Liputan6.com, Roma - Sebuah bus yang membawa 51 murid sekolah diduga dibajak dan dibakar oleh sopirnya di dekat Milan, Italia. Anak-anak yang berada di dalam kendaraan ini, beberapa dari mereka diikat.
Beruntung, bocah-bocah itu berhasil diselamatkan oleh polisi yang memecahkan kaca jendela belakang bus. Meski tidak ada yang terluka parah, namun 14 anak menderita sesak napas karena terlalu banyak menghirup asap.
Seorang guru yang ikut dalam rombongan tersebut mengatakan, pelaku diketahui tak terima dengan penetapan kebijakan migran di Italia. Beberapa laporan menyebut si sopir berteriak, "Hentikan kematian di Mediterania."
Advertisement
Usai insiden, sopir kemudian ditangkap. Ia diketahui merupakan warga negara Italia asal Senegal, berusia 47 tahun.
"Itu merupakan sebuah keajaiban. Bila tidak segera ada yang menolong, bisa jadi pembantaian," kata kepala jaksa di Milan, Francesco Greco, seperti dikutip dari BBC, Kamis (21/3/2019).
Bagaimana 'Drama' Dimulai?
Rombongan dari dua kelas dan seorang pengajar dibawa dari sebuah sekolah di Vailati di Crema ke pusat kebugaran, tetapi rute yang diambil berbeda dari biasanya. Sopir tampaknya menggiring mereka menuju bandara Linate di Milan, kata laporan setempat.
40 menit berikutnya, sopir mulai menyapa seluruh penumpang dengan pisau. Lalu seorang anak laki-laki menelepon orangtuanya, yang memberi tahu polisi.
Butuh beberapa waktu sebelum petugas kepolisian mencoba mencegat bus. Kendaraan ini sempat menabrak mobil polisi sebelum berhenti.
Sebelumnya, pelaku telah mengguyur seisi bus dengan bensin, tetapi polisi dapat menghancurkan kaca belakang dan membiarkan para penumpang turun sebelum bus dilahap si jago merah.
Jaksa Greco mengatakan pihaknya sedang menyelidiki semua kemungkinan motif pelaku, termasuk terorisme. Menteri Dalam Negeri Italia sayap kanan, Matteo Salvini, mengecam keras kelakuan si sopir bus. Ia menuduh bahwa pria itu memiliki catatan kriminal.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Sikap Keras Italia Kepada Migran
Sejak berkuasa pada Juni, partai sayap kanan League dan populis Five Star Movement telah membentuk sikap anti-imigrasi yang kuat.
Italia telah mencoba menutup pelabuhannya untuk dimasuki kapal-kapal yang mengangkut para migran yang menyeberangi Laut Tengah ke Eropa.
Pada hari Selasa, sekitar 50 orang diselamatkan oleh sebuah kapal penyelamat dari sebuah perahu karet di lepas pantai Libya dan dibawa ke pulau Lampedusa di Sisilia.
Pihak berwenang Italia memerintahkan agar kapal itu disita dan diselidiki atas dugaan bantuan imigrasi klandestin.
Protes yang dilakukan oleh sopir bus diduga berkaitan erat dengan dekrit yang dikeluarkan pemerintah Italia pada bulan September.
Undang-undang ini memudahkan pemerintah untuk mendeportasi migran dan mengambil kewarganegaraan mereka jika mereka melakukan kejahatan serius.
Awal bulan ini, sekitar 200.000 orang menghadiri pawai anti-rasisme di Milan.
Advertisement