Liputan6.com, London - Salah satu terduga pelaku bom Sri Lanka diketahui pernah menempuh pendidikan di Inggris. Baru-baru ini terungkap identitasnya sebagai Abdul Lathief Jameel Mohamed.
Abdul Lathief pernah berkuliah di Kingston University, Inggris mengambil jurusan teknik dirgantara (aerospace), mengutip The Telegraph pada Kamis (25/4/2019). Ia menghabiskan satu tahun di universitas yang terletak di London bagian barat daya itu untuk tahun akademik 2006 hingga 2007, menurut seorang sumber anonim.
Advertisement
Baca Juga
Tidak diketahui apakah sang teroris yang terinsipirasi ISIS itu sempat menyelesaikan kuliahnya. Saat ini, otoritas Inggris tengan menyelidiki di mana Abdul Lathief pernah tinggal di Negeri Ratu Elizabeth itu.
Penyelidikan akan berfokus pencarian bukti terkait klaim bahwa Mohamed terlibat dalam badan mahasiswa Islam selama di Inggris, sebagaimana laporan media Inggris The Independent. Ia juga dicurigai memiliki hubungan dengan badan amal yang bekerja di Timur Tengah.
Nama Abdul Lathief diberikan oleh pejabat keamanan Sri Lanka kepada agen intelijen di Inggris, menyusul pernyatan Menteri Pertahanan Ruwan Wijewardene bahwa salah satu pelaku bom bunuh diri sempat belajar di Negeri Ratu Elizabeth.
Dalam pengumuman itu, Wijiwardene mengumumkan bahwa para pelaku serangan berpendidikan baik dan berasal dari kelas menengah ke atas. Selain itu, sumber yang sama juga mengatakan mereka memiliki gelar master hukum.
Untuk diketahui, segera setelah meninggalkan Inggris sang bomber memulai program pascasarjana di Australia. Abdul lathief kemudian menetap di Sri Lanka, sepulangnya dari Negeri Kanguru.
Pelaku serangan itu adalah bagian dari sembilan bomber di delapan tempat pada Minggu Paskah, 21 April 2019. Adapun pagi ini publik kembali dikejutkan dengan sebuah ledakan di lahan kosong bagian belakang gedung pengadilan di dekat Kolombo.
Pengantin Teroris di Balik Serangan
Sementara itu seorang lagi dari sembilan pelaku bom diketahui berjenis kelamin perempuan, kata wakil Menteri Pertahanan Wijewardene kepada wartawan pada Rabu siang, mengutip the Straits Times.
Kesembilan bomber melancarkan serangan di delapan tempat, yakni tiga gereja, empat hotel mewah, dan satu rumah warga. Sejauh ini korban tewas tercatat 359, dengan 500 orang lainnya luka-luka.
Insiden ledakan di sejumlah gereja itu terjadi saat para jemaat tengah khusyuk menunggu misa. Bom kemudian meledak pertama kali pada 08.45 di St. Anthony dan St. Sebastian. Ledakan kembali terjadi di Gereja Kota Batticaloa, pada pukul 09.05 bersamaan dengan sejumlah hotel.
Minggu siang, pukul 14.00 waktu setempat bom kembali meledak disusul dengan ledakan kedelapan 30 menit kemudian.
Saat ini, otoritas Sri Lanka telah menahan 58 orang yang dianggap terlibat serangan itu. 18 di antaranya berhasil ditangkap pada Selasa malam, 23 April 2019. Polisi mengatakan pada Rabu bahwa mereka mengendalikan ledakan dari motor trail yang mencurigakan, diparkir di dekat bioskop Savoy di ibu kota Sri Lanka, Kolombo. Tidak ada bahan peledak di dalam kendaraan.
Sebagian dari mereka diringkus dalam operasi yang menargetkan daerah-daerah dekat Gereja St. Sebastian di Negombo, utara ibu kota, menurut juru bicara kepolisian. Sejumlah tersangka lain berhasil ditahan di Sri Lanka barat, tempat kerusuhan terjadi pada 2014 lalu.
"Operasi pencarian sedang terjadi di mana-mana, ada pengecekan ketat wilayah Muslim," kata sumber keamanan.
Advertisement
2 Lainnya Anak Pengusaha Rempah-Rempah
Sementara itu, dua dari pelaku bom bunuh diri disebutkan sebagai putra pengusaha rempah-rempah, jutawan sekaligus politikus bernama Mohammed Yusuf Ibrahim.
Sumber-sumber intelijen India mengatakan kepada Firstpost bahwa keduanya merupakan kakak beradik. Satu terduga pelaku bernama Imsath Ahmed Ibrahim berusia 33 tahun. Sedangkan yang lain adalah Ilham Ahmed Ibrahim 31 tahun, mengutip News18.
Keduanya diduga telah melakukan ledakan di hotel-hotel mewah Sri Lanka, yakni Cinnamon Grand dan Shangri-La di ibu kota Kolombo.
Kedua tersangka itu diyakini telah memasuki ruang makan prasmanan di hotel dengan tas-tas identik berisi bahan peledak, yang diledakkan pada waktu yang hampir bersamaan, sumber tersebut menambahkan.
Polisi Kolombo telah menginterogasi Yusuf Ibrahim dan putra ketiganya Ijas Ahmed Ibrahim yang berusia 30 tahun.
Yusuf Ibrahim adalah seorang yang berpengaruh di Partai Janatha Vimukthi Peramuna yang berhaluan condong ke Kiri. Ia berteman dekat dengan menteri untuk industri dan perdagangan Rishath Bathiudeen dan terlihat di banyak resepsi pemimpin oposisi Sri Lanka, Mahinda Rajapaksa.