Sukses

Pilot Ethiopian Airlines Nahas Tak Pernah Dilatih Pakai Simulator Boeing 737 MAX 8

Seorang sumber yang dekat dengan Ethiopian Airlines mengatakan bahwa pilot ET 302 tidak dilatih menggunakan simulator Boeing 737 MAX 8.

Liputan6.com, Addis Ababa - Ethiopian Airlines melampaui banyak maskapai lainnya dengan menjadi salah satu yang pertama memasang simulator untuk menerbangkan Boeing 737 MAX 8 yang baru, tetapi pilot penerbangan ET 302 yang jatuh pada 10 Maret, justru tidak pernah menggunakannya, lapor seorang sumber yang dekat dengan manajemen perusahan terkait.

Beberapa sumber, yang berbicara dengan syarat anonim karena Ethiopian Airlines tidak mengizinkan pengungkapan informasi, mengatakan operator memiliki simulator MAX 8 yang dioperasikan sejak Januari lalu, dua bulan sebelum Penerbangan ET 302 jatuh.

Di lain pihak, sebagaimana dikutip dari The Straits Times pada Kamis (21/3/2019), Boeing mengatakan pilot berpengalaman pada pesawat seri 737 membutuhkan sedikit pelatihan untuk MAX 8 baru, sebuah pernyataan yang kini berada di bawah pengawasan ketat oleh pejabat pengawas dan pilot di maskapai lain.

Dua unit Boeng 737 MAX 8 jatuh secara fatal dalam lima bulan terakhir, dan otoritas penerbangan di seluruh dunia menghentikan semua operasional pesawat tersebut pada pekan lalu.

Pilot utama pada penerbangan Ethiopian Airlines ET 302, (almarhum) Yared Getachew, yang telah mengantongi 8.000 jam terbang termasuk pada pesawat seri 737, mengambil kursus penyegaran menggunakan simulator yang berbeda pada akhir September dan awal Oktober, menurut satu orang yang akrab dengan maskapai itu.

Namun, belum diketahu pasti apakah kopilot pada penerbangan ET 302, telah dilatih menggunakan simulator MAX 8.

Juga tidak jelas apakah Ethiopian Airlines telah menggunakan simulator untuk kursus penyegaran yang wajib dilakukan pilot setiap enam bulan, atau hanya untuk melatih pilot baru.

Terlepas dari pernyataan Boeing bahwa pesawat itu aman, kecelakaan itu menimbulkan pertanyaan tentang apakah Boeing dan regulatornya di AS, Organisasi Aviasi Federal (FAA), cukup melakukan pelatihan kepada pilot tentang bagaimana menangani fitur-fitur baru pada MAX 8, khususnya sistem otomatis untuk mencegah kehilangan daya dorong ke angkasa.

Meski begitu, pada faktanya, umumnya pilot yang telah menerbangkan 737 sebelumnya, mempelajari fitur-fitru baru Boeing MAX di iPad. Banyak pula yang mengakui tidak diberitahu tentang keberadaan sistem otomatis, yang menghindarkan moncong pesawat dari tumbukan ketika gagal terbang di angkasa.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Kesulitan Memahami Panduan Teknis

Berselang lima bulan lebih awal dari tragedi jatuhnya Ethiopian Airlines, pesawat Lion Air JT 610 mengalami kecelakaan fatal di atas Laut Jawa, dan menewaskan 189 orang di dalamnya.

Kedua kecelakaan itu, menurut penyelidikan, memiliki beberapa kesamaan, seperti salah satunya adalah masalah pada sistem otomatis yang baru dipasang, Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) atau Sistem Augmentasi Karakteristik Manuver, demikian dilaporkan The New York Times.

MCAS adalah sistem anti-stalling otomatis yang dirancang untuk menjaga pesawat agar tidak berada dalam kondisi stall, atau jatuh menukik. Baik ET 302 dan JT 610, sama-sama terbang menggunakan Boeing 737 MAX 8.

Sementara itu, dalam sebuah buletin yang dirilis pada November lalu, Boeing mengatakan bahwa prosedur darurat yang diterapkan pada model 737 lawas, akan memperbaiki masalah yang mungkin berkontribusi pada kecelakaan MAX 8 pada Lion Air JT 610.

Para pilot Ethiopian Airlines, di sisi lain, mengatakan mereka memperhatikan dengan seksama buletin yang dikeluarkan oleh Boeing, terutama setelah kecelakaan JT 610.

Salah satu pilot mengatakan gagal membaca buletin akan sama saja dengan "berjalan keluar dari rumah dalam kondisi telanjang".

Pada kenyataannya, buletin tersebut justru dikeluhkan karena dinilai sulit untuk dipahami, terutama pada beberapa fitur yang benar-benar baru disematkan pada Boeing 737 MAX. 

Adapun menurut hasil pemeriksaan kotak hitam, pilot JT 610 diduga kebingungan memahami panduan teksnis awal ketika pesawat menunjukkan tanda-tanda menukik, dan kru lain terdengar terus berdoa.

Penyelidikan masih berlangsung untuk menentukan apa yang menyebabkan jatuhnya Ethiopian Airlines.

Kesalahan yang mungkin terjadi dalam sistem MCAS adalah bagian dari penyelidikan tersebut, dan pihak berwenang di Ethiopia mengatakan tinjauan awal "kotak hitam" - rekaman suara, dan data penerbangan, mengungkapkan kesamaan dengan kecelakaan di Indonesia.

Tetapi, para ahli memperingatkan bahwa kesimpulan apa pun pada tahap investigasi bisa berubah sewaktu-waktu.