Sukses

AS Meragukan Korea Utara Telah Mengetes Senjata Taktis Baru

Amerika Serikat meragukan kabar soal Korea Utara yang mengklaim berhasil meluncurkan senjata baru yang beroperasi penuh.

Liputan6.com, Washington DC - Amerika Serikat meragukan kabar soal Korea Utara yang mengklaim berhasil meluncurkan senjata baru yang beroperasi penuh.

Sebelumnya, pada Rabu 17 April 2019, Pyongyang mengklaim telah melakukan "tes penembakan senjata taktis berpemandu baru". Media pemerintah Korea Utara melaporkan bahwa Pemimpin Kim Jong-un menginspeksi dan mengarahkan langsung tes tersebut.

Namun, menurut seorang pejabat AS anonim yang akrab dengan situasi Korea Utara, senjata itu bukan sebuah "rudal", melainkan "komponen yang diuji Korea Utara untuk senjata anti-tank" dan 'belum beroperasi penuh", demikian seperti dikutip dari CNN, Jumat (19/4/2019).

Penilaian tersebut didasarkan pada tinjauan informasi yang dikumpulkan dari satelit dan pesawat. Berdasarkan informasi yang dihimpun, tidak ada indikasi peluncuran segala jenis senjata taktis jarak pendek atau rudal balistik, kata pejabat itu.

Menurut AS, jika Korea Utara telah meluncurkan senjata anti-tank yang berfungsi penuh, sensor mereka kemungkinan akan menangkap sinyal indikasi yang memastikan bahwa itu memang telah ditembakkan.

"Namun itu tidak terjadi," kata pejabat tersebut kepada CNN.

Data sensor yang dapat ditinjau oleh AS mengindikasikan bahwa komponen-komponen itu tidak penting bagi kemampuan militer Korea Utara.

"AS percaya pengujian komponen kemungkinan besar dimotivasi oleh Kim Jong-un yang memutuskan untuk mengirim pesan ke AS bahwa ia masih memiliki kemampuan pengujian tanpa terlibat dalam provokasi besar," kata pejabat itu.

Sementara pada kesempatan terpisah, Penjabat Menteri Pertahanan AS, Patrick Shanahan pada Kamis 18 April menandai uji coba Korea Utara sebagai "tes penembakan senjata berpemandu taktis baru," yang "bukan rudal balistik," dan "tidak ada perubahan pada operasi atau postur kami terhadap mereka."

2 dari 3 halaman

Kata Pengamat

Eric Brewer, seorang mantan direktur untuk kontraproliferasi di Dewan Keamanan Nasional (NSC) --dewan forum kebijakan pertahanan dan keamanan di bawah kantor kepresidenan AS-- mengatakan bahwa tes itu "tidak begitu penting" dan mengatakan hal tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan tekanan pada administrasi Trump setelah KTT Hanoi yang gagal mencapai kesepakatan.

Jenis-jenis provokasi tingkat rendah ini justru telah diperkirakan bisa terjadi, katanya.

"Saya tidak berpikir ada alasan untuk keluar dan mengangkat atau mengutuk uji senjata itu," katanya ketika ditanya apakah pemerintah harus merespons secara terbuka.

"Adalah bijaksana bagi kita untuk terus fokus pada kemajuan diplomasi dan mengabaikan komentar semacam itu" tentang Korea Utara.

3 dari 3 halaman

Berhubungan dengan Sikap Menlu AS pada Korut?

Berita uji coba senjata pada hari Rabu datang beberapa jam sebelum Kementerian Luar Negeri Korea Utara mengeluarkan teguran keras kepada Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah, pejabat Kementerian Luar Negeri Kwon Jong-gun mengatakan Pompeo telah "membiarkan komentar sembrono dan segala macam kecurangan terhadap kita setiap hari."

Kwon mengatakan bahwa Kim Jong-un telah membuat "pendirian berprinsip" pada negosiasi antara Pyongyang dan Washington DC dalam sebuah pidato baru-baru ini di parlemen Korut.

"Setiap orang memiliki interpretasi yang jelas tentang pidatonya yang mengatakan bahwa AS harus mengubah cara perhitungannya dan menghasilkan langkah-langkah responsif sebelum akhir tahun ini," kata Kwon.

Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri AS mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka "mengetahui laporan" dari pernyataan Kwon.

"Amerika Serikat tetap siap untuk melibatkan Korea Utara dalam negosiasi konstruktif," kata juru bicara itu.