Liputan6.com, Jakarta - Jagat media sosial Tanah Air tengah digemparkan oleh viralnya kabar tentang kemunculan awan berbentuk piring terbang (UFO) di atas Gunung Lawu.
Awan berwarna oranye-putih terlihat melingkar di atas gunung, dengan bentuk bundar yang sekilas mirip angin puting beliung.
Advertisement
Baca Juga
Seperti yang telah diwartakan oleh Liputan6.com, warga sekitar Gunung Lawu membenarkan bahwa kemunculan awan UFO itu terjadi pada Jumat 8 Maret, sekitar pukul 17.30 WIB.
Namun, jika ditilik secara ilmiah, kemunculan awan UFO tidak lebih dari fenomena alam yang kerap terjadi pada kondisi tertentu.
Otoritas Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), lembaga penelitian laut dan udara milik pemerintah AS, proses pembentukan dan disipasi awan berjenis lentikular ini berlangsung terus-menerus di dekat puncak gelombang atmosfer.
Inilah mengapa awan UFO tampak tetap diam, karena faktanya selalu ada pergerakan angin yang konstan melalui awan-awan ini.
Lebih dari itu, awan UFO masih menyimpan banyak rahasia lain yang menjadikannya unik, seperti lima contoh berikut, yang dikutip dari Sciencestruck.com pada Sabtu (9/3/2019).
Â
Simak video pilihan berikut:
1. Asal Muasal Nama Lentikular
Awan lentikular mendapatkan namanya dari fakta bahwa mereka berbentuk seperti lensa atau piring. Inilah sebabnya mengapa mereka juga kadang-kadang disebut "awan piring terbang" dan kadang-kadang keliru dinilai sebagai UFO.
Beberapa nama panggilan lain untuk awan lentikular termasuk "kapal awan", "awan surga" dan "lennies." Mereka juga memiliki nama ilmiah yang mewah, yakni Altocumulus lenticularis.
Advertisement
2. Bahaya bagi Pesawat Terbang
Pilot yang menerbangkan pesawat bertenaga jet, cenderung menghindari terbang di dekat awan lentikular.
Alasannya adalah awan ini memperingatkan pilot tentang keberadaan gelombang gunung yang sulit dideteksi, di mana berisiko mengakibatkan turbulensi parah pada sistem rotor pesawat.
3. Tidak Hanya Muncul di Pegunungan
Sementara awan-awan lintekular sebagian besar terlihat di dataran pegunungan, ada beberapa kejadian langka, di mana mereka muncul di wilayah bertanah datar atau rendah.
Namun, menurut para ahli meteorologi, di daerah-daerah seperti itu (yang bertanah datar), pembentukan awan UFO bukanlah hasil dari gelombang atmosfer, melainkan dari kecepatan angin yang berfluktuasi.
Advertisement
4. Sering Dikaitkan dengan Kemunculan UFO
Sejak lama, banyak budaya memiliki cerita masing-masing tentang penampakan makhluk asing yang berkaitan dengan fenomena awan lentikular.
Salah satu wilayah yang paling sering memicu keterkaitan ini adalah Gunung Rainer di negara bagian Washington, AS, di mana sejak 1896 kerap dilaporkan terjadi penampakan kendaraan terbang makhluk asing saat awan lentikular terlihat.
Hingga 2010, menurut catatan Live Science, ada hampir 200 kesaksian tentang UFO saat awan lentikular muncul di sekitar Gunung Rainier, di mana menurut ilmuwan, memang topografi dan kondisi udaranya sangat memungkinkan terjadinya fenomena tersebut dalam frekuensi tinggi.
5. Tidak Membawa Curah Hujan
Awan lentkular terbentuk ketika aliran udara yang mengalir di atas gunung stabil dan lembab. Ketika mengalir ke atas dan mendingin, kelembaban di udara mengembun untuk membentuk awan di puncak gelombang berdiri.
Awan lentikular sering membuat takut banyak orang karena tampaknya melayang di tengah, seolah seperti sedang membawa badai, padahal sama sekali tidak ada curah hujan yang diangkut, karena aliran anginnya stabil.
Advertisement