Liputan6.com, Jakarta - Langkah Korea Selatan dan Amerika Serikat baru-baru ini yang mengumumkan penghentian latihan perang di Semenanjung Korea, merupakan 'salah satu sinyal yang diberikan Seoul' kepada Korea Utara agar Pyongyang 'tidak kembali meningkatkan tensi' di kawasan --kata diplomat top Korsel di Indonesia.
Pada 3 Maret 2019, Kementerian Pertahanan AS dan Korsel mengumumkan sepakat untuk menghentikan latihan skala besar di Semenanjung Korea dan menggantinya dengan skala yang lebih kecil. Pengumuman itu datang berselang beberapa hari setelah pertemuan tingkat tinggi kedua antara Kim Jong-un dan Donald Trump di Vietnam pekan lalu yang tak membuahkan hasil.
Baca Juga
"Jelas ini merupakan salah satu sinyal dari Korea Selatan kepada Korea Utara, agar mereka tidak meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea. Menteri pertahanan AS dan Korea Utara, saya rasa juga berniat menyampaikan pesan ini," kata Duta Besar Korea Selatan untuk RI, Kim Chang-beom di Jakarta, Rabu (5/3/2019).
Advertisement
Namun, Presiden Donald Trump punya alasan berbeda. Seperti dikutip dari VOA Indonesia, Trump justru menjelaskan bahwa penghentian latihan militer gabungan AS-Korut disebabkan oleh alasan biaya.
Alasan saya tidak ingin latihan militer dengan Korea Selatan adalah untuk menghemat dana ratusan juta dolar oleh AS yang tidak dibayar kembali," bunyi twit Trump, pada hari Minggu.
Namun ia juga mengakui bahwa Korea Utara kerap menganggap latihan itu sebagai persiapan invasi. Oleh karenanya, terindikasi bahwa keputusan AS untuk menyetop latihan itu adalah 'demi Korea Utara' pula.
Sebuah pernyataan dari Kementerian Pertahanan AS mengatakan, para menteri pertahanan dari AS dan Korsel telah sepakat untuk mengakhiri latihan Foal Eagle dan Key Resolve dalam sebuah panggilan telepon pada Sabtu 2 Maret 2019. Tidak jelas apakah hal itu bersifat permanen.
Para kritikus mengatakan pembatalan latihan itu dapat merusak pertahanan militer AS dan Korea Selatan terhadap Korea Utara, tetapi yang lain mengatakan kekhawatiran itu tidak dapat dibenarkan.
Â
Simak video pilihan berikut:
Keputusan Setop Latihan Militer Hanya Beberapa Hari Pasca KTT Vietnam
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal menyepakati kesepakatan apapun dalam pertemuan tingkat tinggi di Hanoi pada 28 Februari 2019. Keduanya tidak menyetujui usulan yang diajukan oleh masing-masing pihak.
Kim Jong-un ingin agar AS mencabut sejumlah sanksi signifikan yang Negeri Paman Sam berlakukan kepada Korea Utara, dengan imbalan bahwa Pyongyang akan menutup fasilitas nuklirnya di Yongbyon.
Di sisi lain, Donald Trump ingin agar Korut melucuti semua persenjataan dan fasilitas pengembangan nuklirnya --atau complete, veriviablee, irreversible denuclirization (CVID)-- dengan imbalan AS akan mencabut sanksi kepada negara tertutup itu.
Mengomentari hasil pertemuan di Hanoi, Kim Chang-beom mengatakan, "Meski tidak ada kesepakatan yang dibuat, setidaknya kedua pemimpin telah menetapkan landasan dasar dari keinginan masing-masing --sesuatu yang tidak kita temukan pada KTT AS-Korut pertama di Singapura tahun lalu."
"Dan itu menjadi landasan yang baik untuk membawa dialog serta negosiasi ini ke tahapan lebih lanjut," jelasnya.
Advertisement