Sukses

Tikus hingga Anjing, 4 Hewan Ini Punya Emosi Seperti Manusia?

Selain memiliki tingkat kecerdasan, ada beberapa hewan yang juga punya kesamaan dengan manusia dalam segi emosional.

Liputan6.com, Jakarta - Tuhan menciptakan makhluk hidup dengan kelebihan serta kekurangannya.

Selama ini, hewan dianggap sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tak dikaruniai akal dan pikiran. Meski demikian ada kelebihan tersendiri dari mereka, salah satunya adalah kecerdasan.

Selain memiliki tingkat kecerdasan, ada beberapa hewan yang juga punya kesamaan dengan manusia, yakni merasakan emosi atau dengan kata lain, memiliki 'perasaan'.

Seperti dikutip dari laman Live Science, Senin (22/4/2019), berikut 4 hewan yang bisa merasakan emosi seperti manusia:

2 dari 5 halaman

1. Rasa Duka Gajah

Gajah memiliki sejumlah ritual dalam kelompoknya. Ketika salah satu dari anggota kawanan mereka mati, maka gajah akan berduka.

Mereka juga akan membantu proses 'penguburan'. Namun, bukan dengan tanah melainkan dengan daun dan rumput.

Tubuh gajah yang telah mati akan dijaga selama satu minggu. Sama seperti manusia, mereka juga akan mengunjungi tulang-belulang gajah yang mati bertahun-tahun setelah kematian.

 

3 dari 5 halaman

2. Empati Tikus

Makhluk-makhluk yang tampaknya kotor berlarian di selokan stasiun atau tempat pembuangan sampah seperti tikus rupanya memiliki rasa empati satu sama lain.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan pada 2006 di jurnal Science menemukan bahwa tikus akan memberikaan atau membawa makanan untuk rekan-rekan mereka yang membutuhkan atau kelaparan.

 

4 dari 5 halaman

3. Rasa Cemburu Burung

Manusia bukan satu-satunya yang mengalami kecemburuan. Ketika burung jantan jenis bluebirds menemukan pasangannya yang sedang selingkuh maka ia sangat dikhianati.

Si jantan juga akan muda marah, makan akan menghajar selingkuhan dari pasangannya, hingga paruh hewan itu patah.

 

5 dari 5 halaman

4. Rasa Menyesal Anjing

Anjing juga memiliki rasa menyesal seperti yang ditunjukkan oleh manusia.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Behavioral Processes pada 2009 menemukan bahwa anjing yang terlihat bersalah setelah melakukan tindakan yang sebenarnya salah.

Video Terkini