Sukses

Gedung Putih Dukung Kebijakan Donald Trump Setop Bantuan ke Tiga Negara

Salah satu alasan Gedung Putih mendukung kebijakan Donald Trump, lantaran tiga negara tersebut dinilai tidak dapat mengurangi krisis kemanusiaan.

Liputan6.com, Washington DC - Kepala Staf Gedung Putih Mick Mulvaney mengatakan bahwa pemerintahan Donald Trump akan memotong bantuan untuk tiga negara kecil Amerika Tengah, meliputi: El Salvador, Honduras, dan Guatemala.

Dikutip dari laman CNN, Senin (1/4/2019) salah satu alasan Gedung Putih mendukung kebijakan Trump, lantaran tiga negara tersebut dinilai tidak dapat mengurangi krisis kemanuasiaan dan malah menyebabkan angka imigran ke AS.

Keputusan tersebut disampaikan oleh Donald Trump pada Jumat, 29 Maret 2019.

"Sebenarnya, Honduras bisa berbuat lebih banyak, Guatemala bisa berbuat banyak dan El Salvador bisa berbuat lebih banyak," jelas Mulvaney.

"Jika mereka ingin kami memberi ratusan juta dolar, maka kami ingin mereka juga berbuat lebih banyak," kata Mulvaney.

Mulvaney mengatakan, mulanya bantuan tersebut digunakan untuk mendanai program-program memerangi geng dan mendorong pembangunan di tiga negara tersebut. Harapannya, agar mereka dapat mengatasi akar penyebab migrasi massal ke AS. Mulvaney menyebut langkah itu tak manjur.

"Jika pemerintah di negara masing-masing telah bekerja dengan baik, mengapa masih banyak orang yang melintasi perbatasan dalam satu bulan terakhir?," tanya Mulvaney.

"Ini adalah krisis kemanusiaan, ini adalah krisis keamanan," jelasnya.

Menanggapi langkah tersebut, pemerintah Honduras pada Sabtu, 30 Maret 2019, menyalahkan "kebijakan kontradiktif" dari badan-badan AS untuk keputusan tersebut.

Honduras dengan para pejabat mengatakan mereka akan terus bekerja dengan El Salvador dan Guatemala pada inisiatif Segitiga Utara soal masalah tersebut.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Donald Trump Ancam Tutup Perbatasan Meksiko Pekan Depan

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada hari Jumat mengulangi ancamannya untuk menutup perbatasan antara negaranya dan Meksiko, tetapi kali ini ia mencatat akan bertindak pekan depan jika Negeri Sombrero tidak mengindahkannya.

"Jika Meksiko tidak segera menghentikan semua imigrasi ilegal yang masuk ke Amerika Serikat melalui Perbatasan Selatan, saya akan menutupnya, atau sebagian besar pekan depan," twitnya seperti dikutip dari CNN.

Donald Trump, di Florida pada Jumat sore, mengatakan dia bisa berpikir "lama" dan bersikeras AS telah keluar dari ruang tahanan untuk imigran yang tidak memiliki dokumen.

"Kami memiliki undang-undang terlemah, paling menyedihkan," kata Trump seraya mengancam akan menutup karavan para migran yang saat ini menyeberang ke AS.

"Kami kehabisan ruang. Kami tidak bisa menahan orang-orang Meksiko. Mereka bisa menghentikannya dengan mudah," tambahnya.

Sementara itu, menurut laporan AFP, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengatakan dia tidak ingin terlibat dalam konfrontasi mengenai masalah tersebut.

"Donald Trump memiliki caranya sendiri melihat sesuatu," katanya kepada kerumunan pendukung di kota timur Poza Rica, di mana ia meluncurkan serangkaian program sosial baru.

"Saya ingin memperjelas bahwa kita tidak akan bertarung dengan pemerintah Amerika Serikat," katanya.

Namun pemimpin sayap kiri itu juga menambahkan: "Orang-orang di Amerika Tengah tidak memiliki pilihan, jadi mereka mencari cara untuk mencari nafkah. Ini adalah hak asasi manusia. Kita seharusnya tidak mengutuk migrasi."