Liputan6.com, London - Sebuah botol brendi perak peninggalan dari kapal Titanic, dengan ukiran kata-kata mutiara "Faithful but Unfortunate", telah terjual di lelang seharga 76.000 pound sterling atau sekitar Rp 1,39 trilun.
Helen Churchill Candee adalah sosok yang menyerahkan barang bersejarah itu kepada Edward Kent, penumpang kelas satu yang membantu para wanita dan anak-anak naik ke sekoci penyelamat, di kala kapal penumpang berukuran raksasa tersebut hendak karam.
Baca Juga
Saat itu, Churchill Candee memberi tahu Kent: "Kamu memiliki peluang hidup yang lebih baik daripada aku." Malangnya, Kent meninggal lantaran tenggelam bersama lebih dari 1.500 penumpang dalam tragedi Titanic.
Advertisement
Botol brendi tersebut ditemukan ketika jasad sang arsitek juga ditemukan. Wadah anggur ini lantas dikembalikan ke keluarga Churchill Candee oleh kerabat Kent bersama dengan sepucuk surat penjelasan.
Namun oleh pihak famili, benda itu dijual di rumah lelang "Henry Aldridge & Son" di Devizes, Wiltshire, Inggris.
Tempat minuman fermentasi itu digambarkan sebagai salah satu objek tiga dimensi paling kuat dan memiliki pesan emosional mendalam dari Titanic yang pernah ditawarkan untuk dilelang.
Termos mini tersebut dilelang dengan harga antara 60.000 hingga 80.000 pound sterling, sebab nilai historinya amat tinggi dan "pedih".
Benda Lain yang Dilelang
Barang lain yang dilelang bersamaan dengan botol brendi itu yakni plakat sekoci penyelamat Titanic, yang dijual seharga 45.000 pound sterling atau kisaran Rp 824 juta dan diyakini pernah menjadi milik korban selamat, Margaret Devaney.
Sebuah kartu pos sutra "Hands Across the Sea" yang ditulis oleh penumpang kelas tiga, Henry Olsen, pun dijual seharga 38.000 pound sterling atau Rp 696 juta.
Sementara sepucuk surat yang ditulis oleh pelayan kapal, Richard Gedde, dibanderol 15.000 pound sterling atau Rp 274 juta.
Advertisement
Kisah Kartu Pos dan Pelayan yang Dibentak Majikan
Kartu pos lawas itu ditulis empat hari sebelum Kapal Titanic karam untuk selamanya di lautan beku Atlantik, 15 April 1912.
"Aku berharap kamu ada di sini. Ini adalah kapal yang indah...Aku baru saja pergi ke dek," demikian untaian kalimat yang ditorehkan dengan pensil, di kartu pos bergambar Kapal Titanic warna hitam putih.
Kartu pos bertanggal 11 April 1912 itu dikirimkan untuk Nell Green yang beralamat di Birmingham, Inggris.
Cap pos Queenstown -- kini Cobh di Cork, Irlandia -- tertera di sana. Dalam perjalanannya dari Southampton ke New York, Titanic sempat mampir ke sana.
Penulis kartu pos tersebut adalah Sarah Daniels, penumpang kelas satu di Titanic. Ia membubuhkan tanda tangan 'Fisgig' -- nama aliasnya.
Meski menempati kabin kelas utama, Sarah bukanlah orang berduit. Perempuan yang kala itu berusia 37 tahun adalah pelayan keluarga kaya, Hudson Allison yang kala itu naik Titanic untuk kembali ke rumahnya yang megah di Montreal, Kanada.
Sarah naik ke Titanic bersama majikannya, Hudson dan Bess Allison, beserta dua putra mereka, Loraine dan Trevor. Juga ikut dalam rombongan adalah pengasuh Alice Cleaver serta dua pelayan lainnya, Amelia Brown dan George Swane.
Kartu pos tersebut akan ditawarkan di balai lelang Warwick & Warwick, Inggris pada 18 Juli 2018.
Kartu pos tersebut selama beberapa generasi disimpan di keluarga penerima, Nell Green. Diperkirakan relik bersejarah tersebut akan laku sebesar US$ 20.000 hingga 26.000.
Menurut staf lelang sekaligus ahli kartu pos, Colin Such, benda tersebut punya arti penting.
"Sebab, tak banyak kartu pos yang dilaporkan dikirimkan dari Titanic," kata Colin.
Kartu pos dari Titanic kali terakhir dilelang pada 2002 yang terjual seharga US$ 12.000. Benda bersejarah itu dianggap bernilai tinggi karena menjadi bagian dari kisah tenggelamnya Kapal Titanic yang ikonik.
Dibentak Majikan di Malam Tenggelamnya Titanic
Sarah Daniels adalah satu dari 706 penumpang Titanic yang berhasil selamat dari tragedi mengerikan tersebut.
Perempuan yang lahir di London pada 10 November 1875 itu terjaga saat Titanic menabrak gunung es.
Ia yang penasaran dan merasa ada yang tak beres segera menuju dek. Saat tahu apa yang sedang terjadi, Sarah membangunkan kedua majikannya, Hudson dan Bess Allison yang tengah tertidur dan meminta mereka menuju dek.
Namun, alih-alih mendapat ucapan terimakasih, ia justru dibentak dan dimarahi majikannya.
Sang majikan kesal karena dibangunkan dari tidur nyenyaknya. Mereka tak percaya bahaya segera menjelang.
Sarah pun kembali ke dek. Di sana, awak kapal langsung menyuruhnya masuk ke sekoci nomor delapan.
"Sekoci yang saya masuki tidak terlalu padat. Hanya ada empat pria di perahu dan mereka bertugas mendayung," kata dia kepada Manitoba Free Press.
"Tak ada petugas di dalam sekoci. Seorang perempuan bertugas sebagai pemandu saat kami mendayung di tengah kegelapan."
Dua majikan Sarah menjadi korban tewas dalam tragedi Titanic. Pun dengan salah satu anak mereka.
Pengasuh bernama Alice Cleaver berhasil menyelamatkan Trevor yang kala itu masih bayi.
Di atas kapal Carpathia, di mana sebagian besar korban selamat Titanic dievakuasi, Alice Cleaver dikabarkan tak sudi Sarah Daniels mendekati Trevor.
Saat tiba di New York, Alice -- yang dianggap pahlawan karena menyelamatkan putra majikannya -- juga menolak bertemu dengan wartawan yang ingin mewawancarainya. Ia mengaku bernama Jane.
Setelah itu, kehidupan Sarah Daniels tak diketahui pasti. Ia diduga tetap berada di Kanada, mungkin di Montreal, di mana perempuan itu dilaporkan menikah dan tinggal di sana.
Advertisement