Liputan6.com, Washington DC - Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengatakan dalam kurun waktu tiga tahun terakhir Taiwan dan Amerika Serikat telah membuat kemajuan yang signifikan dalam sejumlah kerja sama militer dan pertahanan.
"Dalam urusan keamanan, Taiwan Relations Act (TRA) menetapkan kerangka kerja untuk tidak hanya memberikan senjata kepada Taiwan dengan karakter defensif," jelas Presiden Taiwan Tsai Ing-wen dalam kunjungannya ke AS di hadapan tiga lembaga think tank.
Sejumlah lembaga tersebut adalah Center for Strategic and International Studies (CSIS), The Brookings Institution Center for Scholars, dan The Woodrow Wilson International pada 9 April 2019 waktu AS.
Advertisement
Baca Juga
"Kerja sama antara kedua negara terus memenuhi semangat TRA yang dibentuk 40 tahun silam. Penjualan senjata yang stabil telah diumumkan oleh pemerintah AS. Amerika Serikat pun terus mendukung pengembangan kapabilitas asli yang kami bangun di sini," jelas Tsai.
Dalam kesempatan itu, Presiden Tsai juga menjelaskan bahwa Taiwan telah meningkatkan anggaran pertahanan di masa mendatang.
"Selama dua tahun terakhir, Taiwan telah meningkatkan anggaran pertahanan. Dana ini akan digunakan untuk strategi, teknik, dan kemampuan yang membuat kekuatan tempur kita lebih gesit serta mampu bertahan," jelas Tsai.
"Kami melakukan investasi ini bukan karena kami mengejar konfrontasi. Justru sebaliknya. Tujuan kami adalah untuk menjunjung tinggi semangat Undang-Undang Hubungan Taiwan (TRA) untuk perdamaian abadi di Selat Taiwan," tambahnya.
Meski begitu, Presiden Tsai menekankan bahwa itu semua tidak terjadi apabila ada paksaan dan agresi yang diterima oleh Taiwan.
Daftar Penjualan Alat Pertahanan AS ke Taiwan
Transaksi jual beli alat pertahanan dari Amerika Serikat ke Taiwan terjadi pertama kali di tahun 1979 yaitu pembelian 48 pesawat tempur jenis F-5E dengan nilai transkasi US$ 240 juta.
Hingga saat ini, total transaksi mencapai 86 kali sejak tahun 1979 hingga terakhir tahun 2017 di masa kepemimpinan Donald Trump. Nilai transaksi dari pembelanjaan tersebut mencapai miliaran dolar Amerika Serikat.
Transaksi pertahanan terakhir adalah SRP Operations and Maintenance follow-on sustainment package, demikian dikutip dari situs Taipei Economic and Cultural Representative Office (TECRO) in the United States.
Itu semua mencakup dukungan logistik kontraktor (berkelanjutan); layanan teknik dan pembaruan teknis untuk mengatasi keusangan peralatan; biaya transportasi dan material yang terkait dengan layanan perbaikan dan pengembalian kontraktor; suku cadang dan perbaikan.
Â
Advertisement
Percepat Kesepakatan Senjata dengan AS
Pada Awal Bulan Oktober 2018, Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Keamanan Asia dan Pasifik, Randall Schriver menegaskan bahwa Washington bergerak menuju "hubungan kerja sama militer asing yang lebih normal" dengan Taiwan.
Hal tersebut diperkiat dengan persetujuan Donald Trump pada September lalu, tentang kesepakatan penyediaan suku cadang dan logistik senilai US$ 330 juta (setara Rp 5,02 triliun, dengan kurs Rp 15.219 per 1 dolar AS), untuk pemeliharaan beberapa jenis pesawat militer Taiwan.
Eksekusi kesepakatan itu datang kurang dari setahun setelah Pentagon setuju untuk menjual rudal, torpedo, dan sistem peringatan dini senilai US$ 1,4 miliar (setara Rp 21,3 triliun) ke Taiwan.