Sukses

AS dan Indonesia Teken Rp 18 Miliar untuk Perangi Sampah Plastik di Laut

AS dan Indonesia telah menandatangani hibah dengan jumlah total Rp 18 miliar untuk meningkatkan pengelolaan dan daur ulang sampah di daerah perkotaan.

Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat dan Indonesia telah menandatangani hibah kepada enam organisasi masyarakat sipil Indonesia dengan jumlah total Rp 18 miliar (ditambah bantuan teknis) untuk meningkatkan pengelolaan dan daur ulang sampah plastik di daerah perkotaan.

Penandatanganan itu dilakukan oleh Duta Besar AS Joseph R. Donovan Jr., Staff Ahli Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Dr. Tukul Rameyo Adi, dan Direktur Pengelolaan Sampah, Dr. Novrizal Tahar dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia pada Rabu 27 Maret 2019.

Setiap tahun, delapan juta ton sampah plastik dibuang ke lautan dunia dan berpotensi masuk dalam rantai pasokan makanan manusia melalui produk ikan.

Sejak tahun 2016, Municipal Waste Recycling Program dari Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah memberikan hibah dan bantuan teknis kepada organisasi-organisasi yang berpotensi mengatasi hal ini di Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Sri Lanka yang berupaya mengurangi polusi plastik di laut.

Penanganan polusi sampah plastik dari sumber sampai ke laut telah menjadi prioritas Pemerintah Indonesia.

"Sejalan dengan Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut, Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi sampah laut sampai dengan 70 persen pada tahun 2025," kata Dr. Adi seperti dikutip dari siaran pers resmi Kedutaan Besar AS di Jakarta yang dimuat Liputan6.com, Kamis (28/3/2019).

"Perikanan, ketahanan pangan dan ekonomi pariwisata kita tergantung pada laut yang sehat, oleh karena itu kami menetapkan target yang ambisius," tambahnya.

Pemerintah Indonesia juga telah menetapkan target nasional untuk mengurangi timbunan sampah hingga 30 persen dan mengelola sisa 70 persen untuk mencapai target 100 persen pengelolaan sampah pada tahun 2025.

"Kami telah menerapkan prinsip-prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) and ekonomi sirkular dalam kebijakan dan strategi pengelolaan sampah kami," kata Dr. Tahar.

"Meskipun tantangan mengatasi sampah plastik di laut bersifat global, solusinya harus lokal," kata Duta Besar Donovan.

"Pemerintah AS, melalui USAID, memromosikan pendekatan lokal untuk mengurangi plastik laut melalui pemberian hibah kepada organisasi yang mencari solusi inovatif untuk mengatasi tantangan sampah plastik. Penandatanganan hibah ini merupakan tonggak penting dalam 70 tahun hubungan diplomatik kami, yang kami rayakan pada tahun 2019. Kami bangga dengan kemitraan ini yang akan membantu memastikan generasi masa depan yang sejahtera dan sehat."

Penerima hibah, Yayasan BINTARI di Kota Semarang, Yayasan Misool di Kota Sorong, Yayasan Gringgo di Kota Denpasar, Divers Clean Action di Kepulauan Seribu, Transformasi Indonesia di Kabupaten Gowa dan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi di Bandung akan bekerja dengan masyarakat, pemerintah daerah dan mitra sektor swasta untuk menjajaki solusi yang lebih efektif dalam pengelolaan sampah perkotaan.

Yayasan BINTARI dan Yayasan Misool akan memperkuat bank sampah masyarakat yang beroperasi di Semarang dan Sorong untuk meningkatkan kapasitas daur ulang, menghubungkan inisiatif yang dibangun masyarakat dengan pendaur ulang skala kecil dan memberi insentif untuk pengumpulan plastik habis pakai.

Divers Clean Action dan Gringgo Indonesia Foundation akan bekerja dengan operator pengelolaan sampah kota di Kepulauan Seribu dan Kota Denpasar untuk meningkatkan sistem pengumpulan limbah melalui peningkatan partisipasi masyarakat dan aplikasi mobile inovatif yang melacak pengumpulan limbah rumah tangga.

Selanjutnya, Transformasi Indonesia dan Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi akan bekerja di Kota Bandung dan Kabupaten Gowa untuk berbagi dan mereplikasi model pengelolaan limbah yang terbukti berhasil.

 

Simak video pilihan berikut: