Liputan6.com, Jakarta - Bertepatan dengan peringatan 70 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), Duta Besar Joseph R Donovan Jr meresmikan gedung baru kedutaan Negeri Paman Sam di Jakarta pada Selasa, 19 maret 2019.
Dalam sambutannya, Dubes Donovan menjelaskan bahwa gedung baru tersebut dibangun dengan landasan kolaboratif, yang memadukan budaya kedua negara. Hal itu tersirat jelas pada desain arsitektur, serta kolaborasi seni yang mengisinya.
Advertisement
Baca Juga
Dubes Donovan juga menjelaskan bahwa gedung baru Kedubes Amerika Serikat menerapkan konsep bekelanjutan dalam setiap aspek bangunannya, sehingga menjadikannya tidak hanya terlihat canggih, namun juga modern dan berestetika.
Ditambahkan olehnya, bahwa gedung baru itu merupakan salah satu bangunan kedutaan besar Amerika Serikat terbesar di dunia, yang juga menyiratkan betapa eratnya hubungan dengan Indonesia.
"Hubungan antara Indonesia dan AS sangat penting. Keberhasilan Indonesia sangat penting bagi AS, dan salah satunya kami mewujudkan komitmen itu ujarnya saat menggelar konferensi pers setelah acara peresmian gedung baru Kedubes AS.
Setelah memberi sambutan, Dubes Donovan melakukan prosesi gunting pita dengan didampingi oleh kuasa usaha misi AS untuk ASEAN Jane Bocklage dan Penasehat Senior Kemlu AS Brian Bulatao.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dan Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Paduka Lim Jock Hoi juga turut serta dalam sesi tersebut.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi potong tumpeng di area kafetaria, di mana seluruh hidangannya diracik oleh tim juru masak yang dipimpin oleh Chef Vindex Tangker.
Tidak terkecuali set tumpengnya yang unik, menggabungkan beberapa unsur kuliner Amerika Serikat ke dalam sajian perayaan khas Nusantara, seperti misalnya penggunaan kismis dan kacang-kacangan khusus.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Desain Arsitektur Ramah Lingkungan
Dibangun di lahan bekas kantor lama Kedubes AS seluas 99.000 meter persegi, yang dibuka tidak lama setelah Perang Dunia II usai, kompleks bangunan baru itu didesain seluruhnya dengan arsitektur ramah lingkungan.
Davis Brody Bond Architects dari firma arsitektur Dan Planners of New York merancang kompleks bangunan itu sesuai dengan kompetensi yang disyaratkan oleh Dewan Gedung Ramah Lingkungan AS, dan ditargetkan meraih sertifikasi perak Leadership in Energy and Environmental Design (LEED).
Rancangan uniknya diproyeksikan mampu mengurangi biaya pemakaian energi hingga 30 persen dibandingkan gedung perkantoran biasa. Penghematan tersebut, salah satunya, berasal dari pemasangan pelindung surya berbentuk lempengan dan pipa metal pada eksterior bangunan, yang dijalin sedemikian rupa layaknya tekstur serat kain tenun.
Pengaplikasian desain unik nan inovatif tersebut mampu mereduksi masuknya panas Matahari melalui sisi utara dan selatan. Meski begitu, cahaya alami tetap diupayakan menyinari sebagian besar area gedung, sehingga meminimalisir penggunaan energi berlebih untuk penerangan.
Adapun pembangunan fase kedua yang masih berjalan saat ini, menghadirkan kanopi pejalan kaki yang ditempeli oleh panel tenaga surya berteknologi tinggi. Selain itu, air limbah gedung juga akan diproses dan didaur ulang untuk mengairi area taman hijau yang luas, baik di halaman luar maupun di sela-sela tingkat bangunan.
Menurut tim juru bicara Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta, penerapan fasilitas berkelanjutan itu merupakan bukti komitmen pemerintah Negeri Paman Sam dalam menerapkan semangat "kota cerdas" (smart city), sekaligus keseriusan dalam bermitra dengan para negara anggota ASEAN di bidang terkait.
Advertisement