikan pasukan AS dari semenanjung --yang setidaknya berjumlah 30.000 di Korsel.

KTT kedua Trump dengan Kim Jong-un di Vietnam pekan ini berakhir tanpa kesepakatan.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Korsel Janji Bantu AS dan Korea Utara Melanjutkan Perundingan yang Tertunda

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa negaranya akan bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara, untuk membantu mengatasi pembicaraan mereka yang macet.

KTT kedua antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal meraih kesepakatan pada Kamis 28 Februari 2019, karena kedua belah pihak memberikan laporan berbeda tentang apa yang terjadi.

"Saya percaya ini adalah bagian dari proses untuk mencapai tingkat kesepakatan yang lebih tinggi. Sekarang peran kami menjadi lebih penting," kata Moon dalam pidatonya saat memperingati hari libur nasional Korsel, demikian dikutip dari Channel News Asia pada Jumat (1/3/2019).

"Pemerintahan saya akan berkomunikasi erat dan bekerja sama dengan Amerika Serikat dan Korea Utara untuk membantu pembicaraan mereka mencapai penyelesaian penuh dengan cara apa pun," katanya.

Moon juga mengatakan Korea Selatan akan berkonsultasi dengan AS tentang cara untuk membangkitkan sektor pariwisata di Gunung Kumgang, dan pengoperasian kompleks industri Kaesong, keduanya di Korea Utara.

Korea Selatan menghentikan sementara operasi di pabrik yang dikelola bersama di Kaesong setelah peluncuran roket jarak jauh oleh Pyongyang pada 2016, di mana hal tersebut memotong sumber pendapatan penting bagi Korea Utara yang miskin.

Di lain pihak, Kim Jong-un juga menekankan perlunya meningkatkan pariwisata sebagai bagian dari upayanya untuk mengembangkan ekonomi negara Korea Utara.

Pyongyang mendapat US$ 30 juta (setara Rp 424 miliar) per tahun dari tur Gunung Kumgang antara 1998-2008 sebelum ditangguhkan, lapor kementerian unifikasi Korea Selatan memperkirakan.