Sukses

Sambangi Vladimir Putin di Rusia, Kim Jong-un Naik Kereta Pribadi

Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memasuki wilayah Rusia dengan kereta api pada Rabu 24 April 2019 waktu lokal.

Liputan6.com, Khasan - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah memasuki wilayah Rusia dengan kereta api pada Rabu 24 April 2019 waktu lokal, beberapa jam sebelum pertemuannya yang diantisipasi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Vladivostok pada Kamis esok.

Kereta Kim melintasi perbatasan Rusia-Korea Utara di Sungai Tumen dan tiba di Stasiun Khasan di sisi Rusia, Rabu pagi.

Rekaman video yang diperoleh NHK, dilansir pada Rabu (24/4/2019), menunjukkan Kim menuruni tangga ke peron dan melepas topinya untuk menyambut orang-orang yang menyambutnya.

Karpet merah dapat dilihat di peron ketika pejabat senior Rusia, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Igor Morgulov, menerima Kim.

Kim mengunjungi sebuah fasilitas yang dikenal sebagai rumah Kim Il-sung, kakeknya. Itu dibangun untuk menandai hubungan persahabatan antara kedua negara.

Kereta yang membawa Kim Jong-un kini menuju ke kota Vladivostok, Rusia Timur Jauh, sekitar 300 kilometer dari perbatasan Rusia - Korea Utara.

Kim diperkirakan akan tiba di kota itu pada Rabu sore atau malam waktu lokal, dan akan mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis 25 April. Fokus tete-a-tete keduanya adalah pada kemungkinan diskusi tentang denuklirisasi Semenanjung Korea.

Perjalanan Kim Jong-unadalah pertama kalinya dalam sekitar delapan tahun bahwa seorang pemimpin Korea Utara telah mengunjungi Rusia. Ayahnya, Kim Jong Il, melakukan perjalanan pada Agustus 2011.

2 dari 3 halaman

Soal Denuklirisasi?

Penasihat kepresidenan Rusia, Yuri Ushakov mengatakan pertemuan Kim - Putin akan memusatkan perhatian pada kebuntuan pembicaraan tentang program nuklir Korea Utara; dan Rusia akan berupaya "mengonsolidasikan trend positif" yang sudah ada pasca pertemuan Presiden Amerika Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Februari lalu.

Penasihat Putin menambahkan bahwa Kremlin akan berupaya membantu "menciptakan prakondisi dan suasana yang nyaman untuk mencapai kesepakatan yang solid tentang masalah Semenanjung Korea."

Ushakov merujuk pada peta jalan Rusia - China yang menawarkan pendekatan langkah demi langkah untuk menyelesaikan kebuntuan nuklir dan menyerukan keringanan sanksi serta jaminan keamanan pada Pyongyang. Ia mencatat bahwa moratorium Korea Utara tentang uji nuklir dan pengurangan latihan militer Amerika - Korea Selatan telah membantu mengurangi ketegangan dan menciptakan kondisi demi kemajuan lebih lanjut.

Ushakov mengatakan agenda KTT Putin-Kim juga akan mencakup kerjasama bilateral. Ditambahkannya, nilai perdagangan antar kedua negara sangat kecil, yaitu sekitar 34 juta dolar tahun lalu, tetapi sebagian besar hal itu dikarenakan sanksi-sanksi internasional terhadap Korea Utara.

Korea Utara dan AS gagal mencapai kesepakatan dalam KTT di Vietnam setelah keduanya tidak menyetujui usulan yang diajukan oleh masing-masing pihak.

Kim Jong-un ingin agar AS mencabut sejumlah sanksi signifikan yang diterapkan kepada Korea Utara dengan tawaran bahwa Pyongyang akan menutup fasilitas nuklirnya di Yongbyon.

Di sisi lain, Donald Trump ingin agar Korut melucuti semua persenjataan dan fasilitas pengembangan nuklirnya, dengan imbalan AS akan mencabut sanksinya kepada negara tertutup itu.

Namun, keduanya tidak mencapai titik temu. Mereka meninggalkan Hanoi tanpa menyetujui kesepakatan apapun serta menjadikan dialog perdamaian menjadi berjalan di tempat sejak keduanya terakhir kali bertemu di Singapura pada Juni 2018.

3 dari 3 halaman

Korea Selatan Usulkan Dialog Tiga Negara, Plus China dan Rusia

Sementara itu, Korea Selatan telah mengusulkan perundingan tiga arah semi-resmi dengan Amerika Serikat dan Korea Utara saat mereka berusaha untuk mengembalikan diplomasi nuklir kembali ke jalur setelah runtuh pasca-KTT Korut-AS kedua di Hanoi, Vietnam.

Proposal untuk perundingan tersebut datang pada pertemuan Dewan Keamanan Nasional pada hari Senin, dipimpin oleh Presiden Korea Selatan Moon Jae-in, yang mengatakan itu adalah "prioritas utama" Seoul untuk mencegah mundurnya negosiasi nuklir antara AS dan Korea Utara.

Pada pertemuan itu, Menteri Luar Negeri Korea Selatan Kang Kyung-wha mengatakan pembicaraan yang diusulkan itu, yang dapat mencakup para ahli sipil dari AS dan Korea Selatan, akan membantu menyelesaikan perbedaan tentang berapa banyak pecabutan sanksi yang harus diberikan Washington kepada Korea Utara dengan imbalan langkah-langkah pelucutan nuklir.

"Kita harus melihat apa dan bagaimana AS dan Korea Utara melihat situasi saat ini dan kami akan membuat langkah-langkah mediasi praktis," kata Kang Kyung-wha.

"Kami akan membuat berbagai langkah untuk membuka kembali dialog antara AS dan Korea Utara. Selain itu, kami akan bekerja sama dengan negara-negara yang tertarik dengan masalah ini, seperti China dan Rusia, untuk membuka kembali dialog AS - Korea Utara sesegera mungkin."