Liputan6.com, Mogadishu - Seorang menteri Somalia mengatakan kepada VOA, wakil pemimpin ISIS di Somalia tewas dalam serangan udara.
Menteri Keamanan di Kawasan Puntland Abdisamad Mohamed Gallan mengatakan serangan udara yang menewaskan wakil bos ISIS Somalia. Abdihakim Mohamed Ibrahim, atau dikenal sebagai Dhoqob, itu terjadi Minggu 14Â April 2019 di antara Desa Hol Anon dan Hiriro.
Galland mengatakan serangan udara itu menghantam kendaraan yang ditumpangi Dhoqob dan seorang penumpang lainnya. Kedua orang itu tewas seketika, tetapi penumpang lain itu belum dapat diidentifikasi.
Advertisement
"Kendaraan itu terbakar," ujar seorang saksi mata yang enggan disebut namanya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Senin (15/4/2019).
ISIS di Somalia dipimpin oleh Syekh Abdulkadir Mumin, mantan ilmuwan Al Shabab. Ia membelot dari kelompok itu pada Oktober 2015 dan mengucapkan sumpah setia kepada pemimpin ISIS Abu Bakar Al Baghdadi.
Dhoqob adalah tangan kanan Mumin dan telah beberapa kali tampil dalam video yang diproduksi kelompok itu. Mumin selamat dalam serangan udara lainnya di tempat persembunyiannya di pegunungan di kawasan Bari, November 2017 lalu.
Â
Pemimpin ISIS Afghanistan Tewas
Sebelumnya, pemimpin kelompok ISIS di Afghanistan dilaporkan tewas dalam serangan udara pada Sabtu, 25 Agustus 2018.
Abu Saad Erhabi --nama pemimpin tersebut-- dan 10 anggota lainnya dinyatakan tewas dalam operasi militer di provinsi timur Nangarhar, dekat perbatasan dengan Pakistan.
Dikutip dari BBC pada Senin 27 Agustus 2018, Erhabi adalah pemimpin keempat ISIS Afghanistan (Islamic State of Iraq and the Levant–Khorasan Province), yang telah menjadi buronan sejak empat tahun silam.
Afiliasi kuat dengan ISIS diketahui telah aktif sejak 2014, mengklaim banyak serangan mematikan, termasuk sejumlah teror bom dalam beberapa waktu terakhir.
Kelompok militan tersebut terkadang dikenal sebagai Khorasan, yang merupakan nama bersejarah bagi kawasan Afghanistan dan sekitarnya ketika era keemasan Islam.
Direktorat Keamanan Nasional di Kabul mengatakan serangan yang menewaskan Erhabi adalah bagian dari operasi gabungan udara dan darat, yang dilakukan bersama pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS).
Para pejabat AS tidak mengkonfirmasi kabar terkait, tetapi mengatakan mereka telah melakukan serangan di daerah yang menargetkan "seorang pemimpin senior organisasi teroris yang diburu".
Pemimpin ISIS Afghanistan sebelumnya, Abu Sayed, tewas dalam serangan koalisi AS di markas kelompok itu di provinsi Kunar pada bulan Juli 2017.
Kelompok tersebut telah disalahkan atas sejumlah serangan di Afghanistan tahun ini, termasuk aksi bunuh diri di sebuah pusat pendidikan di ibu kota Kabul, yang menewaskan puluhan orang.
Advertisement
Komandan ISIS Asia Tenggara Asal Indonesia
Komandan ISIS untuk wilayah Asia Tenggara asal Indonesia, Bahrumsyah, juga dikabarkan tewas pada Senin, 13 Maret 2017. Ia diyakini meninggal dalam serangan bunuh diri gagal yang rencananya menyerang tentara Suriah.
Bahrumsyah tewas usai mobil bermuatan bahan peledak yang ia kemudikan menuju unit Angkatan Darat Arab Suriah di Palmyra meledak sebelum waktunya. Kematian pentolan ISIS itu disampaikan oleh Al-Masdar News seperti dikutip dari The Straits Times, Rabu 15 Maret 2017.
ISIS mengonfirmasi kematian Bahrumsyah tersebut, tapi mengklaim dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa serangan bunuh diri oleh Abu Muhammad al Indonesi berhasil menyebabkan kerusakan musuh.
Abu Muhammad al Indonesi adalah nom de guerre atau nama samaran perang yang diadopsi oleh Bahrumsyah.
Sosoknya menjadi terkenal dua tahun lalu setelah muncul dalam sebuah video perekrutan. Dalam video, ia menyerukan militan asli Indonesia dan tempat lain di wilayah Asia Tenggara untuk bergabung ISIS.
Bahrumsyah dilaporkan dipilih sendiri oleh pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi untuk memimpin Katibah Nusantara - unit pertempuran kepulauan Melayu yang berbasis di Raqqa.
Dia adalah pemimpin dari Mujahidin Barat Indonesia sebelum berangkat ke Suriah, Mei 2014.
Para ahli mengatakan, ia milik jaringan pro ISIS militan di Indonesia yang meliputi Bahrun Naim, Abu Jandal, dan jaringan teroris Jemaah Ansharut Daulah yang dipimpin Aman Abdurrahman.
Bahrun dan Abu Jandal juga telah melakukan perjalanan untuk bergabung ISIS di Suriah, sementara Aman menjalani hukuman di penjara Indonesia karena mendanai kamp pelatihan paramiliter di Aceh pada 2010.
Amerika Serikat telah menempatkan Aman dan Bahrumsyah dalam daftar teroris pada bulan Januari.
Istri ketiga Bahrumsyah, Nia Kurniawati, termasuk dalam 75 orang Indonesia yang dideportasi dari Turki pada Januari lalu setelah diduga mencoba masuk Suriah.
Sejak itu, perempuan tersebut ditempatkan dalam program deradikalisasi di sebuah penampungan di Jakarta.
Kematian Bahrumsyah ini, jika benar, akan menjadi pukulan yang signifikan terhadap ambisi ISIS di bagian dunia, kata pengamat terorisme dari Centre for Radicalism and Deradicalisation Studies, Adhe Bhakti.
"Dia adalah seorang penghubung penting bagi Indonesia yang ingin terhubung dengan ISIS di Suriah," ia menambahkan.
"Dengan kematian Bahrumsyah dan Abu Jandal, hanya Bahrun Naim yang tersisa."Â Â