Liputan6.com, Jakarta - Selama enam pekan terakhir, terjadi serangan teror bom dan penembakan berskala besar di masjid, gereja, dan sinagog di tiga negara.
Pada Sabtu 27 April, seorang pria bersenjata memasuki sebuah sinagog di pinggiran Kota San Diego, negara bagian California. Dia melepaskan tembakan dengan "senjata serangan tipe AR," menewaskan seorang wanita dan melukai tiga orang lainnya.
Penembakan di Chabad of Poway adalah yang terbaru dari serangkaian serangan mematikan yang menargetkan tempat-tempat ibadah. Pria bersenjata itu menembak orang ketika mereka berkumpul untuk merayakan akhir Paskah, salah satu liburan paling suci di kalender Yahudi.
Advertisement
Baca Juga
Hanya beberapa hari sebelumnya, serangkaian teror bom terkoordinasi menyerang gereja-gereja pada perayaan Minggu Paskah di Sri Lanka.
Lalu, sebulan sebelumnya, puluhan orang tewas dalam aksi penembakan brutal terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Kekerasan tersebut, menurut Jonathan Greenblatt, pemimpin Liga Anti-Pencemaran Nama Baik yang berbasis di Amerika Serikat (AS), merupakan pengingat suram bahwa prasangka tidak mengenal batas dan mengancam orang dari berbagai warna kulit dan agama.
"Menciptakan perpecahan di antara orang-orang karena cara mereka berdoa, seperti apa penampilan mereka dan apa yang mereka yakini adalah darah kehidupan para ekstremis," kata Greenblatt, sebagaimana dikutip dari CNN pada Senin (29/4/2019).
Berikut adalah rangkuman singkat dari tiga teror besar yang terjadi berdekatan selama 2019 ini.
Penembakan Christchurch Tewaskan 50 Orang
Pada 15 Maret 2019, sebanyak 50 orang tewas ketika seorang pria Australia menembaki jamaah yang tengah menjalankan ibadah salat Jumat di dua masjid di Christchurch, Selandia Baru.
Penembakan pertama kali terjadi di Masjid al Noor, di mana pelaku menyiarkan langsung serangan brutal tersebut di media sosial.
Dia kemudian pergi ke masjid Linwood, tempat 8 orang lainnya terbunuh.
Tepat sebelum penembakan, tersangka yang diidentifikasi sebagai Brenton Tarrant (28), mengunggah foto sebuah manifesto 87-halaman ke Twitter dan 8cha, situs berbagi pesan anonim.
Meskipun tidak ditandatangani, penulis manifesto tersebut mengaku sebagai lelaki berusia 28 tahun dari Australia. Itu diisi dengan sentimen anti-imigran dan anti-Muslim, di samping penjelasan di balik serangan itu.
Perdana Menteri Jacinda Ardern menyatakan solidaritas terhadap komunitas Muslim dan mereka yang terpengaruh, mengatakan kepada mereka pada peringatan sepekan setelahnya, bahwa "Selandia Baru berduka cita".
PM Ardern mengutip salah satu sabda Nabi Muhammad SAW: "Orang-orang yang beriman dalam kebaikan, belas kasih, dan simpati, mereka sama seperti satu tubuh. Ketika ada bagian tubuh yang menderita, seluruh tubuh merasakan sakit."
"Selandia Baru berduka bersama Anda, kami adalah satu," katanya.
Advertisement
Pemboman Minggu Paskah di Sri Lanka
Pekan lalu, tepatnya pada 21 April 2019, ketika orang Kristen merayakan Paskah, gelombang ledakan bom menghantam gereja dan hotel di Sri Lanka, menewaskan 253 orang, menurut Kementerian Kesehatan setempat.
Puluhan orang telah ditangkap sehubungan dengan serangan itu sebagai bagian dari penyelidikan multinasional besar-besaran, yang masih berlangsung.
Pihak berwenang telah menghabiskan sepekan terakhir mencari tersangka yang terkait dengan pemboman.
Sebuah kelompok ekstremis lokal, National Tawheed Jamath (NTJ), telah disalahkan atas serangan-serangan itu, meskipun mereka belum mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap umat Katolik itu.
Di lain pihak, pada Selasa 24 April, ISIS mengaku bertanggung jawab atas pemboman, tetapi tidak menunjukkan bukti. Oleh karenanya, otoritas Sri Lanka belum menetapkan secara definitif hubungan antara kelompok teror dan NTJ.
Baik Katolik ataupun Islam adalah agama minoritas di Sri Lanka yang didominasi oleh penganut Buddha, yakni masing-masing sekitar 10 persen.
"Orang-orang tak berdosa yang datang untuk berdoa di sini (gereja) ... mereka mengorbankan hidup mereka untuk Tuhan," ujar Anthony Jayakody, uskup auksilier Kolombo, yang mengaku tidak bisa tidur karena serangan itu. "Kami tidak pernah mengharapkan hal seperti itu terjadi, terutama di tempat ibadah keagamaan," lanjutnya prihatin.
Penembakan Anti-Semitisme
Sementara itu, insiden penembakan kembali terjadi di Amerika Serikat pada Minggu 29 April, di mana kali ini menyerang sebuah sinagog --tempat peribadayan umat Yahudi-- di Kota Poway, negara bagian California.
Menurut laporan VOA Indonesia, pihak berwenang mengatakan seorang laki-laki ditahan terkait insiden penembakan tersebut.
Pria bersenjata yang menjadi tersangka penembakan sinagog di California AS, disebut-sebut telah menulis sebuah manifesto anti-Semitis sebelum penyerangan.
Dalam postingan di situs 8chan, John Earnest (19) memuji pelaku pembantaian di dua masjid Kota Christchurch, Selandia Baru pada 15 Maret lalu.
Melalui manifesto daring yang diunggah beberapa jam sebelum insiden, Earnest memuji Brenton Tarrant. Ia juga memberikan tautan ke sebuah halaman Facebook dan pesan yang berbunyi, "siaran langsung akan segera dimulai," mengutip situs berita Perth Now.
Dalam postingan itu, ia juga menyertakan tautan lagu-lagu yang direncanakan akan diputar selama siaran langsung aksi penembakan sinagog.
Dalam manifesto tersebut Earnest turut menyatakan, ia bertanggung jawab atas serangan pembakaran di sebuah masjid di kota Escondido di California pada bulan Maret lalu.
Akibat serangan Earnest pada Sabtu, 27 April pagi waktu setempat, satu orang tewas dan tiga lainnya terluka.
Saat melakukan penembakan sinagog, Earnest berteriak bahwa orang-orang Yahudi menghancurkan dunia. Oleh karenanya, saat ini pihak berwenang menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan rasial.
Advertisement