Sukses

Berkaca dari PM Jacinda Ardern, RI Dorong Peran Perempuan Jadi Agen Perdamaian

Menlu RI menyebut perempuan memiliki kualitas kepemimpinan, empati, melindungi, dan solidaritas yang tinggi, yang memungkinkannya menjadi agen perdamaian yang efektif.

Liputan6.com, Tokyo - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan bahwa kekuatan perempuan mampu mendorong perdamaian. Hal itu disampaikannya dalam pertemuan ke-5 World Assembly for Women (WAW!) di Tokyo pada 23 Maret 2019 yang dihadiri oleh Wakil Presiden Panama, dan para menteri luar negeri perempuan dari 8 negara.

"Mari kita bekerja sama dalam mendorong peran serta perempuan sebagai agen perdamaian dan toleransi," demikian disampaikan Menlu dalam siaran pers yang dimuat Liputan6.com, Senin (25/3/2019).

Dalam pertemuan tersebut, Menlu RI menyampaikan bahwa perempuan memiliki kualitas kepemimpinan, rasa empati, melindungi, dan solidaritas yang tinggi, sehingga memungkinkannya menjadi agen perdamaian yang efektif.

Menlu RI menyampaikan bahwa kualitas seperti ini terlihat dalam PM Selandia Baru, Jacinda Arden, saat menghadapi serangan teror di Christchurch minggu lalu.

Langkah-langkah yang diambil PM Selandia Baru menghadapi tragedi penembakan Chris tchurch, menunjukan empati yang besar, yang mampu menumbuhkan solidaritas dan menunjukan pernannya sebagai "ibu" bangsa.

Menurut Menlu RI, kepemimpinan PM perempuan seperti Jacinda Arden menunjukan bahwa perempuan memiliki kemampuan untuk berperan dalam berkontribusi terhadap perdamaian.

Lebih lanjut Menlu RI menyampaikan pentingnya untuk meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan perempuan sebagai negosiator dan mediator.

Dalam kaitan ini, Indonesia dan ASEAN akan menyelenggarakan Pelatihan Regional tentang Perempuan, Perdamaian dan Keamanan untuk diplomat perempuan dari semua negara ASEAN.

Diharapkan, kegiatan ini dapat menjadi momentum untuk membangun jaringan negosiator dan mediator perdamaian perempuan di Asia Tenggara.

(kredit: Kementerian Luar Negeri RI)

Menlu RI juga mendorong para menteri perempuan untuk mengambil langkah serupa di kawasannya untuk meningkatkan kapasitas perempuan sebagai negosiator dan mediator perdamaian.

Jaringan ini selanjutnya diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan jaringan serupa di kawasan lainnya, sebagai kontribusi nyata perempuan dalam penciptaan stabilitas dan perdamaian global.

"Saya yakin negosiatior dan mediator perempuan akan berkontribusi lebih dalam menjaga perdamaian dan kestabilan," tegas Menlu Retno.

Peran Perempuan dalam Konflik dan Krisis Kemanusiaan Global

Dalam pertemuan tersebut, Menlu RI juga menyampaikan perkembangan terkait situasi di Rakhine State dan Palestina dan peran yang dapat dimaikan perempuan. Menlu RI tegaskan pentingnya penciptaan kondisi yang kondusif untuk proses repatriasi bagi pengungsi. Menlu RI sampaikan keprihatinan atas masih adanya defisit kepercayaan antara komunitas dan pemangku kepentingan.

Dalam konteks ini, Menlu RI menyampaikan bahwa ASEAN terus berupaya untuk menjembatani dan mendukung proses repatriasi, termasuk dengan mengirimkan tim asesmen ke Myanmar. Mengenai Palestina, Menlu RI tekankan keprihatinan akan situasi yang semakin memburuk, khususnya kondisi para pengungsi dengan terhentinya berbagai program bantuan dari negara donor.

Menlu RI tegaskan kembali komitmen penuh Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina.

Selanjutnya Menlu RI juga menyampaikan hasil kunjungan ke Amman awal Maret lalu, untuk berikan bantuan peningkatan kapasitas bagi perempuan Palestina dan bantuan kemanusiaan kepada pengungsi Palestina.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Figur Perempuan Indonesia Punya Kapasitas

Sebagai Menlu Indonesia perempuan pertama dan mewakili negara berpenduduk muslim terbesar, Indonesia dipandang memiliki kredensial yang lengkap dalam memajukan peran perempuan.

Keberhasilan Indonesia ini juga sangat sangat dilihat dari komitmen kuat Presiden Joko Widodo dengan menempatkan sejumlah Menteri Perempuan dengan portofolio yang strategis dalam Kabinet Kerja.

Pertemuan WAW! Ke-5 diselenggarakan oleh Pemerintah Jepang bekerja sama dengan Women 20, sebuah engagement group G-20 yang menyuarakan isu pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender, pertumbuhan yang inklusif dalam sektor ekonomi internasional.

Forum WAW! merupakan bentuk komitmen Jepang untuk pengarusutamaan isu gender dan pemberdayaan perempuan dalam berbagai bidang.