Sukses

Analisis Ilmuwan Soal Fosil Paus Berkaki yang Ditemukan di Pantai Peru

Fosil paus raksasa ditemukan di sepanjang pantai Peru. Ini analisis ilmuwan.

Liputan6.com, Lima - Sebuah fosil dari seekor paus kuno berkaki empat dan berkuku, ditemukan di sedimen laut di sepanjang pantai Peru, Jumat, 5 April 2019. Temuan ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana nenek moyang mamalia laut tersebut melakukan transisi dari darat ke air.

Fosil raksasa berumur 42,6 juta tahun tersebut tampaknya menunjukkan bahwa paus beradaptasi dengan gaya hidupnya yang semi-akuatik pada zaman dahulu kala. Kakinya yang berkuku dan bentuk kakinya, membuktikan hewan ini sanggup menahan beban tubuhnya yang jumbo --dengan panjang badan yakni 4 meter.

Selain itu, diduga dulunya paus mampu berjalan dan hidup di darat. Fitur anatomi lainnya yaitu ekor yang kuat dan kaki berselaput, yang mirip dengan berang-berang.

"Paus adalah contoh evolusi yang ikonik," kata Travis Park, seorang ahli paus kuno di Natural History Museum di London, yang tidak terlibat dalam penelitian terbaru tersebut.

"Mereka beralih dari mamalia kecil berkuku ke paus yang kita kenal sekarang. Sangat menarik untuk melihat bagaimana mereka menaklukkan lautan," lanjutnya, sebagaimana dilansir dari The Guardian, Minggu (7/4/2019).

Akan tetapi, nenek moyang paus berukuran lebih kecil dari yang eksis sekarang. Meski demikian, spesimen terbaru itu mengisi celah penting dalam pengetahuan tentang cara makhluk ini berevolusi dan menyebar ke seluruh lautan dunia.

"Contoh-contoh lain adalah spesimen yang lebih terpisah-pisah, kurang lengkap," ujar Olivier Lambert, seorang ilmuwan di Royal Belgian Institute of Natural Sciences dan penulis utama dari studi yang diterbitkan dalam jurnal Current Biology ini.

Spesimen terbaru membuktikan bahwa paus purba dapat berenang selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu sekaligus mempertahankan kemampuan mereka untuk berkeliling di darat. (Foto: A. Gennari / CellPress)

"Kami tidak memiliki indikasi yang jelas tentang kemampuan berenang dan berjalan mereka," tambahnya.

Spesimen terbaru membuktikan bahwa paus purba dapat berenang selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu, sekaligus mempertahankan kemampuan mereka untuk berkeliling di daratan.

"Meskipun bisa berenang di air tanpa masalah, namun spesimen ini masih memiliki kuku kecil di jari tangan dan kaki," tutur Park. "Ia jauh lebih bisa berkeliling di daratan daripada anjing laut."

Giginya yang tajam dan moncongnya yang panjang menunjukkan bahwa paus purba mungkin telah memakan ikan atau krustasea.

2 dari 2 halaman

Nama Paus

Lokasi penemuan terbaru juga penting. Sebelumnya, leluhur paus yang jauh lebih tua yang berasal dari sekitar 53 juta tahun yang lalu, ditemukan di India dan Pakistan.

Sampai sekarang, para peneliti masih memperdebatkan kapan dan bagaimana paus mula-mula menyebar ke benua Amerika dan sekitarnya.

Fosil paus di Peru menunjukkan paus pertama yang berhasil melintasi Atlantik Selatan, dibantu oleh arus permukaan barat dan fakta bahwa, kala itu, jarak antara dua benua adalah setengah dari sekarang.

Beberapa tulang belakang ekor terakhir hilang dan karenanya tidak jelas apakah ekor makhluk itu akan membantunya ketika berenang. Meski ilmuwan menduga ia adalah perenang ulung untuk bertahan hidup selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu di laut.

Fosil itu digali pada tahun 2011 oleh tim periset internasional, termasuk anggota dari Peru, Prancis, Italia, Belanda, dan Belgia. Sejak ditemukan, fosil tersebut dinamai Peregocetus pacificus dengan arti "paus yang bepergian mencapai Pasifik."

Menurut Lambert, ada kemungkinan paus awalnya harus kembali ke darat untuk kegiatan tertentu, seperti kawin dan melahirkan bayi mereka.

Sementara itu, paus yang hidupnya 100% di air pertama diketahui sekitar 41 sampai 35 juta tahun yang lalu, mengisi ceruk ekologi yang dibiarkan kosong ketika reptil laut terakhir - bersama dengan dinosaurus punah pada 66 juta tahun yang lalu.