Liputan6.com, Manchester - Seorang perempuan bernama Joan dari Manchester, Inggris, ingin memanfaatkan kulit kakinya yang diamputasi sebagai tas tangan.
Perempuan yang tak menyebutkan nama belakangnya tersebut tidak ingin membiarkan kakinya sia-sia sebagai "sampah medis," sebagaimana bagian tubuh manusia pada umumnya pascaoperasi.
Advertisement
Baca Juga
"Saya pernah membaca tentang skandal sampah manusia di mana mereka hanya membuang bagian tubuh ke tempat sampah yang (menjadi) membusuk dan aku tidak ingin itu terjadi kepada saya," tutur Joan, sebagaimana dikutip dari laman The Straits Times pada Selasa (5/3/2019).
Menjadikan kulit kaki sebagai tas adalah keputusan final Joan, agar ia dapat "menyimpan" bagian tubuh itu dalam waktu lama.
"Itu bagian dari diriku dan aku ingin menyimpannya (dalam bentuk tas tangan)," kata Joan.
"Aku tahu itu agak aneh dan menjijikkan, dan beberapa orang mungkin berpikir aku gila, tapi ini kakiku dan aku tidak tahan memikirkannya dibiarkan membusuk di suatu tempat," lanjutnya.
Joan menderita penyakit arteri perifer, penyempitan atau penyumbatan arteri ekstremitas bawah yang membatasi aliran darah ke kaki.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Dibantu Produsen Pakaian
Untuk merealisasikan keinginannya, Joan dibantu oleh sebuah produsen pakaian bernama Sewport. Pabrik pakaian jadi yang berpusat di London, Inggris itu berusaha membuat tas tangan sesuai ide kliennya.
Joan telah membuat desain untuk tas tangan yang diinginkannya. Setelah desain itu diberikan kepada Sewport, sang gadis rela membayar sekitar £ 3.000 (sekitar Rp 55.843.000).
Sewport sama sekali tidak menganggap idenya aneh dan kotor.
"Kami belum pernah menemukan desainer yang ingin membuat tas tangan dari kulitnya sendiri," kata pihak Sewport, saat ditanya tanggapan terkait Joan yang mendesain sendiri tas tangan impiannya.
Menurut perusahaan tekstil itu, Joan terinspirasi dari pengalaman seorang perempuan yang mempercayai Sewport untuk membuat gaun dari rambut ibunya.
"Setelah berbincang dengannya, terungkap bahwa ia menghubungi kami setelah melihat permintaan dari perempuan yang menginginkan gaun yang dibuat dari rambut ibunya, dan terinspirasi untuk melakukan hal serupa," lanjut Sewport.
Sewport sangat mengapresiasi keputusan Joan, dan mengatakan bahwa pihaknya dapat memahami alasan personalnya.
"Sebelum kamu mengatakan 'kotor', kita sudah bicara dengan perempuan itu dan alasannya di balik itu sangat bisa dimengerti dan bersifat pribadi," pungkasnya.
Advertisement