Liputan6.com, Oslo - Maskapai berbiaya rendah Norwegian Airlines tengah berusaha mendapatkan kompensasi dari perusahaan Boeing terkait dengan kebijakan pembekuan operasi 737 MAX oleh berbagai negara di dunia.
Hal itu disampaikan oleh maskapai pada Rabu, 13 Maret 2019, menjadi armada pertama yang berani meminta kompensasi secara publik. Norwegian Airlines berharap langkahnya akan diikuti oleh maskapai lain.
Saat ini, Norwegian Airlines memiliki 18 unit Boeing 737 MAX 8, dengan sebagian besar memiliki rute transatlantik antara Eropa dan Pantai Timur Amerika Serikat. Bahkan, maskapai itu telah memesan lebih dari 100 unit 737 MAX 8, sebagaimana dikutip dari laman CNN pada Kamis (14/3/2019).
Advertisement
Â
Baca Juga
Keadaan tersebut telah menyebabkan Norwegian Airlines rugi besar, terlebih saat Uni Eropa mengumumkan pada Selasa tidak akan memperbolehkan tipe pesawat yang sama dengan Ethiopian Airlines ET302 berada di teritori udaranya. Terlebih, AS dan Kanada telah mengikuti langkah negara lain setelah mendapatkan bukti berupa "pola penerbangan" yang sama antara 737 MAX ET302 dengan yang beroperasi di wilayahnya.
"Ini sangat jelas bahwa kami tidak akan menanggung biaya kerugian atas ditangguhkannya penerbangan Boeing 737. sementraa waktu," kata CEO Norwegian Airlines Bjørn Kjos dalam sebuah rekaman suara kepada para pelanggan.
"Kami akan menyerahkan tanggungan finansial ini kepada mereka yang memproduksi pesawat ini," lanjutnya.
Sebagaimana diketahui, Norwegian Airlines harus menanggung biaya penggabungan penerbangan, realokasi pesawat dalam maskapai, hingga memesankan ulang tiket pelanggan dari maskapai yang berbeda; akibat ditangguhkannya penerbangan Boeing 737 .
Meskipun demikian, maskapai harga rendah Norwegia itu tidak menyebutkan secara eksplisit berapa yang harus ditanggung oleh Boeing.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Boeing Pernah Memberikan Kompensasi Pada 2013
Pada 2013 lalu, Boeing sempat memberikan kompensasi yang tidak disebutkan jumlahnya secara publik kepada sejumlah maskapai. Hal itu berkaitan dengan permasalahan unit tipe 787 Dreamliner.
Saat itu, Boeing 787 Dreamliner sempat ditangguhkan untuk beroperasi akibat sejumlah kejadian beruntun. Pada 7 Januari 2013, sebuah percikan api muncul di 787 Dreamliner milik Japan Airlines beberapa saat setelah mendarat di Boston. Sehari setelahnya, Japan Airlines membatalkan peneerbangan karena adanya kebocoran bahan bakar di pesawat tipe sama. 13 Januari, 787 yang dimiliki oleh maskapai lain mengalami kebocoran yang sama.
Meskipun demikian, saat itu hanya terdapat 50 Boeing 787 yang beroperasi. Sedangkan dalam konteks 737 MAX, terdapat lebih dari 350 pesawat yang telah dikirim untuk berbagai maskapai di dunia.
Sebelum Boeing memberikan sejumlah uang pada 2013, All Nippon Airways (ANA) mengatakan hendak meminta kompensasi pada perusahaan pesawat terbang itu. Mengingat, ANA mengalami kerugian Rp 1 juta dollar untuk setiap unit, padahal ia memiliki 17 pesawat 787 saat itu.
Saat ini, keberhasilan usaha Norwegian Airlines untuk mendapatkan kompensasi bergantung pada kontrak yang telah dibuat dengan Boeing.
Advertisement