Liputan6.com, London - Ayah Julian Assange mendesak pemerintah Australia untuk membantu putranya. Ia meminta mereka untuk membawa pulang pendiri WikiLeaks, dalam sebuah wawancara dengan sebuah surat kabar Australia.
Berbicara untuk pertama kalinya sejak penangkapan putranya di London awal pekan ini, John Shipton mengatakan kepada Herald Sun tentang "kekagetannya" melihat sang putra dibawa dari Kedutaan Besar Ekuador oleh polisi Inggris.
"Saya melihatnya - cara mereka menyeretnya menuruni tangga, dia tidak terlihat baik. Saya berusia 74 dan terlihat lebih baik darinya yang 47 tahun. Ini sangat mengejutkan," katanya seperti dikutip dari pemberitaan CNN, Senin (15/4/2019).Â
Advertisement
Bos WikiLeaks itu telah bersembunyi di dalam kedutaan selama tujuh tahun, tetapi Ekuador mencabut suakanya pada Kamis 11 April.
Rekaman video yang diambil tak lama kemudian menunjukkan Assange yang berjanggut berteriak dan memberi isyarat ketika beberapa petugas bergegas membawanya ke mobil polisi yang sedang menunggu.
"Selama berbulan-bulan dia hidup seperti seorang tahanan dengan keamanan tinggi, dia bahkan tidak bisa pergi ke toilet. Ada kamera yang mengawasi setiap gerakannya," kata Shipton.
Oleh sebab itulah ia meminta pemerintah Australia dan Perdana Menteri Scott Morrison untuk mengambil tindakan membantu putranya.
CNN telah mengkonfirmasi dengan penasihat Assange, Greg Barns bahwa kutipan dari Shipton, yang diterbitkan di Herald Sun, akurat. Komentarnya muncul setelah lebih dari 70 anggota parlemen meminta Menteri Dalam Negeri Inggris Sajid Javid untuk menyerahkan bos WikiLeaks itu kepada pihak berwenang di Swedia, jika negara itu membuka kembali penyelidikannya terhadap tuduhan pemerkosaan dan kekerasan seksual serta meminta ekstradisinya.
Sejauh ini Julian Assange membantah tuduhan yang dialamatkan Swedia kepadanya.
Bos WikiLeaks itu juga terancam diekstradisi ke AS dengan tuduhan tunggal berkonspirasi dengan mantan analis intelijen Angkatan Darat AS Chelsea Manning untuk mencuri rahasia militer. Dia juga berulang kali membantah melakukan kesalahan yang dituduhkan kepadanya.
Assange saat ini ditahan di penjara Belmarsh London, yang dikenal sebagai Guantanamo Inggris karena menahan tersangka teroris dan ekstremis terkenal seperti Abu Hamza dan Anjem Choudary.
Penjara, di London tenggara ini adalah satu dari hanya tiga penjara lokal dengan keamanan tinggi di Inggris dan Wales.
Tuduhan untuk Ekuador
Sementara itu, pengacara Julian Assange Jen Robinson menuduh Ekuador membuat "tuduhan keterlaluan" tentang keberadaan kliennya di kedutaan London di Ekuador, dalam sebuah wawancara dengan Sophy Ridge dari Sky News.
Menteri Luar Negeri Ekuador José Valencia dan Menteri Dalam Negeri-nya MarÃa Paula Romo pada hari Kamis menuduh Assange mengendarai skuter di sekitar koridor kedutaan yang sempit, menghina staf dan mengotori dinding dengan kotoran.Â
Robinson mengatakan kepada Ridge bahwa klaim Ekuador bahwa Assange melakukan kesalahan adalah "tidak benar."
Dia juga mengatakan Assange "khawatir tentang risiko ekstradisi ke AS" dan hanya mencari suaka ketika Swedia menolak memberikan jaminan bahwa dia tidak akan diekstradisi ke AS.
"Dia tidak di kebal hukum. Dia tidak pernah khawatir menghadapi keadilan Inggris atau bahkan Swedia," kata Robinson.Â
Advertisement
Penangkapan Dianggap Sebagai Ancaman Kebebasan Pers
Pada Kamis 11 April 2019, bos WikiLeaks, Julian Assange, ditangkap oleh polisi Inggris dari tempatnya mendapatkan suaka, Kedutaan Besar Ekuador di London. Ia dinyatakan bersalah lantaran telah melanggar jaminan dari pemerintah Britania Raya.
Jaksa penuntut di distrik timur Virginia merilis sebuah surat dakwaan terhadap Assange yang telah disegel sejak Maret 2018. Kini, lembar tersebut akan menjadi dasar bagi pemerintah AS agar bisa mengekstradisi Assange dari Inggris ke Alexandria untuk menghadapi persidangan.
Lembar tuduhan yang dilimpahkan untuk pendiri WikiLeaks, Julian Assange, dianggap oleh sejumlah pengamat sebagai ancaman kebebasan pers yang fundamental dan berdampak pada penghancuran jurnalisme.
Para akademisi dan aktivis mengutuk sejumlah besar dakwaan yang dikatakan bisa merusak kegiatan dasar jurnalisme yang dilindungi oleh amandemen pertama konstitusi AS.
Yochai Benkler, seorang profesor hukum di Harvard University --yang menulis studi besar tentang implikasi hukum penuntutan terhadap WikiLeaks-- mengatakan, lembar tuduhan itu berisi beberapa "elemen yang sangat berbahaya yang bisa menimbulkan risiko signifikan terhadap pelaporan keamanan nasional.
Carrie Decell, staf pengacara dari Knight First Amandment Institute di Columbia University, menyampaikan dakwaan itu "beresiko memantik perang dingin antara pemerintah AS dan para pemburu berita."
Dia menambahkan, nada dakwaan dan surat penangkapan yang ditunjukkan ke publik dari Departemen Kehakiman, menyiratkan bahwa pemerintah AS menginginkan hal lain.
"Banyak tuduhan yang benar-benar dilindungi oleh amandemen pertama, terkait aktivitas jurnalistik. Itu sangat mengganggu kami," ucap Decell, dikutip dari The Guardian, Jumat 12 April 2019.
Di antara frasa yang terkandung dalam dakwaan yang memicu keributan antara lain:
1. "WikiLekas adalah bagian dari konspirasi yang dilakukan oleh Assange dengan 'menyetir' Chelsea Manning (mantan tentara AS yang kini transgender) untuk memberikan informasi dan catatan rahasia dari sejumlah departemen dan lembaga AS."
Menurut Decell, ini adalah fungsi dasar yang dilakukan dalam jurnalisme agar bisa memperoleh informasi valid tentang kegiatan pemerintah, dengan memanfaatkan sumber-sumber terkait demi kepentingan publik.
2. "WikiLeaks adalah bagian dari konspirasi bahwa Assange mengambil langkah-langkah untuk menyembunyikan jati diri Manning sebagai sumber pengungkapan catatan rahasia AS."
Melindungi identitas sumber adalah batu fondasi dari banyak laporan investigasi dan keamanan nasional. Tanpa hal ini, sumber itu tidak akan mau membocorkan informasi yang ia ketahui dan pers tidak dapat memenuhi perannya sebagai pemegang kode etik jurnalistik.
3. "WikiLeaks adalah bagian dari konspirasi bahwa Assange dan Manning menggunakan layanan percakapan daring Jabber untuk berkolaborasi dalam akuisisi dan penyebaran catatan rahasia."
Jabber adalah alat komunikasi yang sama fungsinya dengan Dropbox, yang secara rutin digunakan oleh awak media yang bekerja menggunakan whistleblower.
  Â