Liputan6.com, Jakarta Sejak pagi, Mona sudah sibuk mempersiapkan dirinya untuk datang ke Kantor KJRI Melbourne, karena hari itu, Sabtu, 13 April 2019, adalah hari mencoblos bagi warga negara Indonesia di Australia.
Pencoblosan baru dimulai pukul 09.00 pagi, tapi ia harus berada di sana tidak lebih dari pukul 07.30 pagi karena ia bukan saja hendak mencoblos, tetapi memiliki peran juga untuk memastikan pilpres 2019 alias pesta demokrasi berjalan lancar.
Baca Juga
Perempuan bernama asli Monasisca Noviannei yang sekarang sedang mengambil S2 jurusan bisnis di Monash University ini mendapat tugas di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Pilpres 2019.
Advertisement
"Ini pertama kalinya dan saya ingin tahu proses pemilihan umum, kompleksitasnya sejauh apa," kata Mona kepada Erwin Renaldi dari ABC Indonesia yang Liputan6.com kutip Selasa (16/4/2019).
Tugas utama Mona adalah menulis surat suara dan setelah bertugas selama hampir 12 jam, ia mengaku pegal.
TPS Pilpres 2019 tempat Mona bertugas di hari itu adalah TPS 13 yang terlihat cukup berbeda dan unik karena mengusung tema olahraga.
Bukan hanya pernak-pernik berbau Indonesia, seperti peta Indonesia dari bahan batik, tapi terlihat juga kaos sepakbola bernomor 13, sarung tinju, hingga kok badminton.
Ribet dan Sangat Birokratis
Di Melbourne ada 22 TPS dan masing-masing TPS diberi kebebasan untuk menghiasnya, asal tidak menganggu kelancaran jalannya pencoblosan.
Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Melbourne mengatakan lebih dari 8.000 warga Indonesia yang mencoblos hari Sabtu.
Jumlah pemilih tetap di Melbourne yang sudah ditetapkan oleh KPU adalah 13.429 orang, sehingga persentase mereka yang menggunakan hak pilihnya adalah mencapai 61%.
Mona mengaku jika ternyata menjadi petugas di TPS itu "ribet sekali" dan "sangat birokratis" karena semua ada aturannya.
"Berkasnya banyak, prosedurnya juga berlapis, ditambah kalau setiap akan melakukan prosedur harus ada saksi dan kemudian dilaporkan," ujarnya yang bekerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Untuk bisa bertugas di TPS, warga Indonesia bisa mendaftar menjadi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPSLN) dengan syarat berusia berusia minimal 17 tahun dan pendaftaran dilakukan dua bulan sebelum pemilu.
Â
Advertisement
Kisah Sang Ketua PPLN
Andre Vyatran Kasmir juga bertugas bersama Mona dan ia menjabat sebagai ketua KPPSLN di TPS 13 dan ia mengutamakan kehati-hatian dalam menjalankannya.
"Karena kita sudah disumpah untuk melakukan tugas ini secara jujur, adil, dan accountable... jadi pertanggungjawabannya bukan hanya di dunia," ujar Andre.
Sebagai ketua ia bertanggung jawab untuk memastikan di setiap kertas suara ada tanda tangannya dan mengambil keputusan sesuai peraturan.
Pada awalnya pencoblosan di Melbourne dilakukan pukul 09.00 pagi hingga 19.00 malam dan meski PPLN sudah memperkirakan jumlah pemilihnya, mereka tidak menyangka jika kemudian antrian sangat panjang mengelilingi hampir satu blok, dimana kantor KJRI Melbourne berada.
"Kita sudah siapkan mental menjelang satu jam terakhir penutupan TPS, pemilih khusus mulai masuk, the game is on," ujar Andre, yang juga mengatakan tidak ingin mengecewakan pemilih yang sudah menunggu berjam-jam.
Saat ribuan pemilih khusus membludak, Andre mengaku melihat para petugas di semua TPS tetap tenang menghadapi warga, karena semangat "kami siap melayani" yang selalu diingatkan.
"Dan di Melbourne, saya cukup salut dengan para pemilih, terutama mereka yang muda, walaupun mereka capek tetap semangat dan tak ada yang emosi."
Andre juga mengatakan semua TPS bahkan mengambil sikap proaktif untuk menjemput pemilih yang sedang mengantre, jika tahu TPS nya sudah agak kosong.
Sementara di Sydney, PPLN telah dianggap "curang" karena memutuskan untuk menutup pintu TPS padahal ada ratusan orang yang masih mengantre dan belum mencoblos.
Â
Â