Liputan6.com, Wina - Terdakwa kasus pembantaian di Selandia Baru, Brenton Tarrant (28), diketahui sempat mengunjungi Austria pada 2018 lalu, dan menyumbangkan sejumlah uang kepada Gerakan Identiter (IBOe) yang berpaham anti-imigrasi.
Pelaku teror yang merupakan penganut supremasi kulit putih itu menyumbangkan uang sebesar 1.500 euro (sekira Rp 24.000.000 dengan kurs Rp 16.000 setiap euronya), pada awal 2018, menurut jaksa penuntut di pengadilan Negeri Kiwi.
Advertisement
Baca Juga
Mendengar laporan jaksa, Kanselir Austria Sebastian Kurz terlihat sangat kooperatif terhadap penyelidikan.
"Telah dikonfirmasikan bahwa ada hubungan finansial antara pria yang melakukan serangan di Selandia Baru dan Gerakan Identitarian di Austria," kata Kurz kepada wartawan setelah pertemuan kabinet pada Rabu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Kamis (28/3/2019).
Kurz menambahkan bahwa hubungan tersebut akan diselidiki secara komprehensif, termasuk potensi pembubaran Gerakan Identiter sayap kanan dengan terlebih dulu berbicara dengan menteri dalam negeri dan pengadilan.
Sebagai bagian dari prose penyelidikan, rumah juru bicara Gerakan Identiter Martin Sellner di Ibu Kota Wina, telah digeledah pada Senin, 25 Maret 2019.
Â
Simak pula video pilihan berikut:
Bantahan
Dalam sebuha video yang diterbitkan di Youtube, juru bicara Gerakan Identiter membantah tuduhan adanya hubungan dengan tersangka, selain menerima donasi.
"Saya bukan anggota organisasi teroris. Saya tidak ada hubungannya dengan orang ini (Brenton Tarrant), selain itu saya menerima sumbangan darinya secara pasif," kata Sellner.
Ia juga mengaku telah mengirim kembali surel ucapan terima kasih kepada pemberi sumbangan.
Video bantahan tersebut tidak menyusutkan proses investigasi. Kurz berkomitmen akan menindak tegas pelaku sesuai hukum, serta tidak akan menoleransi segala bentuk rasisme di Austria.
"Tidak ada toleransi untuk ideologi berbahaya, tidak peduli dari sudut politik mana mereka berasal," katanya.
Sebagai tambahan informasi, Gerakan Identiter sayap kanan (IBOe) adalah organisasi dengan sikap anti-migran dan anti-Muslim. Kampanye IBOe sering kali mempropagandakan "the Great Replacement" atau Penggantian Besar, yakni memperingatkan "ancaman" bahwa imigran dan muslim dapat menggantikan warga lokal.
Istilah "the Great Replacement" itu juga digunakan oleh pelaku penembakan masjid di Selandia Baru sebagai judul atas manifestonya.
Pada 2016, IBOe pernah melakukan penyerbuan ruang kuliah universitas saat diadakannya pembicaraan kebijakan pengungsi.
Sedangkan pada Maret 2018 lalu, otoritas Inggris melarang masuknya Sellner, mengatakan bahwa kehadiranya akan mengganggu "kebaikan publik".
Advertisement