Liputan6.com, California - Peneliti menemukan organisme Bumi yang diklaim sanggup bertahan hidup di luar International Space Station (ISS). Organisme ini tidak mati selama 533 hari berada dalam ruang hampa udara, radiasi ultraviolet yang intens, dan variasi suhu yang ekstrem.
Para ilmuwan menyimpulkan, penemuan tersebut bisa menjadi pertanda bahwa kehidupan lain kemungkinan bisa eksis di Mars.
Baca Juga
Dari semua planet di Tata Surya, Mars dikatakan berpeluang menjadi tempat yang mempunyai pendukung untuk kehidupan. Tapi Planet Merah juga dikatakan sangat tidak ramah: berdebu, gersang, gravitasi dan oksigen yang rendah, ada radiasi kuat karena atmosfernya ipis, dingin dan rusak karena badai debu yang membuat planet ini menjadi gelap.
Advertisement
"Kami belum mendeteksi kehidupan di sana, tetapi ada beberapa cara agar kami dapat menguji seberapa layak kondisi di Mars. Salah satunya adalah mencari kehidupan di lingkungan seperti Mars di Bumi," demikian menurut artikel yang diterbitkan disitus Science Alert, Rabu (27/3/2019).
German Aerospace Center (DLR) memimpin percobaan yang disebut BIOMEX ini, di mana organisme seperti bakteri, ganggang, lumut dan jamur terpapar pada kondisi mirip Mars di atas ISS.
Secara teoritis, Mars memiliki banyak hal yang melibatkan kehidupan, termasuk atmosfer, unsur-unsur seperti karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang dan fosfor, es air, dan bahkan mungkin cairan sperti air minum.
Jadi, organisme dibudidayakan di tanah tiruan Mars, kemudian mereka ditempatkan di luar ISS di fasilitas Expose-R2.
Ratusan sampel dimasukkan dalam percobaan tersebut, beberapa di antaranya menggunakan tanah simulasi dan simulasi atmosfer Mars.
Objek percobaan tersebut ditempatkan di ISS selama 18 bulan antara 2014 dan 2016, sebelum dibawa kembali ke Bumi untuk dianalisis. Hasilnya diklaim mengesankan.
"Beberapa organisme dan biomolekul menunjukkan ketahanan luar biasa terhadap radiasi di antariksa dan bisa kembali ke Bumi dengan utuh," kata astrobiolog Jean-Pierre Paul de Vera dari DLR Institute of Planetary Research.
Di antara hal-hal lain, para periset mempelajari archaea yang merupakan mikroorganisme uniseluler yang sudah ada di Bumi selama lebih dari tiga setengah miliar tahun. Makhluk ini dijumpai hidup di air laut.
"Subjek uji kami adalah kerabat mereka yang telah diisolasi di permafrost (lapisan tanah bagian bawah permukaan yang tebal yang tetap beku sepanjang tahun, terutama terjadi di daerah kutub) Arktik," lanjutnya.
"Semua percobaan selamat ketika ditempatkan dalam kondisi ruang hampa dan juga dapat dideteksi dengan instrumen kami. Organisme bersel tunggal seperti itu bisa menjadi kandidat bagi bentuk kehidupan yang mungkin ditemukan di Mars," imbuh de Vera lagi.
Organisme-organisme itu berasal dari berbagai lingkungan Bumi yang keras, seperti Kutub Utara, Antarktika, Pegunungan Alpen Eropa, dataran tinggi stepa Spanyol, dan permafrost.
Organisme yang dapat bertahan hidup dalam kondisi tidak ramah seperti itu dikenal sebagai ekstrofil, dan dinilai sebagai jenis makhluk hidup yang paling mungkin eksis di planet lain (atau Bulan Europa dan Enceladus, dalam hal ini).
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kehidupan Bumi dan Mars
Dengan menelantarkan organisme-organisme tersebut di ruang angkasa dalam kondisi Mars yang disimulasikan, para peneliti menunjukkan bahwa organisme ini bisa bertahan hidup di Planet Merah.
Hasil riset juga dianggap menambah sedikit dukungan pada teori yang menyatakan, kehidupan di Bumi sebenarnya berasal dari Mars 3,8 miliar tahun yang lalu (terbawa dalam sebuah meteorit yang berasal dari Mars).
Akan tetapi, sejauh ini belum ada wahana yang benar-benar berhasil mendeteksi kehidupan di Mars.
Hasil temuan ISS telah dipublikasikan dalam Astrobiology.
Advertisement