Sukses

Merasa Bersalah Jadi Korban Selamat Penembakan, Remaja Ini Bunuh Diri

Remaja berusia 19 tahun itu mengakhiri hidup lantaran merasa bersalah. Dari sekian banyak korban tewas ia adalah salah satu yang selamat pada penembakan massal.

Liputan6.com, Florida - Sydney Aiello, seorang siswa yang selamat dari penembakan di Sekolah Menengah Marjory Stoneman Douglas di Parkland, Florida, memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Dikutip dari laman nbcnews.com, Sabtu (23/3/2019), remaja berusia 19 tahun itu mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri lantaran merasa bersalah. Dari sekian banyak korban tewas ia adalah salah satu yang selamat pada penembakan massal.

Di antara korban tewas terdapat dua sahabat Aiello, Meadow Pollack dan Joaquin Oliver.

"Sydney yang cantik, yang mempunyai masa depan cemerlang, telah mengakhiri hidup secepat ini," kata sang kakak menyesali adiknya bunuh diri.

Menurut keterangan dari dua orangtuanya, Aiello harus menjalani perawatan di rumah sakit lantaran mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) usai insiden tersebut.

Ia juga diduga telah mengalami sindrom penyintas (survivor's guilt) dan merasa bersalah karena menjadi salah satu orang yang masih hidup dalam insiden penembakan yang terjadi sebelumnya.

Heather Galvez dari Kantor Pemeriksa Medis Broward menjelaskan remaja berusia 19 tahun itu tewas dengan menembak kepalanya sendiri.

Ibu Aiello, mengungkapkan sebelum bunuh diri, anaknya merasa kesulitan untuk berbaur dengan teman sekelasnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Kasus di Marjory Stoneman Douglas High School

Setidaknya 17 orang tewas dan 17 lainnya dilarikan ke rumah sakit dalam penembakan sekolah menengah di Parkland, Florida, Amerika Serikat, pada Rabu, 14 Februari 2018 waktu setempat.

Menurut Sheriff Broward County, Scott Israel, tersangka merupakan mantan siswa berusia 19 tahun bernama Nikolas Cruz. Meski sempat menjadi buronan usai penembakan, pemuda itu saat ini telah ditangkap.

Israel menyebut latar belakang Cruz, "sangat, sangat mencemaskan".

Aparat penegak hukum pertama kali menerima panggilan darurat penembakan sekolah di Marjory Stoneman Douglas High School sebelum pukul 15.00.

Seorang siswa bernama Kayden Hanafi mengatakan, ia mendengar dua suara tembakan dan melihat siswa lain berlarian ke gedung lain. Awalnya, ia dan teman-temannya mengira bahwa itu adalah suara petasan.

"Adalah berkah besar karena kami masih hidup," kata Hanafi seperti dimuat CNN.

Siswa lain, Nicole Baltzer, mengatakan bahwa ia sedang berada di kelas trigonometri sekitar 10 menit sebelum bel pulang sekolah berdering. Ia mendengar enam suara tembakan dan semua orang berlari ke dalam sekolah.

"Aku mendengar banyak suara tembakan, setidaknya ada enam. Itu terdengar sangat dekat," ujar Baltzer.

Petugas kepolisian memintanya untuk menutup mata saat ia dan teman-temannya berjalan melewati sebuah ruang kelas dengan jendela pecah akibat penembakan sekolah. "Polisi berkata tak ada hal baik yang dapat dilihat di sana," kata gadis berusia 18 tahun itu.