Liputan6.com, London - Ratu Elizabeth II beserta Pangeran William dan Kate Middleton menyampaikan belasungkawa mendalam atas serangan teror yang terjadi di Sri Lanka pada Minggu, 21 April 2019.
Dikutip dari laman News.co.au, Selasa (23/4/2019), dalam peringatan ulang tahunnya yang ke-93 tahun, ia mengatakan bahwa dirinya dan Pangeran Philip "sangat sedih" atas musibah yang terjadi.
Advertisement
Baca Juga
"Saya dan Pangeran Philip sangat sedih saat tahu ada serangan di Sri Lanka beberapa hari lalu. Kami menyampaikan belasungkawa kami kepada keluarga dan teman-teman yang kehilangan nyawa," ujar Ratu Elizabeth.
Sementara itu, Pangeran William dan Kate Middleton mengatakan bahwa serangan itu merupakan tindakan biadab.
Dimana ada ratusan orang meninggal dunia dan luka-luka. Dalam sebuah pernyataan, Duke dan Duchess of Cambridge mengatakan:
"Kami sangat sedih mengetahui serangan yang menghancurkan di Sri Lanka pada hari Minggu Paskah ini."
"Tindakan tidak masuk akal di tempat-tempat yang orang harapkan paling aman benar-benar mengerikan."
"Hati kami ditujukan kepada keluarga dan teman-teman yang telah kehilangan nyawa, komunitas Kristen, dan masyarakat Sri Lanka. Anda semua ada dalam pikiran dan doa kami," ujar cucu dari Ratu Elizabeth II itu.
Â
Polisi Sri Lanka Temukan 87 Detonator di Kolombo
Kepolisian Sri Lanka, yang menyelidiki teror bom beruntun pada 21 April 2019, telah menemukan 87 detonator di sebuah halte bus di Ibu Kota pada Senin 22 April 2019 sore waktu lokal.
Juru Bicara Kepala Kepolisian Sri Lanka, Ruwan Gunasekara mengatakan bahwa halte bus yang dimaksud adalah Central Bus Stand (CTB) Colombo, demikian seperti dikutip dari CNN.
Belum segera jelas apakah detonator itu berkaitan dengan rangkaian ledakan pada 21 Maret 2019 atau akan hendak digunakan dalam aksi teror berikutnya.
Temukan Bom Rakitan Dekat Bandara Kolombo
Sementara pada pagi hari yang sama, otoritas Sri Lanka menemukan sebuah bom pipa rakitan (IED) di jalan yang mengarah ke Bandaranaike International atau Bandara Internasional Kolombo pada Minggu 21 April 2019 malam waktu lokal.
"Peledak ditemukan sekitar pukul 22.15 waktu lokal dan segera dijinakkan oleh otoritas," CNN melaporkan pada Senin (22/4/2019), mengutip Juru Bicara Angkatan Udara Sri Lanka, Gihan Seneviratne.
"Peledak dikemas dalam pipa PVC dengan panjang 152 - 182 cm (5 - 6 kaki)," lanjut laporan itu.
Penemuan terjadi dalam durasi jam malam yang berlakukan di Sri Lanka sejak pukul 18.00 kemarin hingga 06.00 hari ini (waktu lokal).
Belum ada penjelasan merinci apakah bahan peledak rakitan itu berkaitan dengan rangkaian teror bom beruntun yang menghantam tujuh lokasi di Kolombo dan satu lainnya di Batticaloa, timur Sri Lanka.
Penyelidikan atas salah satu insiden mematikan dalam sejarah Sri Lanka itu masih berlangsung, dengan setidaknya satu kelompok bernama National Thowheed Jamath (NTJ) telah menjadi fokus utama investigasi.
Â
Advertisement
Dalang Serangan Bom Dibantu Teroris Internasional
Pemerintah Sri Lanka menyalahkan kelompok militan lokal bernama National Thowheed Jamath (NTJ) atas delapan bom beruntun yang terjadi pada Minggu Paskah, 21 April 2019.
Dalam sebuah pernyataan pada hari ini, pemerintah juga mengatakan NTJ bertindak dengan bantuan pihak luar.
"Kami tidak percaya serangan ini dilakukan oleh sekelompok orang yang dikurung di negara ini," kata Rajitha Senaratne, juru bicara kabinet Sri Lanka, mengutip Sydney Morning Herald, Senin (22/4/2019).
"Ada jaringan internasional yang tanpanya serangan ini tidak akan berhasil," tandasnya kemudian, tanpa menyebutkan entitas internasional apa yang membantu NTJ.
Sesuai Prediksi Intelijen?
Sebagaimana diketahui kepolisian Sri Lanka mengklaim telah mendapatkan laporan intelijen asing terkait potensi teror sejak 11 April 2019, sepuluh hari sebelum insiden nahas terjadi.
Dalam laporan yang dimaksud, NTJ disebut berencana untuk melakukan serangan bunuh diri menargetkan gereja dan komisi tinggi India di Kolombo.
Namun, perlu diketahui bahwa hingga saat ini pihak NTJ belum mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Minggu Paskah yang merenggut nyawa 290 orang tersebut.