Liputan6.com, Washington DC - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali memberikan pernyataan kontroversial. Pada Kamis, 21 Maret 2019 ia mengatakan bahwa sudah saatnya "mengembalikan Dataran Tinggi Golan kepada Israel".
"Setelah 52 tahun inilah saatnya bagi Amerika Serikat untuk sepenuhnya mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan," kata Trump melalui akun Twitter pribadinya.
"(Ini) sangat strategis dan penting bagi Israel dan stabilitas regional!," lanjut si presiden nyentrik.
Advertisement
After 52 years it is time for the United States to fully recognize Israel’s Sovereignty over the Golan Heights, which is of critical strategic and security importance to the State of Israel and Regional Stability!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) March 21, 2019
Baca Juga
Mengutip Channel News Asia pada Jumat (22/3/2019), Dataran Tinggi Golan tersebut sempat dirampas Israel dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967 silam.
Beberapa pihak menduga langkah Trump berkaitan dengan kampanye politik Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang tengah berjuang untuk masa jabatan kelimanya. Beberapa waktu lalu, ia memang telah mendesak AS untuk segera mengakui kedaulatan negaranya atas wilayah tersebut.
Netanyahu yang seolah mendapatkan angin segar, mengapresiasi pernyataan Trump.
"Anda telah membuat sejarah," kata Netanyahu kepada presiden nyentrik melalui telepon pasca-pengumuman kontroversial itu, sebagaimana disampaikan oleh Kantor Perdana Menteri.
Ia juga mengatakan hal serupa melalui sebuah twit.
"Saat Iran berusaha menggunakan Suriah untuk menghancurkan Israel, Presiden Trump dengan berani mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Terima kasih Presiden Trump! @RealDonaldtrump," twit Netanyahu.
At a time when Iran seeks to use Syria as a platform to destroy Israel, President Trump boldly recognizes Israeli sovereignty over the Golan Heights. Thank you President Trump! @realDonaldTrump
— Benjamin Netanyahu (@netanyahu) March 21, 2019
Netanyahu diperkirakan akan membahas masalah ini secara lebih mendalam dengan Trump dalam kunjungannya ke Washington DC, menurut seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya.
Berkaitan dengan langkah kontroversial Trump, diketahui bahwa hingga saat ini Gedung Putih belum mengeluarkan dokumen resmi.
Meski demikian, menurut seorang pejabat senior administrasi, Trump telah membahas langkah itu dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, penasihat keamanan nasional John Bolton, penasihat presiden Jared Kushner dan Jason Greenblatt, serta Duta Besar AS untuk Israel David Friedman.
"Semua orang (yang diikutsertakan dalam diskusi) telah mendukung ide tersebut," kata seorang pejabat anonim.
Sumber yang sama menambahkan bahwa belum terdapat kejelasan terkait kapan kertas kebijakan formal akan dikeluarkan oleh Gedung Putih.
Simak pula video pilihan berikut:
Tanggapan Negatif
Sejumlah pihak telah menyoroti pernyataan sepihak Donald Trump tersebut. Mantan pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, Richard Haass, memberikan kecaman melalui akun Twitter pribadinya.
Dalam sebuah twit, Haass mengatakan bahwa langkah sang presiden nyentrik bertentangan dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 242. Resolusi yang dimaksud disahkan pada 1967, menyerukan penarikan pasukan Israel dari wilayah-wilayah pendudukan dan menjamin hak negara-negara di kawasan itu untuk hidup secara damai di dalam perbatasan yang aman.
Tanggapan Haass senada dengan J Street, sebuah kelompok lobi di Amerika yang pro-kemerdekaan Israel.
Meskipun biasanya mendukung kebijakan AS terkait Israel, kali ini J Street berpendapat bahwa langkah Trump hanya akan mendatangkan keuntungan politik bagi Netanyahu. Selain itu menurutnya, pengakuan prematur AS terhadap kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan, sangat provokatif yang bertentangan dengan hukum internasional.
"Sudah jelas bahwa langkah oleh Trump ini bukan tentang kepentingan jangka panjang AS atau Israel, melainkan tentang memberikan peluang politik kepada Perdana Menteri Netanyahu dengan harapan meningkatkan kesempatannya untuk terpilih kembali bulan depan," kata Presiden J Street Jeremy Ben-Ami.
Menurut sebagian pihak, langkah kontroversial itu juga bermanfaat bagi Trump, khususnya dalam meningkatkan posisi tawarnya di depan kubu pro-Israel dan juga kaum Kristen Evangelis di AS.
Terkait dengan langkah sepihak AS ini, PBB belum memberikan komentar apapun.
Advertisement