Liputan6.com, Dublin - Legenda di Irlandia menceritakan bahwa St. Patrick menggunakan kekuatan keyakinannya untuk menyihir semua ular yang ada di negara tersebut ke laut. Ini kisah yang mengesankan. Tetapi menurut sains, hal tersebut tidak mungkin terjadi.
Meski dikatakan bahwa tidak pernah ada ular di Irlandia, sama seperti di Hawaii, Islandia, Selandia Baru, Greenland, atau Antartika, namun sejarahnya bukan seperti itu.
Baca Juga
Suatu waktu, Irlandia pernah terhubung ke daratan yang besar. Namun masa tersebut adalah Zaman Es, di mana tanah masih terlalu dingin untuk dihuni oleh reptil berdarah dingin.
Advertisement
Ketika Zaman Es berakhir sekitar 10.000 tahun yang lalu, gletser mencair, bahkan mengalirkan lebih banyak air dingin ke bentangan yang sekarang tidak bisa dilewati antara Irlandia dan negara tetangganya.
Hewan lain, seperti babi hutan, lynx, dan beruang coklat, berhasil menyeberang. Begitu pula kadal biasa. Akan tetapi, berbeda halnya dengan ular, yang tidak bisa melampauinya. Demikian seperti dikutip dari Popular Science, Selasa (19/3/2019).
Reputasi ular yang bisa bebas di Irlandia agak jarang. Biasanya, penduduk yang memelihara binatang melata ini hanya sebatas simbol status.
Di satu sisi, ada banyak laporan tentang ular peliharaan yang melarikan diri atau sengaja dilepaskan. Namun sampai sekarang, belum ada spesies yang berhasil bertahan di alam liar seperti Irlandia.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Surga Ular Mematikan di Bumi
Ada ribuan spesies berbeda ular di seluruh dunia. Hewan melata tersebut bisa ditemukan di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai lautan.
Kebanyakan spesies ular hidup di daerah tropis. Sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular tidak dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti di puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub.
Ular juga tidak bisa ditemui di daerah Irlandia, Selandia baru, Greenland, pulau-pulau terisolasi di Pasifik seperti Hawaii, serta Samudera Atlantik.
Sebaliknya sejumlah lokasi di dunia menjadi surga bagi hewan reptil tersebut. Misalnya, sebuah pulau di Brasil yang jadi sarang ular paling mematikan di muka Bumi.
Banyak tempat di Amerika Selatan yang menjadi rumah bagi populasi besar ular.
Dalam hutan-hutan Amazon berkeliaran berjenis-jenis ular, termasuk yang terbesar maupun paling berbisa.
Di Pantanal, Brasil, ada suatu tempat yang sangat disenangi anakonda sehingga malah menjadi daya tarik wisata.
Estrada Parque adalah suatu jalur tanah di tengah Pantanal selatan dengan pemandangan lazim ular-ular sedang berjemur di bawah sinar matahari atau berkeliaran.
Keberadaan ular-ular itu menjadi tontonan yang menarik, asal dipastikan mengamatinya dari jauh.
Selain itu, ada pula Pulau Ular yang terletak di lepas pantai Brasil, tidak sampai 160 kilometer jauhnya dari Soo Paulo. Pulau itu menjadi kawasan paling dipadati ular di seantero planet.
Ilha de Queimada Grande menjadi pulau tanpa manusia dan bahkan kunjungan ke sana merupakan tindakan ilegal. Alasannya adalah karena membludaknya ular keemasan berkepala lancip.
Ular dengan nama ilmiah Bothrops insularis merupakan salah satu spesies ular paling ganas di dunia.
Kematian karena genus ular jenis ini  bertanggung jawab atas 90 persen kematian karena gigitan hewan melata itu di Brasil.
Untungnya, kenaikan permukaan air laut yang terjadi 11.000 tahun lalu, ular-ular itu terpisah dari daratan utama yang dihuni manusia. Hewan-hewan tersebut juga berevolusi secara terpisah dengan para sepupunya di benua Amerika.
Hidup nyaman tanpa predator namun mangsa darat yang sulit didapat, dua hal ini yang lantas terjadi: ledakan jumlah mereka tak terkendali, dan ular-ular itu menjadikan burung-burung yang bermigrasi sebagai sumber makanan.
Agar burung yang menjadi mangsa tak lepas dari jangkauan, golden lancehead viper berevolusi untuk menghasilkan bisa yang 5 kali lebih kuat dari ular daratan. Dengan racunnya itu mereka bisa menjatuhkan burung dengan segera.
"Saking kuatnya bisa tersebut, ia bisa melelehkan daging manusia, dan membunuh orang dalam 1 jam," demikian Liputan6.com kutip dari FoxNews.
Tak ada manusia yang menghuni Ilha de Queimada Grande, meski petugas Angkatan Laut merawat sebuah mercu suar otomatis yang ada di sana setiap tahun.
Penjaga mercu suar terakhir, istri, dan 3 anak mereka konon tewas akibat gigitan ular mematikan itu di tahun 1920-an. Demikian dilaporkan Atlas Obscura.
Rumor yang menyebar menyebut, keluarga malang itu sedang lari dari rumah menuju perahu, tak siap menghadapi serangan ular-ular yang ada di atas pohon.
Advertisement