Sukses

Kisah 3 Pedang Paling Mematikan di Dunia

Berikut kisah tentang tiga pedang paling kuat dan termasyur di dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Pedang pertama muncul selama Zaman Perunggu. Benda tajam ini terbuat dari tembaga dan ditemukan di situs Harappan di wilayah yang kini disebut Pakistan.

Pada Abad Pertengahan, pedang besi dan baja diproduksi secara massal dan digunakan dalam banyak pertempuran. Para tentara dilatih ilmu pedang agar mereka siap untuk berperang.

Sepanjang sejarah kuno, semua jenderal kerajaan, raja, dan kaisar memiliki pedang pribadinya masing-masing yang konon memiliki "penghuni". Senjata-senjata ini dibuat oleh pembuat pedang terhebat di masanya.

Banyak manuskrip sejarah yang mendokumentasikan peristiwa-peristiwa seputar pedang. Berikut 3 kisah tentang pedang yang diklaim menjadi paling mematikan dan terkenal di dunia, seperti dikutip dari Top Tenz, Rabu (6/3/2019).

 

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 4 halaman

1. Joyeuse

Charlemagne adalah seorang pria yang lahir sekitar tahun 742. Dia adalah salah satu penguasa terbesar dalam sejarah dunia dan menjadi raja bagi Suku Franka pada tahun 768.

Pada tahun 800, dia dinobatkan sebagai Kaisar Romawi, posisi yang dia pegang selama sisa hidupnya. Di Kekaisaran Romawi Suci, dia dikenal sebagai Charles I dan merupakan Kaisar Romawi Suci pertama.

Selama masa hidup Charlemagne, dia memperluas Negeri Franka menjadi sebuah kekaisaran, yang meliputi sebagian besar Eropa Barat dan Tengah. Charlemagne dianggap sebagai Bapak Pendiri Monarki Prancis dan Jerman, serta Bapak Eropa.

Joyeuse adalah nama pedang pribadi Charlemagne. Hari ini, ada dua pedang yang dikaitkan dengan Joyeuse. Salah satunya adalah pedang yang disimpan di Weltliche Schatzkammer di Wina, sementara yang lainnya disimpan di Museum Louvre di Prancis.

Bagian-bagian pedang terbuat dari abad yang berbeda, sehingga sulit untuk mengidentifikasi senjata tersebut sebagai Joyeuse. Gagang pedang menunjukkan tanggal pembuatan di sekitar masa Charlemagne dan terbuat dari emas yang dipahat --pernah dihiasi dengan berlian.

Pedang Charlemagne muncul dalam banyak legenda dan dokumen sejarah. Bulfinch's Mythology menggambarkan Charlemagne menggunakan Joyeuse untuk memenggal kepala komandan Saracen, Corsuble, dan juga temannya, Ogier the Dane.

Setelah kematian Charlemagne, pedang itu dikatakan telah disimpan secara ilegal oleh gereja Basilica of Saint Denis dan kemudian disimpan ke Louvre, setelah dibawa di prosesi penobatan raja-raja Prancis.

3 dari 4 halaman

2. Honjo Masamune

Masamune adalah ahli pedang Jepang yang secara luas dianggap sebagai salah satu ahli metalurgi (ilmu tentang pengerjaan logam secara kimiawi) terbesar di dunia. Tanggal pasti untuk kehidupan Masamune tidak diketahui, tetapi diyakini bahwa ia bekerja dari tahun 1288–1328.

Senjata Masamune telah mencapai status legendaris selama berabad-abad. Dia menciptakan pedang yang dikenal sebagai tachi dan belati yang disebut tant. Pedang Masamune memiliki reputasi yang unggul dari segi tampilan dan kualitas. Lantaran jarang sekali menandatangani karyanya, pedang buatan Masamune sulit untuk diidentifikasi.

Pedang Masamune yang paling terkenal adalah Honjo Masamune. Honjo Masamune dianggap penting karena mewakili Shogun selama periode Edo atau Tokugawa (1603 dan 1868). Pedang itu diwariskan dari satu Shogun ke yang lain selama beberapa generasi.

Pada tahun 1939, senjata itu dinobatkan sebagai warisan budaya Jepang, meski berada di keluarga keturunan Kii dari klan Tokugawa. Pemilik Honjo Masamune yang terakhir diketahui adalah Tokugawa Iemasa. Rupanya, Tokugawa Iemasa memberikan senjata itu dan 14 pedang lainnya ke kantor polisi di Mejiro, Jepang, pada bulan Desember 1945.

Tak lama kemudian pada Januari 1946, polisi Mejiro memberikan pedang tersebut kepada Sersan Coldy Bimore (Kavaleri ke-7 Amerika Serikat). Sejak saat itu, Honjo Masamune telah hilang dan keberadaannya tetap menjadi misteri. Honjo Masamune adalah salah satu artefak sejarah paling penting yang raib pada akhir Perang Dunia II.

4 dari 4 halaman

3. Zulfiqar Scimitar

Sepupu dan menantu Nabi Muhammad SAW, Ali bin Abi Thalib, memiliki pedang kuat yang dinamakan Zulfiqar. Ia adalah khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661.

Dengan beberapa catatan sejarah, Muhammad memberikan Zulfiqar kepada Ali di Pertempuran Uhud. Muhammad mengagumi kekuatan Ali di medan perang dan ingin menghadiahkannya senjata paling berharga. Pedang adalah simbol iman Islam dan dikagumi oleh jutaan orang.

Zulfiqar adalah pedang yang mengacu pada senjata di Asia Barat atau Asia Selatan, dengan bilah melengkung. Dikatakan bahwa Ali menggunakan pedang ini pada Pertempuran Khandaq, pengepungan Madinah yang dipelopori oleh pasukan gabungan antara kaum kafir Quraisy Makkah dan Yahudi bani Nadir.

Selama perang, Muhammad, Ali, dan para pembela Muslim lainnya membangun parit untuk melindungi Madinah dari kavaleri konfederasi yang jauh lebih besar.

Beberapa dari mereka menggambarkan senjata itu memiliki dua bilah paralel, menekankan kemampuan dan kecepatan mistisnya, sementara yang lain menggambarkan Zulfiqar sebagai pedang yang lebih berbentuk tradisional. Sejumlah foto sejarah menunjukkan pedang ini mempunyai pisau berbentuk V yang terbelah.

Menurut Twelver Shia, senjata itu masih ada sampai hari ini dan disimpan di tangan Imam Muhammad al-Mahdi. Senjata itu merupakan bagian dari koleksi terkenal yang disebut al-Jafr.

Al-Jafr adalah kitab suci Syiah mistis, yang terdiri dari dua kotak kulit berisi artefak paling penting dari zaman Muhammad dan Ali. Koleksi tersebut telah diwariskan dari generasi ke generasi, dengan setiap imam baru menerimanya dari pendahulunya yang mangkat.

Isi Al-Jafr cukup mengesankan, tetapi tidak tersedia untuk publik. Satu bagian dari buku ini menjelaskan hukum Islam, arahan dan hal-hal seputar perang, termasuk tas yang berisi baju besi dan senjata Muhammad. Zulfiqar dikatakan disimpan di antara artefak yang paling berharga.