Liputan6.com, Chicago - Terlepas dari tragedi jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines pada Minggu 10 Maret, seri 737 MAX diketahui sebagai pesawat dengan penjualan tercepat dan terlaris dalam sejarah Boeing.
Hingga akhir 2018, tercatat sebanyak 4.700 unit pesawat telah dipesan oleh lebih dari 100 pelanggan dari seluruh dunia, demikian sebagaimana dikutip dari CNN pada Senin (11/3/2019).
Saat ini, seri 737 yang telah beroperasi adalah seri MAX 8 dan 9, yang akan diikuti oleh rilis MAX 7 pada akhir tahun ini, dan MAX 20 pada 2020 mendatang.
Advertisement
Baca Juga
Adapun pesawat Ethiopian Airlines ET 302 yang jatuh di tenggara Addis Ababa memakai seri MAX 8, di mana hal itu serupa dengan yang digunakan ketika Lion Air JT 610 jatuh di Laut Jawa, Oktober 2018.
Pesawat 737 MAX diklaim mampu menampung antara 138 hingga 204 penumpang, tergantung pada model dan konfigurasi kursi.
"Maskapai penerbangan mengambil keuntungan dari jangkauan luar biasa dan fleksibilitas MAX, menawarkan koneksi penumpang ke kota-kota kecil di seluruh dunia, termasuk rute transatlantik dan lintas benua," tulis Boeing dalam situs resminya.
Dengan "winglets" bercabang khasnya, Boeing 737 MAX telah mengudara kurang dari dua tahun di seluruh dunia, dan merupakan varian terlaris saat ini bagi pabrikan pesawat yang berbasis di Chicago, Amerika Serikat (AS).
Selain oleh maskapai komersial, pesawat ini juga banyak digunakan oleh maskapai pemerintahan, seperti salah satunya Ethiopian Airlines.
Boeing mengklaim telah mengirimkan 350 unit 737 MAX ke berbagai maskapai penerbangan di seluruh dunia sejak Mei 2017, dan berhasil mencatat hingga lebih dari 4.660 pesanan per Januari, menurut perusahaan.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Meraih Omzet Rp 1.444 Triliun pada 2018
Bisnis pesawat komersial Boeing menghasilkan hampir 60 persen dari total pendapatan perusahaannya, di mana omzet pada 2018 lalu tercatat sebesar US$ 101,1 miliar. atau sekitar Rp 1.444 triliun.
Pendapatan besar itu, menurut analisis situs berita ekonomi CNBC, berkaitan dengan momen ketika maskapai penerbangan di seluruh dunia berlomba meningkatkan armada mereka, guna memenuhi tingginya permintaan pasar.
Atas sukses tersebut, saham Boeing pun terkerek naik sebanyak 31 persen, Saham pabrikan naik 31 persen tahun ini, menjadikannya pemenang tertinggi di Indeks Rata-Rata Industri (Industrial Average) pada bursa saham Dow Jones di New York, AS.
Namun, tragedi jatuhnya Ethiopian Airlines ET 302 yang menewaskan 157 orang, memicu pertanyaan tentang keselamatan pada model Boeing yang paling laris itu.
Apalagi inisden itu terjadi berselang kurang dari enam bulan setelah Lion Air JT 610 jatuh di Laut Jawa, di mana menggunakan pesawat serupa.
"Penyelidikan formal perlu dilakukan pada kecelakaan baru ini. Penting untuk tidak berspekulasi tentang penyebabnya. Jangan lupa, bahwa laporan akhir yang konklusif belum dikeluarkan dalam kasus kecelakaan Lion," kata Greg Waldron, redaktur pelaksana Asia di perusahaan riset penerbangan FlightGlobal.
"Dua kecelakaan fatal dalam waktu berdekatan adalah kondisi yang belum pernah terjadi sebelumnya," tambahnya. "Tidak bisa dihindari bahwa ini akan mempengaruhi persepsi tentang varian 737 MAX."
Advertisement