Sukses

Mengapa Kucing Sangat Dicintai di Era Mesir Kuno? Ini Jawabannya

Beberapa penjelasan berikut menyibak alasan di balik mengapa kucing begitu dicintai oleh masyarakat Mesir Kuno.

Liputan6.com, Washington DC - Dahulu kala, alkisah Dewa Matahari Mesir kuno, Re, marah pada manusia. Dia lalu mengirim putrinya yang berkepala singa, Sakhmet, untuk memberikan hukuman terhadap orang-orang di Bumi.

Sakhmet digambarkan begitu kejam dalam usahanya untuk membalas dendam, namun, Re segera menyadari bahwa dia membuat kesalahan.

Dalam upaya menenangkan anaknya yang ganas, sang dewa menghujani putrinya tersebut dengan bir merah, pengganti darah yang dia inginkan. Merasa puas karenanya, Sakhmet kemudian meringkuk dan tertidur.

Singa betina yang marah pun berubah menjadi kucing manis, dan semenjak itu, sosoknya berubah menjadi perlambang keseimbangan baik dan buruk, demikian sebagaimana dikutip dari Smithsonian.com pada Sabtu (30/3/2019).

Menurut Antonietta Catanzariti, seorang kurator Museum Divine Feline di Amerika Serikat, yang mengkhususkan diri pada sejarah Mesir Kuno, adalah suatu kesalahan untuk membayangkan bahwa masyarakat Mesir kuno menyembah kucing.

"Apa yang mereka (sebenarnya) lakukan adalah mengasosiasikan kucing dengan dewa tertentu karena sikap mereka, bagaimana mereka berperilaku di dunia nyata," kata Catanzariti.

"Semuanya punya arti. Seekor kucing melindungi rumah dari tikus, dan gangguan hewan kecil lainnya. Ini adalah sikap yang dikaitkan dengan bantuan dewa tertentu," lanjutnya.

Tidak Hanya Merujuk pada Hewan Domestik

Kucing pada era Mesir Kuno tidak hanya merujuk pada hewan domestik, namun juga pada hewan sejenisnya yang lebih besar, seperti singa misalnya.

Sang raja hutan melayani fungsi simbolis dalam ikonografi kaum bangsawan. Beberapa patung yang menyerupainya dihadirkan dalam posisi diam di depan berbagai bangunan megah masyarakat Mesir Kuno.

Catanzariti, mengutip dari beberapa penelitian tentang Egyptology bahwa simbolisasi kucing besar menandakan bahwa raja aman dalam kekuasaannya, dan percaya diri dalam mengatasi kekacauan.

Begitu berharganya kucing di mata masyarakat Mesir Kuno, bahkan hewan mengeong itu banyak yang diawetkan sebagai mumi.

Catanzariti mengatakan: "Mumi kucing biasanya adalah bentuk persembahan di kuil, yang sebagaimana tertuang dalam legenda Sakhmet, bisa menjadi alat penimbang baik dan buruk sebuah doa."

"Atau bisa juga sebagai mediator untuk berkomunikasi dengan Re, mengingat bahwa Sakhmet adalah putrinya yang berwujud serupa kucing," lanjutnya.

 

Simak video pilihan berikut: 

 

2 dari 2 halaman

Temuan Puluhan Mumi Kucing di Mesir

Akhir tahun lalu, puluhan mumi kucing dan koleksi langka scarab (perlambang kumbang Mesir Kuno) telah ditemukan di tujuh sarkofagus, yang terletak di sebuah situs di tepi kompleks piramida di Saqqara, selatan Kairo.

Beberapa di antara temuan tersebut, menurut arkeolog terkait, berusia lebih dari 6.000 tahun, demikian sebagaimana dikutip dari The Guardian.

Menteri Kepurbakalaan Mesir, Khaled el-Enany, mengatakan penemuan itu merupakan hasil dari misi arkeologi negaranya selama penggalian yang dimulai pada bulan April.

"Makam itu berasal dari Dinasti Kelima Kerajaan Lama. Tim arkeolog menemukan fasad dan pintunya masih utuh, yang berarti isinya belum tersentuh," kata Mohamed Youssef, Direktur Dinas Kepurbakalaan wilayah Saqqara.

Mostafa Waziri, kepala Dewan Tertinggi Kepurbakalaan Mesir, mengatakan bahwa dua mumi tersebut ditemukan di dalam sarkofagus batu kapur persegi panjang, dengan tutup berkubah yang dihiasi dengan tiga kumbang scarab bercat hitam.

Koleksi lain dari mumi terkait ditemukan di dalam sarkofagus yang lebih kecil.

"Scarab adalah sesuatu yang sangat unik. Ini adalah sesuatu yang sangat langka," kata Waziri.