Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda enggan bercermin karena tidak suka dengan pantulan diri sendiri? Atau, pernahkah merasa takut untuk menegok ke cermin karena khawatir terdapat "sosok lain" selain bayangan Anda?
Nyatanya, dua hal tersebut terjadi pada segelintir orang tanpa tahu penyebabnya, dan sejak lama telah menjadi salah satu topik pembahasan psikologi yang sulit ditemukan solusinya, demikian sebagaimana dikutip dari Verywellmind.com pada Jumat (29/3/2019).
Ketakutan akan cermin umumnya dikenal sebagai eisoptrophobia atau catoptrophobia. Kebanyakan orang dengan ketakutan ini sebenarnya tidak takut pada cermin itu sendiri, melainkan pantulan yang dihasilkannya.
Advertisement
Baca Juga
Ketakutan akan cermin cenderung bersifat personal. Beberapa orang takut dengan pantulan mereka sendiri, lalu ada pula yang khawatir akan balasan dari kata-kata yang disampaikan di depannya, hingga mereka yang menghubungkannya dengan pengalaman gaib.
Menurut William Todd dari Departemen Psikologi SOAS University London, Inggris, ketakutan terhadap pantulan cermin termasuk dalam kategori fobia.
Ini adalah istilah untuk menggambarkan ketakutan luar biasa dan tidak masuk akal terhadap suatu objek, atau situasi yang hanya menimbulkan sedikit bahaya, tetapi memicu kecemasan dan penghindaran.
Berbeda dengan kecemasan singkat --bisa juga disebut gugup-- yang dirasakan sebagian besar orang, fobia bersifat jangka panjang, menyebabkan reaksi fisik dan psikologis yang kuat, dan dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk berlaku secara normal di tempat kerja atau di lingkungan sosial.
Namun, jika berbicara khusus tentang fobis terhadap cermin, Todd menyebut ada tiga ketakutan utama yang membuat seseorang menghindari melihat refleksi, sebagaimana dijelaskan secara singkat di bawah ini.
Â
Simak video pilihan berikut:Â
Â
Kekhawatiran Terhadap Citra Tubuh yang Dipantulkan
Jika seseorang merasa tidak nyaman dengan impresi yang dilihat terhadap tubuhnya, maka kemungkina besar dia cenderung menghindari tampilan diri di cermin.
Bahkan, pada tingkat ekstrem, orang-orang yang mengalami ketakutan seperti ini, akan menolak berpose untuk foto, dan tidak akan membiarkan segala jenis rekaman video atau audio menyorot dirinya.
Kabar baiknya, orang dengan ketakutan seperti ini, umumnya masih bisa menoleransi keberadaan cermin di sekitarnya, meski kemungkinan besar tidak akan pernah mau menengok ke arahnya.
Advertisement
Takut Melihat Refleksi Diri
Ketakutan ini melebihi apa yang dibahas di poin sebelumnya, di mana ketakutannya tidak hanya memandang pantulan diri di cermin, melainkan juga refleksi diri di berbagai media pantul, seperti cat mobil, genangan air, dan bahkan pada lensa kacamata hitam.
Refleksi secara inheren mendistorsi objek yang dipantulkan, menyebabkannya tampak sedikit tidak nyata. Menurut Todd, beberapa orang juga ada yang sangat takut pada pantulan tulisan, yang terlihat olehnya seperti omong kosong.
Ketakutan Supernatural
Cermin telah lama dikaitkan dengan ritual keagamaan dan takhayul. Sebuah kepercayaan kuno masyarakat Eropa di Abad Pertengahan, menyatakan bahwa cermin merefleksikan jiwa seseorang.
Menurut kepercayaan yang sama, jiwa beregenerasi setiap tujuh tahun. Dengan demikian, memecahkan cermin menghancurkan sepotong jiwa, menyebabkan tujuh tahun nasib buruk.
Demikian juga, banyak budaya menutupi cermin di rumah orang yang baru meninggal untuk menghindari jiwa yang bersangkutan memberontak.
Keterkaitan antara cermin dan jiwa telah menyebabkan berbagai legenda urban. Ada yang mengatakan bahwa cermin berfungsi sebagai portal antara dunia nyata, alam setelah kematian.
Fobia cermin berdasarkan supranatural umumnya berakar pada kepercayaan dan kebiasaan spiritual. Mereka mungkin dihubungkan dengan ketakutan akan kematian, hantu, dan sihir.
Advertisement