Liputan6.com, Jakarta - Untuk kali pertamanya, Amerika Serikat mengerahkan sistem pertahanan udara dan rudal paling canggih, Terminal High Altitude Area Defense atau THAAD, dari pangkalan Fort Bliss di Texas ke Israel.
Seperti dikutip dari The Jerusalem Post, Kamis (7/3/2019), sistem THAAD tiba di Israel pada Selasa 5 Maret 2019, beserta 200 personel US European Command (EUCOM) untuk menjalani latihan militer gabungan dua negara sekutu itu.
Menurut angkatan bersenjata Israel atau Israel Defense Forces (IDF), tujuan pengerahan THAAD adalah untuk mempraktikkan pengerahan (deployment) sistem yang kompleks ke seluruh dunia.
Advertisement
Pertahanan udara Israel saat ini mencakup Iron Dome, yang didesain untuk menembak jatuh roket jarak pendek.
Juga ada sistem Arrow yang mampu mencegat rudal balistik di luar atmosfer Bumi.
Yang ketiga adalah sistem pertahanan misil David’s Sling, yang dirancang untuk mencegat rudal balistik taktis, roket jarak menengah hingga jarak jauh, hingga rudal jelajah yang ditembakkan pada jarak antara 40 hingga 300 km.
Sementara, seperti dikutip dari VOA, pengerahan dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran karena serangan bom Israel di Suriah dan komentar menteri luar negeri Iran bahwa ia tidak bisa mengesampingkan kemungkinan konflik militer antara kedua negara.
Militer Amerika mengatakan keputusan segera mengerahkan sistem THAAD itu ke Israel "untuk menunjukkan komitmen berkelanjutan Amerika terhadap keamanan regional Israel."
Terpisah, Letnan Kolonel Jonathan Conricus, juru bicara militer Israel mengatakan, THAAD, yang bisa menembak jatuh rudal jarak jauh dan menengah, akan mendukung sistem pertahanan misil Israel.
"Pengerahan itu bersifat sementara, dan untuk saat ini sistem THAAD tidak akan secara permanen diintegrasikan ke dalam perisai pertahanan Israel," kata Conricus seperti dikutip dari defensenews.com.
Ia menambahkan, sistem THAAD dianggap sebagai salah satu yang paling maju dari jenisnya di dunia.
THAAD akan dikerahkan di Israel selatan, tetapi para pejabat menolak untuk mengatakan secara spesifik di mana dan untuk berapa lama sistem tersebut dikerahkan.
THAAD baru dipasang beberapa kali di dunia, di luar AS. Salah satunya di Korea Selatan pada 2017 lalu. Tujuannya, untuk menangkal serangan dari Korut.
Â
Pada 2017 lalu, pemerintah AS menyetujui penjualan sistem THAAD ke Arab Saudi, yang akan melipatgandakan kemampuan Riyadh untuk menggagalkan serangan roket Iran.
Apa itu THAAD
Terminal High Altitude Area Defense (THAAD), yang sebelumnya bernama Theater High Altitude Area Defense, adalah elemen kunci dari sistem pertahanan rudal balistik atau Ballistic Missile Defense System (BMDS), yang dirancang untuk mempertahankan tentara AS, pasukan sekutu, pusat populasi, dan infrastruktur kritis dari serangan lawan.
Seperti dikutip dari situs armyrecognition.com, THADD bikinan Lockheed Martin mampu mencegat rudal balistik jarak pendek hingga menengah, di dalam maupun di luar atmosfer.
Â
Sistem pertahanan rudal berbasis darat ini dapat digunakan secara cepat, dengan mobilitas tinggi, dengan jangkauan pada rentang 200 km dan ketinggian hingga 150 km.
THAAD adalah sistem yang dapat dioperasikan dengan elemen-elemen BMDS lainnya dan dapat menerima isyarat dari Aegis, satelit, dan sensor eksternal lainnya, serta bekerja bersama dengan sistem Patriot/ PAC-3.
Rusia dan China sempat menyuarakan kekhawatiran soal pengerahan THAAD ke Korsel.
Kekhawatiran Rusia dan Tiongkok tak terkait dengan sistem pencegat misil itu, melainkan terhadap radarnya.
Dalam mode terminal-based, jangkauan radar AN/TPY-2 pada sistem THAAD memang hanya 600-900 km, sehingga hanya mengenai sedikit wilayah Tiongkok dan sebagian kecil wilayah terpencil di Rusia.
Namun begitu, secara teknis radar tersebut dapat diubah ke mode forward-based sehingga jangkauannya dapat meningkat hingga 2.000 km.
Jangkauan ini mencakup sebagian besar wilayah Tiongkok dan sebagian wilayah Timur Jauh Rusia.
Dengan mode ini, radar tidak dapat digunakan untuk menangkis misil, tapi juga dapat berfungsi sebagai sensor untuk melacak peluncuran misil.
Hal ini memungkinkan radar itu untuk mengirim data ke AS dan membantu Washington menghalau misil balistik antarbenua (ICBM).
Â
Advertisement